Di balik deru mesin angkot merah muda yang melintas di jalur Cianjur-Cugenang, ada kisah sederhana yang menghangatkan hati.
Setiap pagi, Dani Aziz (33) atau yang akrab disapa Bos Kecil, menjemput penumpang dengan senyum ramah. Tapi bagi para siswa SD, senyum itu berarti lebih dari sekadar sapaan. Sebab di angkot Dani, mereka bisa naik tanpa membayar sepeser pun.
“Candak-candak, teu kedah mayar. Jang jajan we (ambil-ambil, gak usah bayar, buat jajan saja).”
Begitulah ucapan Dani dalam video yang beredar di media sosial. Dalam salah satu video yang sudah ditonton 4,9 juta kali itu, Dani tampak berbicara dengan siswa SD yang hendak turun dari angkotnya.
Namun, di balik viralnya video itu, kebaikan Dani bukanlah sekadar konten dadakan. Ia benar-benar melakukannya setiap hari sejak enam bulan lalu.
“Oh itu bukan hanya konten, tapi memang setiap hari sejak enam bulan lalu saya gratiskan ongkos buat siswa SD. Kebetulan waktu itu lagi direkam dan diunggah, ternyata viral,” tutur Dani saat ditemui di kawasan Pasar Muka, Cianjur, Minggu (2/11/2025).
Kebaikan hati Dani berawal dari pengalaman pribadi yang tak ia lupakan. Suatu hari, anaknya pulang sekolah dengan berjalan kaki sejauh beberapa kilometer karena kehabisan uang untuk ongkos.
“Alasannya saya punya anak, dia sempat jalan kaki ke rumah karena tidak punya uang untuk ongkos,” kata Dani pelan.
Ia juga pernah berada di posisi serupa, berjalan kaki di malam hari karena tak ingin uangnya habis untuk ojek. Namun di tengah perjalanan, seseorang yang tak dikenalnya berhenti dan menawarkan tumpangan.
“Waktu itu saya cuma punya Rp 30 ribu. Kalau naik ojek bayar Rp 15 ribu, jadi saya pilih jalan biar uangnya buat anak dan istri. Tapi ada orang baik kasih tumpangan. Sejak itu saya janji, kalau bisa bantu orang lain, saya bantu,” ujarnya.
Saban hari Dani memulai rutinitasnya sejak pukul 05.30 WIB, menembus udara dingin di wilayah utara Cianjur. Ia berhenti di setiap sudut jalan, menawarkan tumpangan gratis bagi siswa SD yang berjalan kaki menuju sekolah.
Dalam sehari, ada sekitar 15 hingga 20 siswa SD yang ia antar tanpa membayar ongkos.
“Kalau dihitung-hitung memang hilang pemasukan, tapi ini jadi kepuasan pribadi saya. Lihat anak-anak senyum karena bisa jajan dari uang yang seharusnya buat ongkos, rasanya bahagia,” kata Dani tersenyum.
Padahal, di tengah maraknya angkutan online, penghasilannya kini menurun drastis. Jika dulu ia bisa membawa pulang Rp 300 ribu per hari, kini hanya sekitar Rp 100 ribu, itu pun sebelum dipotong setoran ke pemilik angkot sebesar Rp 70-80 ribu per hari.
Meski begitu, Dani tak pernah menyesal. Ia tetap menjalani profesinya dengan ikhlas dan bahkan berbagi rezeki dari hasil siaran langsung di media sosial.
“Karena konten viral, saat live ada yang kasih hadiah. Tapi karena saya niatnya bukan cari simpati, uang dari live itu saya bagikan lagi ke anak-anak yang naik angkot. Alhamdulillah mereka senang. Lihat mereka senyum tuh, rasanya kayak lihat anak saya sendiri,” katanya.
Rezeki Berkurang, tapi Hati Lapang








