Tajug Gede Cilodong yang berlokasi di Kecamatan Bungursari, Purwakarta menjadi destinasi wisata religi di Kabupaten Purwakarta. Tajug dalam bahasa sunda artinya Mesjid, Gede artinya besar dan Cilodong nama tempat yang dulunya tempat prostitusi, kini berubah menjadi mesjid yang megah dan unik.
Salah satu keunikannya adalah adanya sembilan bedug dengan ukuran besar hingga sangat besar. Bedug itu di tabuh secara bersamaan oleh sembilan orang hanya saat pelaksanaan shalat Jumat. Selain itu, setiap azan Jumat, di kumandangkan oleh 9 Muadzin dengan merdu secara bersama-sama.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
infoJabar mencoba melaksanakan shalat Jumat di mesjid itu. Saat memasuki area mesjid disuguhkan dengan taman yang indah dengan bunga berwarna-warni. Namun sayang saat infoJabar berkunjung air mancur di depan mesjid sedang tidak dioperasikan.
Di area belakang berjejer 9 bedug dengan ukuran diameter paling kecil 1 meter hingga paling besar ukuran diameter 2 meter lebih. 9 Bedug itu disimpan di dudukan kayu yang kokoh dibalut oleh kain berwarna merah putih.
Sesaat sebelum adzan berkumandang, 9 orang penabuh sudah berdiri di depan bedug dan secara bersamaan menabuh bedug tanda masuk adzan Dhuhur atau waktunya salat Jumat. Suara khas bedug menggelegar dan tabuhannya seirama.
Kemudian 9 orang Muadzin mengumandangkan azan, layaknya paduan suara. Suaranya merdu dan seirama dari 9 orang muadzin. Decak kagum dari para jamaah hingga mendokumentasikan para muazin saat azan.
“Tajug Gede ini di bangun tahun 2016 dan beroperasi tahun 2018. Ini adalah ciptaan karya kang Dedi Mulyadi saat itu menjadi Bupati Purwakarta sekarang Gubernur Jawa Barat, beliau mengikuti ajaran 9 wali makanya ada 9 Muadzin kalo 9 bedug corongnya adalah Cirebonan,” ujar Ujang Alim Adi Saputra, Plt Ketua DKM Tajug Gede Cilodong Purwakarta kepada infoJabar, Jumat (23/05/2025)
Ujang menjelaskan, 9 Muadzin itu buka hasil penunjukan, melainkan pemenang lomba azan yang digelar Dedi Mulyadi sebagai salah satu upaya memakmurkan mesjid.
“Jadi biasanya suka pada ingin jadi muadzin, kang Dedi melombakan dari seluruh pondok pesantren yang ada di Purwakarta, dari 99 peserta yang ikut lomba terpilihlah 11 orang, kenapa 11 karena untuk kegiatan lain seperti Bilal dan cadangan. Pelaksanaannya bedug 9 orang dan muadzin itu tetap 9 orang,” katanya.
infoJabar mencoba melihat sisi lain dari mesjid ini. Terlihat mulai dari arsitek bangunannya, tampak atas bentuk atap bangunan tradisional Jawa yang berbentuk piramida atau limas segi empat, kemudian terdapat empat menara menjulang tinggi, dan seluruh jendelanya ukuran kayu gaya Sunda.
Mesjid ini tidak menggunakan pendingin ruangan, karena ukiran kayu di jendela menjadikan ventilasi udara yang baik didukung tinggi atap yang membuat dingin di dalam ruangan.