Kisah Soto Jarkomi Pangandaran yang Melegenda

Posted on

Pangandaran tidak hanya terkenal dengan kuliner lautnya. Salah satu makanan khas yang melegenda dan tetap populer hingga kini adalah Soto Jarkomi.

Sekilas, soto ini terlihat seperti soto ayam pada umumnya yang berisi nasi, ayam suwir, dan bihun dengan kuah kuning. Namun, cita rasa yang dihadirkan Soto Jarkomi memberikan pengalaman berbeda bagi penikmatnya.

Tak heran jika soto ini tetap bertahan selama lebih dari enam dekade. Cita rasa khas dari resep soto ayam bergaya Jawa ini sudah diakui oleh banyak orang.

Yang membuat soto ini berbeda adalah penggunaan ayam kampung sebagai bahan utama, sehingga menghasilkan rasa gurih tanpa bau amis.

Soto Jarkomi mulai dikenal di Pangandaran sejak tahun 1960-an, berawal dari jualan keliling menggunakan gerobak hingga kini memiliki beberapa cabang. “Soto ayam Jarkomi, nama Jarkomi ini diambil dari nama bapak saya,” ujar Komariah (55), penjual Soto Jarkomi di Pasar Pananjung, Pangandaran.

Komariah merupakan anak keenam dari delapan bersaudara Jarkomi. Ia mengatakan, hampir seluruh anak-anak Jarkomi melanjutkan usaha kuliner ini dan menjadikannya sebagai sumber penghidupan keluarga secara turun-temurun.

“Hampir semua anak bapak itu jualan soto, alhamdulillah nafkah keluarga yang tidak pernah putus dari ayah,” katanya.

Saat ini terdapat empat cabang Soto Jarkomi yang buka pada siang hari di Pangandaran, dua di antaranya berada di kawasan Pasar Pananjung dan satu lainnya dekat bundaran Marlin. “Kemudian satu lagi di wilayah Parigi dekat Alun-alun Parigi,” tambahnya.

Komariah menyebut cabang-cabang tersebut bukanlah saingan, melainkan bagian dari keluarga. “Semua ada pelanggannya dan alhamdulillah walaupun berdekatan ada saja,” tuturnya.

Ayahnya meninggal dunia pada tahun 2004, namun resep soto warisan itu tetap menjadi ladang rezeki keluarga. “Kalau saya mah mulai jualannya sekitar 1990-an,” ujar Komariah.

Ia mengenang masa-masa awal sang ayah berjualan soto dengan cara memikul keliling Pantai Pangandaran dan mendatangi rumah-rumah warga. “Dulu kan keliling pantai, ke rumah-rumah, banyak juga yang beli,” katanya.

Bahkan, Komariah meyakini ayahnya sudah mulai berjualan sebelum ia lahir. “Kata orang tua, sebelum saya lahir pun sudah berjualan, kalo resep sotonya itu resep keluarga,” ungkapnya.

Dari segi rasa, Soto Jarkomi mirip dengan soto ayam pada umumnya. Topping berupa suwiran ayam, kecambah kecil, bihun, dan kuah gurih menjadi ciri khasnya.

Soto ini bisa disajikan dengan nasi atau terpisah. Kedua pilihan sama-sama lezat. Satu porsi soto tanpa nasi dibanderol Rp 17 ribu, sedangkan dengan nasi dicampur harganya Rp 22 ribu.

Keunikan cita rasa soto ini benar-benar terasa saat mencicipi kuahnya. Teksturnya yang kental dan rasa yang kuat di lidah membuatnya berbeda. Ditambah lagi, tidak ada bau amis dari ayam kampung, dan kuahnya tidak mengandung lemak berlebih.

Untuk memperkaya rasa, pembeli bisa menambahkan air jeruk dan sambal. “Kalau mau ekstra ‘tulang-taleng’ ada, mau ceker mau kepala ada,” ujar Komariah.

Sambil melayani pembeli, Komariah juga membagikan rahasia kelezatan soto Jarkomi. Salah satu kuncinya terletak pada jenis ayam yang digunakan.

“Ayam jantan kurang memberi rasa ke kuah, ayam harus betina yang sudah sekali bertelur. Itu sangat berpengaruh kepada rasa kuah. Selain itu penting juga untuk keempukan daging. Kalau sudah beberapa kali bertelur, dagingnya alot,” katanya.

Dalam satu hari, Komariah bisa mengolah hingga 12 ekor ayam kampung betina. Ia juga menyingkirkan lemak dari ayam sebelum membuat kuah untuk menghindari rasa amis.

“Lemaknya tak saya pakai. Saya bikin minyak lalu dijual ke pemancing ikan, sebotol laku Rp 20 ribu,” ujarnya.

Komariah merasa bangga dengan warisan resep sang ayah. Selain menjadi sumber penghidupan, ia merasa punya kebanggaan tersendiri karena banyak wisatawan menjadi pelanggan setia.

“Banyak wisatawan yang jadi langganan. Setiap ke Pangandaran pasti mampir ke sini. Atau sering juga ada orang luar kota yang sengaja datang karena istrinya ngidam,” kata Komariah.

Sebagai pelaku UMKM yang berada di kawasan wisata, Komariah kini mengikuti perkembangan zaman dengan menyediakan sistem pembayaran digital.

“Karena banyak permintaan pakai QRIS, ya sekarang sudah disiapkan,” katanya.

Mayoritas pembeli, terutama wisatawan, kini menggunakan metode pembayaran digital. “Kalo weekend pagi pasti ramai wisatawan, bayarnya transfer dan QRIS,” ujarnya.

Salah satu QRIS yang digunakan berasal dari Bank BRI. “Karena mungkin paling umum ya, itu BRI,” tambah Komariah.

Regional CEO BRI Bandung, Sadmiadi, menyatakan bahwa penggunaan QRIS sangat membantu pelaku UMKM seperti Komariah. “QRIS membantu merchant BRI menyediakan pilihan pembayaran yang mudah karena cukup dengan satu kode QR yang bisa digunakan untuk berbagai sumber dana,” jelasnya.

Rahasia Lezatnya Soto Jarkomi

Pembayaran Digital Permudah Pembeli



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *