Jalur arteri Kabupaten Bandung Barat (KBB) akan menjadi salah satu daerah yang dilintasi Bus Rapid Transit (BRT) Bandung Raya selain Kota Bandung serta Kota Cimahi.
Titik akhir BRT Bandung Raya itu bahkan ada di daerah Kota Baru Parahyangan, Padalarang. Sementara titik awalnya ada di Cicaheum, Kota Bandung. Pemerintah Kota Bandung sendiri akan membangun puluhan depo BRT Bandung Raya mulai 2026 nanti.
Pemerintah KBB juga menyiapkan infrastruktur penunjang moda transportasi itu berupa depo yang akan dibangun di kawasan Gedong Lima, dekat dengan Stasiun Whoosh, Padalarang.
“Ya kita hanya menyiapkan depo saja di Gedong 5, kemudian untuk terminal ya itu ada di Kota Baru Parahyangan. Kita sudah ujicoba waktu zaman Pak Pj Gubernur Bey Machmudin,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Bandung Barat, Ade Zakir saat dikonfirmasi, Jumat (31/10/2025).
Namun menurut Ade Zakir, tak ada rencana membuat jalur khusus untuk BRT Bandung Raya tersebut. Jalur BRT akan tetap menggunakan jalur arteri yang membentang melintas beberapa kota dan kabupaten.
“Kalau nggak salah memang nggak akan ada jalur khusus, tetap menggunakan jalur arteri. Kalau mau jalur khusus juga dimana lokasinya, harus ada pembebasan lahan dan itu enggak bisa sama kita. Makanya kita hanya membuat depo saja,” ujar Ade Zakir.
Sementara Kepala Bidang Angkutan pada Dinas Perhubungan KBB, Retno Handayani mengatakan dukungan dari pemerintah daerah untuk BRT Bandung Raya juga dalam bentuk subsidi tarif bagi pelanggan.
“Kalau daerah itu ya subsidi tarif, jadi kita siapkan anggarannya memang sharing dengan daerah lain. Perkiraan di angka Rp4,7 M buat tahun 2026, karena kan lebih murah ya tarifnya,” kata Retno.
Saat ini BRT Bandung Raya sudah beroperasi sejak tahun lalu. Moda transportasi massal itu diharapkan bisa mengurangi kemacetan lantaran masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi publik.
“Ini kan jadi tantangan pemerintah agar bisa mengubah kebiasaan masyarakat dari yang biasa menggunakan kendaraan pribadi ke transportasi publik,” kata Retno.







