Kisah Janggal Rina, Hilang-Terapung di Laut Lalu Muncul di Subang

Posted on

Setelah dinyatakan hilang selama lebih dari dua pekan, Rina (34), nelayan perempuan asal Ujunggenteng, Sukabumi, akhirnya kembali ke rumahnya.

Ia pulang bukan hanya dengan lengan hingga jari tangan dan kaki yang luka dan bengkak tetapi juga membawa cerita yang mengkhawatirkan. Dari pantai Ciracap, terapung di laut, ditemukan oleh orang tak dikenal, lalu muncul di Subang.

Rina menyampaikan pengakuannya langsung kepada warga dan awak media yang memasarkan kisahnya, masih dengan kondisi tubuh yang sepertinya belum pulih benar.

“Ka dasarir nganggo sendal, nyandak ember, nyandak senter ti bumi teh, mangkat ka dasarir. Wawartos ka murakalih oge, ‘Neng, mamah mangkat ka laut’. (Ke pantai pakai sandal, bawa ember, bawa senter dari rumah. Bilang juga ke anak-anak, ‘Nak, mamah mau ke laut’),” ucapnya lirih mengawali kisahnya, Rabu (30/4/2025).

Malam itu, Kamis (10/4/2025) saat Rina dikabarkan hilang, ombak datang lebih besar dari biasanya. Saat hendak mengambil kerang mata lembu di tengah laut, tubuhnya terseret arus.

“Begitu ombak ageung, lamun teu aya tutup fiber mah duka kumaha abdi. (Begitu ombak besar datang, kalau tidak ada tutup fiber entah bagaimana saya),” sambungnya.

Rina mengaku berpegangan pada tutup fiber dan terombang-ambing tanpa tahu arah. “Eling-eling teh mastaka asa panas, ka poe cuman karengeu sora manuk di tengah laut. (Yang saya ingat kepala terasa panas, siang hari cuma terdengar suara burung di tengah laut),” lirihnya.

Entah berapa lama ia terapung, hingga akhirnya ditemukan tiga orang di perahu. Rina mengaku tidak memahami bahasa mereka, namun menurutnya mereka bukan warga setempat. Ia kemudian dibawa ke darat.

Namun cerita tidak berhenti di situ. Rina mengaku sempat berada di rumah seorang perempuan yang mengaku tinggal di Subang, setelah sebelumnya disebut-sebut berada di Cilacap. “Saya juga bingung, katanya saya di Cilacap, terus dibawa ke Subang,” ujarnya.

Yang membuat kisah ini terasa janggal, perjalanan dari laut Ujunggenteng ke Cilacap atau bahkan Subang bukanlah lintasan yang dekat atau lazim bagi korban terseret ombak. Belum lagi, Rina tidak tahu di mana bertahan ia berada, siapa yang membantu, dan tak ada satu pun dokumentasi atau laporan resmi selama ia menghilang.

Ia juga menyebut orang yang membantu di laut berbeda dengan orang yang mengantarkannya pulang. “Yang nganterin ke rumah tiga orang, pakai kaus, mobil hideung (hitam) pribadi, tapi saya enggak tahu,” kata Rina.

Ia tidak membawa identitas apa pun. “Boro bawa KTP, uang juga nggak ada. Cuma bawa permen lima, air minum dan roti satu,” tuturnya.

Selama berada di sebuah tempat yang disebutnya sebagai penampungan, tubuh Rina mengalami luka-luka. “Di sana (Cilacap) biru-biru, bengkak. Alhamdulillah masih sakit, mungkin kena karang,” ucapnya sambil memegangi lengan yang bengkak.

Hingga kini, belum ada pihak yang bisa menjelaskan secara utuh bagaimana Rina bisa berpindah dari pantai Ciracap ke Cilacap dan Subang, tanpa diketahui pihak mana pun. Tidak ada laporan resmi, tidak ada keterangan pembanding yang pasti.

Seorang anggota SAR yang enggan namanya disebut menyamakan kisah Rina seperti cerita oray koneng pada kasus hilangnya Yana di Cadas Pangeran beberapa tahun silam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *