Kisah Penjual Sepatu Bekas di Pasar Talang Cirebon

Posted on

Siang itu, langit mulai mendung, pertanda akan segera turun hujan. Beberapa pedagang tampak mulai menutup dagangannya. Namun, tepat di emperan salah satu ruko di Pasar Talang, Kota Cirebon, Nurdin, penjual sepatu bekas, masih memilih untuk bertahan.

Nurdin sendiri sudah puluhan tahun berjualan sepatu di Pasar Talang. Meski ada sepatu baru, namun, kebanyakan sepatu yang dijual Nurdin adalah sepatu bekas. Dengan lapak sederhana, setiap hari, Nurdin memajang puluhan pasang sepatu bekasnya di rak dan papan etalase kayu miliknya. Tampak, berbagai macam sepatu berjejer rapi di samping Nurdin.

Berbagai sepatu bekas tersebut, Nurdin dapatkan dari orang yang sengaja menjual sepatu kepada dirinya. Jika kondisinya rusak, Nurdin akan tetap menerimanya dan akan memperbaikinya untuk dijual kembali.

“Dapatnya dari orang yang jual, ada saja orang yang jual. Kalau ada yang rusak sedikit, dibenerin dulu, namanya jual-beli,” tutur Nurdin, Kamis (24/4/2025).

Nurudin mengenang, dulu saat tahun 1990-an, lapak sepatu bekasnya selalu laris dibeli pembeli. Dalam sehari, Nurdin bisa menjual 10 pasang sepatu. Menurutnya, kala itu, Pasar Talang masih sangat ramai, ada banyak orang yang datang silih berganti di Pasar Talang.

“Jualan dari zaman Soeharto dari pas harga minyak masih Rp 500 perak. Jualan sepatu bekas, dulu bisa 5 sampai 10 pasang sepatu sehari, nyari uang Rp 100.000 masih gampang, padahal uang segitu dulu berharga banget,” tutur Nurdin.

Meskipun dulu bisa menjual puluhan sepatu dalam sehari, tapi kini, pendapatan Nurdin dari berjualan Sepatu tidak menentu. Bahkan, tak jarang dalam sehari, Nurdin tidak dapat menjual sepatu sama sekali.

“Sekarang laku satu atau dua yah alhamdulillah. Jualan dari jam 8 sampai jam 4 sore, kadang cuman laku satu, kadang nggak dapat sama sekali,” tutur Nurdin.

Menurut Nurdin, salah satu penyebab kenapa sepatu bekasnya menjadi sepi peminat adalah karena banyaknya sepatu impor yang masuk ke Indonesia. Hal ini membuat harga sepatu menjadi jatuh. Selain itu, sepinya Pasar Talang juga membuat penghasilnya ikut menurun.

“Dulu barang impor dari luar itu masuk, itu bikin harga-harganya jatuh, jadi banyak toko-toko bangkrut. Misal sepatu saya tawarkan Rp 100.000, tapi orang kadang nawarnya sampai Rp 30.000, padahal kita belinya saja tuh Rp 50.000, biar juga bekas masih ada harganya. Tapi kalau sampai sore tidak laku, tetap saja saya jual, dari pada nggak laku,” tutur Nurdin.

Meskipun penghasilannya tidak menentu, tapi Nurdin masih akan tetap semangat bekerja. Menurutnya, dibandingkan di rumah, ia lebih baik berjualan sepatu bekas di Pasar Talang yang berlokasi di Kecamatan Lemahwungkuk tersebut.

“Pokoknya kita namanya orang jualan sabar saja, dijalankan, yang penting kita ada usaha, duduk di sini. Kalau ada yang beli dilayani, ada yang mau jual terus ada uang, yah dibeli,” pungkas Nurdin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *