Prototype atau purwarupa ‘Angkot Pintar’ bernama Angkutan Listrik Kota Bandung (Angklung) kini telah diperkenalkan. Moda transportasi itu sedang diusulkan dalam proyek peremajaan angkot serta menjadi feeder pada operasional bus rapid transit (BRT) Bandung Raya.
Purwarupa Angklung pun dibuat PT Marlip Indo Mandiri bersama tiga koperasi angkutan, yakni Kopamas, Kobutri dan Kobanter Baru. Wacana ini pun digagas karena para pengelola angkutan ingin memastikan penumpang tetap merasa aman, nyaman dan tepat waktu saat naik transportasi massal.
“Sebetulnya yang namanya perubahan moda atau peremajaan itu hal yang biasa. Dulu sebelum ada angkot, ada bemo, ada oplet. Sekarang dari angkot ke mobil listrik, menyesuaikan karena ramah lingkungan,” kata Ketua Kobanter Baru Jabar Dadang Hamdani, Selasa (5/8/2025).
“Yang menjadi kemauan masyarakat penggunaa jasa angkutan itu kan aman, nyaman dan tepat waktu. Nah ini kami menginisiasi mobil listrik ini karena cukup layak di Kota Bandung, dan menyesuaikan karena nanti ada BRT yang rencananya untuk feeder,” ucapnya menambahkan.
Kehadiran Angklung kata Dadang menjadi jawaban dalam masalah moda transportasi di Bandung dengan karakter jalan yang kecil. Meskipun harganya mahal, namun pengusaha menurutnya bisa mendapat kemudahan karena biaya perawatannya yang terjangkau.
“Dari sisi operasional ini cukup memadai karena jalan di Bandung ini kecil-kecil. Harganya emang mahal, tapi biaya operasionalnya murah. Jadi ini yang menjadi pertimbangan kami, ya mudah-mudahan juga jadi feeder ini kita dapat program BTS ke depan,” ungkapnya.
Dadang membeberkan, saat ini, usaha angkot sedang kolaps menghadapi tantangan. Mulai dari banyaknya kompetitor, hingga kepastian usaha dan hukum yang tak jelas membuat nasib para sopir angkot kini sudah diujung batas.
Sehingga, ada harapan besar dari Dadang atas kehadiran purwarupa Angklung yang diusulkan menjadi proyek ‘Angkot Pintar’. Nantinya, Angklung ini memang bakal dibeli sepenuhnya oleh pengusaha, tapi Pemkot Bandung diharapkan bisa menerapkan sistem ‘buy the service’ (BTS) agar memudahkan operasional nantinya.
“Kami berharap sebelum ada angkutan BRT ke depan, kami angkot bisa ditata dulu. Agar nanti tidak terlalu besar dampak sosialnya. Karena yang namanya program baru tidak mungkin tidak ada dampak sosial. Yang jelas, angklung ini bisa berintegrasi dengan BRT,” katanya.
“Sebetulnya angkot ini bukan dibeli oleh pemerintah, tapi oleh para pengusaha. Kami lalu menjual layanan kepada pemerintah, harapan kami di kota ini nanti di-BTS-kan, jadi pemerintah yang bayar per kilometer. Ini sesuai dengan harapan masyarakat Kota Bandung yang masih setia menggunakan jasa angkot, yang ingin nyaman, aman dan tepat waktu,” tambahnya.
Setelah Angklung diperkenalkan, Dadang mengatakan para koperasi nantinya akan mensosialisasikan kendaraan ini ke para pengusaha. Meskipun, ia menyadari, butuh waktu meyakinkan para pengusaha supaya mau meremajakan angkutannya.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Ini perlu proses, tidak mudah meyakinkan pengusaha. Tes drive dulu, keluhannya apa, ada kendala enggak, kelebihannya apa, nanti akan menjadi hitungan para pengusaha kalau beralih dari angkot konvensional ke angkot listrik,” pungkasnya.