Kapolda Jabar: Stop Bullying!

Posted on

Kapolda Jabar Irjen Pol Rudi Setiawan mengaku, prihatin dengan kejadian perundungan, bullying dan kekerasan seksual di lingkungan medis. Baik itu dilakukan dokter mahasiswa PPDS atau yang sudah melakukan praktik.

Rudi mengatakan, di Indonesia terjadi 2 ribuan lebih kasus perundungan dan sebagian ada di Bandung, yakni di Rumah Sakit Hasan Sadikin.

“Kita ketahui bahwa bullying terjadi di lingkungan pendidikan, ini jadi suatu budaya, karena zaman sudah berubah dan ini menjadi sesuatu yang dilarang, mungkin saya juga korban bullying pada zaman itu, tetapi bullying itu sudah tidak ada di tempat kami,” kata Rudi di Bandung, Sabtu (23/8/2025).

“Saya sedikit kaget hasil investigasi kami, kalau kami dulu bullying ini hanya fisik, sekarang sudah ke arah materi, ini mau sekolah atau cari duit? Saya cuman membayangkan saja nggak semua yang sekolah di sini orang kaya, nggak semua yang sekolah orang mampu,” tambah Rudi.

Seperti kasus bullying di Undip yang sangat memprihatinkan sekali. Menurut Rudi ini bukan zaman kerajaan yang harus dihormati luar bisa. Bahkan sampai kebutuhan hobi seorang senior, junior ya yang harus bayar, seperti mempersiapkan kegiatan hobi golf, hobi tenis.

“Ini nggak pantas, penjajahan sudah lewat, mengapa (terjadi di kalangan) orang terhormat, orang pintar masih berlangsung, sangat memprihatinkan, belum lagi ada kekerasan fisik lagi. Ini kami tidak bicara omong kosong karena kami pernah menerima laporannya, masih ada dosen yang ringan tangan, kapolda anti kekerasan ini masih pakai tonjok-tonjokan, ini sudah tidak pantas di suatu lembaga terhormat, lembaga yang dihadirkan untuk mencetak orang-orang humanis tapi dibayangi bullying,” jelas Rudi.

Rudi menilai, orang-orang yang masuk kedokteran rata-rata orang pintar, jangan karena bullying dia jadi stres dan yang tadinya pintar jadi tidak bisa apa-apa. Dia jadi korban, nggak enak makan, nggak enak tidur dan ketakutan amat sangat, contohnya di Semarang yang akhirnya bunuh diri.

“Saya berharap dan mengajak semuanya, kita sama-sama, terutama untuk PPDS stop bullying, bullying itu menghancurkan, mulailah menyayangi mencintai dan disayangi adik-adiknya dan adik-adiknya yang baru masuk menghormati seniornya karena seniornya lebih dulu masuk dan lebih banyak ilmunya,” tegas Rudi.

Rudi tegaskan, segala bentuk bullying dan perundungan bisa dilaporkan ke polisi dan itu pidana.

“Jangan lagi bernegosiasi dengan kepolisian, ketika ada bullying harus diproses, biar ada efek jera nya supaya benar-benar berhenti, kalau tidak ada itu tidak akan berhenti,” ujar Rudi.

Rudi juga menyayangkan kasus Dokter Priguna yang memperkosa keluarga pasien dan pasien secara dibius.

“Ini baru terjadi dan yang memalukan bukan civitas akademika di sini, kita semua malu, mengapa dia melakukan ini, ada faktor biologis dan tidak terkendali mendorong berbuat tidak tepat dan mungkin ada kelainan perilaku sex. Ini orang karena sering ditekan, depresi dan segala macam akhirnya senang lihat orang tak berdaya, salah satunya dibius, lihat orang tidak berdaya, dia jadi tertarik,” terangnya.

Rudi sebut, kejadian yang dilakukan Dokter Priguna bukan pertama kali terjadi, namun sudah sering terjadi.

“Saya pernah alami ketika dinas di Surabaya, ini didorong oleh hormon dan segala macam, ada pasien kecelakaan, pilot perempuan pingsan dibawa ke rumah sakit, enggak tahu prosedurnya akhirnya dipidanakan, dia dibuka bajunya pelat dokter PPDs, dia foto dan di share ke group dan nyampe ke orang lain dan ke pasien, ini sangat mungkin terjadi dalam praktik kedokteran,” paparnya.

“Saya berharap kekerasan seksual tidak terjadi dan ada lagi di garut tuh yang yah tuh, nggak bisa sih pasien dikadalin, moralnya aduh,” tambahnya.

Rudi menambahkan, dari data Pusiknas Polri periode Januari-April ada 7 kasus kekerasan seksual di lingkungan medis yang dilaporkan ke polisi.

“Di Polda Jabar terbaru ada 5 pengaduan, di DKI 1 dan NTB 1, yang Jakarta dokter ngintip pasien, akhirnya diadukan ke polisi, ini diproses termasuk 5 aduan di Polda jabar ini diproses,” pungkas Rudi.