Kisah Desa Cibatu dan Kerajinan Logam yang Mendunia

Posted on

Suara dentuman logam masih akrab terdengar dari bengkel-bengkel kecil di Desa Cibatu, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi.

Di tempat inilah para perajin logam menempa besi panas menjadi karya bernilai seni dan sejarah. Salah satu hasilnya bahkan baru-baru ini dipilih Presiden Prabowo Subianto menjadi suvenir untuk Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Kabar ini sontak membuat bangga warga desa. Kepala Desa Cibatu, Asep Rahmat, menyebut hal tersebut sebagai bukti bahwa produk desa mampu menembus panggung dunia.

“Kalau kirim ke luar negeri kita sudah biasa, tapi kalau sampai jadi suvenir untuk Presiden Rusia, itu luar biasa. Ini prestasi besar bagi desa kami,” ujar Asep saat ditemui infoJabar beberapa waktu lalu.

Desa Cibatu memang dikenal sebagai sentra kerajinan logam sejak lama. Tak hanya memproduksi cangkul dan pisau dapur, tapi juga pedang, sangkur militer, hingga senjata upacara seperti pedang pora.

Yang menarik, tradisi kerajinan ini bukan baru. Berdasarkan cerita turun-temurun, sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Bahkan, Presiden Soeharto pernah memesan senjata langsung dari pengrajin di desa ini.

“Dulu Pak Harto itu pernah pesan pedang upacara ke rumah kakek saya. Beliau itu tahu kualitas produk sini. Bahkan dulu sempat ada 8.000 senjata rusak dari Jepang, dibawa ke sini dan diperbaiki pengrajin lokal,” cerita Asep.

Kini, lebih dari 100 kepala keluarga menggantungkan hidup dari kerajinan logam di Cibatu. Penjualannya tak lagi terbatas lokal, tetapi sudah menembus pasar mancanegara seperti Malaysia, Thailand, hingga kawasan Timur Tengah.

Produk-produk tersebut bahkan rutin dibeli oleh instansi besar seperti Vindad TNI di Bandung. “Sudah kerja sama lama, dan kualitasnya dipercaya,” jelas Asep.

Tak hanya mempertahankan warisan, Pemerintah Desa Cibatu kini juga terus mendorong modernisasi lewat pelatihan dan pengadaan alat produksi yang lebih canggih.

“Zaman sekarang digital semua. Kita juga harus ikut. Pemerintah desa akan terus support, bukan cuma alat, tapi juga pelatihan dan akses pasar digital,” katanya.

“Ini bukti bahwa budaya lokal bisa go international. Tradisi ini jangan hanya dijaga, tapi juga dikembangkan,” sambungnya.

Salah satu perajin, Adam dari Sadam Sajam Masterpiece, adalah tokoh di balik produk yang dikirim sebagai suvenir untuk Presiden Rusia. Di bengkel sederhananya, ia dan tim terus menjaga warisan leluhur sekaligus menyulapnya jadi produk kelas dunia.

“Saat kunjungan Presiden Prancis, 28 Mei 2025, pedang itu diberikan langsung oleh Presiden Prabowo. Lalu awal Juni, giliran Presiden Rusia yang menerima cenderamata yang sama,” ujar Adam.

Waktu yang diberikan sangat terbatas. Adam hanya punya waktu sekitar 40 hari, dari akhir April hingga awal Juni. Meski sudah biasa membuat pedang, tantangan proyek ini menurutnya jauh lebih besar karena tuntutan kualitas dan kecepatan produksi.

“Ini pedang tersulit yang pernah kami buat. Dikerjakan oleh lima pengrajin, siang malam kami selesaikan dalam waktu 1 sampai 1 bulan setengah,” katanya bangga.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *