Kisah Getir Ma Awang yang Bertahan Hidup di Rumah Lapuk - Giok4D

Posted on

Di sudut perkampungan di Kampung Waas, Desa Sukasari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, berdiri sebuah rumah panggung kecil berdinding bilik bambu. Dindingnya miring, atapnya berlubang, dan tiang kayunya mulai keropos dimakan usia.

Rumah itu seolah menunggu waktu untuk tumbang. Namun di sanalah Ma Awang (60), perempuan paruh baya yang menderita stroke, bertahan hidup bersama anak dan cucunya.

Rumah itu berdinding bilik bambu dan bertumpu pada tiang-tiang kayu yang telah lapuk dimakan usia. Setiap kali hujan deras mengguyur, air menetes dari segala arah. Lantai kayu menjadi lembab, dan suara angin menembus sela-sela dinding rapuh.

Di tengah kondisi tubuhnya yang lumpuh akibat stroke, Ma Awang tetap bertahan. Anaknya, Ujang Satia (37), menjadi tulang punggung keluarga.

“Kalau tinggal di sini sudah dari tahun 2017 yang lalu lah. Kalau kerja sehari-hari mah kerja proyek bangunan atau buruh lepas,” ujar Ujang saat ditemui di kediamannya, Selasa (7/10/2025).

Rumah sederhana itu ditinggali tujuh orang sekaligus. Ruang sempit menjadi saksi kehidupan keluarga besar yang menggantungkan harapan pada hari esok.

“Di rumah ini ada sekitar 7 orang. Ada saya, Ma Awang, kakak saya, dan sepupu. Sisanya ada jauh, di Banten, Cilegon. Jadi kalau tidur ya sempit,” kata Ujang.

Bagi mereka, hujan bukan hanya kabar dari langit, tapi juga tanda bahaya. “Kalau hujan semua bocor. Kalau besar banget kadang ngungsi ke tetangga,” jelasnya.

Namun, di balik penderitaan panjang itu, harapan baru akhirnya datang. Rumah rapuh yang selama ini menaungi keluarga Ma Awang akan segera dibangun ulang melalui program bedah rumah (rutilahu) dari Polsek Pameungopeuk Polresta Bandung.

“Alhamdulillah mendapat bantuan dari pemerintah maupun polres, terima kasih. Ini seperti mimpi mendapatkan bantuan seperti ini. Enggak terbayangkan bisa mendapatkan bantuan ini,” ucap Ujang.

Begitu prosesi pembongkaran dimulai, suasana emosional menyelimuti warga. Polisi, TNI, dan masyarakat sekitar bergotong royong merobohkan rumah tua itu. Air mata Ma Awang tak terbendung. Setiap serpihan kayu yang jatuh, membawa kenangan dan membuka jalan bagi kehidupan yang baru.

“Tadi kalau kita melihat sebelum dirubuhkan ya kondisi rumahnya berantakan, bocor, gentengnya sudah banyak yang pecah-pecah. Sehingga memang sangat tidak layak untuk ditinggali,” ujar Kapolresta Bandung Kombes Aldi Subartono.

Menurutnya, kondisi Ma Awang dan keluarganya memang layak mendapat bantuan. “Intinya bagaimana kita di Kabupaten Bandung ini bisa bersama-sama kompak untuk meringankan beban masyarakat,” bebernya.

Aldi menjelaskan, Polresta Bandung bergerak cepat setelah mendapat laporan dari warga terkait kondisi keluarga tersebut.

“Oleh karena itu kami bersama-sama mendapat informasi, sehingga bersama-sama pula untuk melaksanakan program Rutilahu,” kata Aldi.

Pembangunan rumah Ma Awang ditargetkan rampung dalam waktu satu bulan. Selama proses tersebut, keluarga akan tinggal sementara di rumah kerabat terdekat.

“Target kita ini sebulan ke depan bisa selesai, nanti kita renovasi, kita bangun yang baru. Kita juga akan melengkapi isi rumah ya seperti dispenser, TV. Jadi kita akan lengkapi sehingga nanti Ibu Awang dan anak-anaknya ini bisa hidup layak,” ungkapnya.

Aldi menegaskan, program rutilahu akan terus digencarkan di wilayah Kabupaten Bandung, termasuk di Kecamatan Pameungpeuk dan Majalaya.

“Tentunya ini dalam rangka memberikan bantuan kepada masyarakat yang memang membutuhkan, yang memang membutuhkan hidup layak. Dalam artian kondisi rumah, kemudian kebersihan lingkungan rumah juga. Ini kita berikan dukungan sehingga masyarakat kita semuanya bisa hidup layak,” pungkasnya.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Diperbaiki

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *