Kala ‘Pantat Bugil’ di Taman Citarum Jadi Penanda Kemajuan Teknologi

Posted on

Nyaris satu abad lalu, Kota Bandung pernah memiliki monumen bersejarah yang wujudnya dinilai cukup kontroversial. Monumen yang terletak di tengah area Taman Citarum alias Tjitaroemplein tersebut menampakkan bentuk sebuah bola yang merupakan lambang dari bola dunia, diapit oleh dua patung pria.

Satu patung pria dibuat dengan tangan kanan di mulutnya seolah sedang berteriak, sementara patung pria lainnya memiliki tangan kanan yang ditaruh di telinga, seolah sedang mendengar. Namun, ada satu hal dari patung tersebut yang menjadi perhatian warga kala itu, sekaligus membuatnya ikonik.

Dari sudut tertentu, bagian yang paling terlihat dari patung tersebut adalah bagian belakang tubuhnya. Karena keduanya didesain tanpa busana, maka bokong patung tersebut otomatis menjadi salah satu yang paling terekspos.

Her Suganda melalui bukunya, Tjitaroemplein (2014) menuturkan bahwa monumen tersebut bahkan dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan “blotebillen monument” alias “monumen pantat bugil”.

Semua bermula dari sosok Cornelius Johannes de Groot, ahli teknik elektro kelahiran Den Helder, Belanda, yang berhasil menjadi inisiator komunikasi Indonesia dengan Belanda secara nirkabel untuk pertama kalinya.

Pria lulusan politeknik di Delft pada 1905 tersebut banyak memusatkan perhatian pada teknologi telegraf nirkabel. Salah satunya adalah pada disertasinya yang berjudul Radiotelegrafie in de Tropen (1916). yang mengantarkannya meraih gelar doktor dan lulus cum laude.

Misi besar De Groot di Hindia Belanda adalah memimpin pembangunan Stasiun Radio Malabar di kaki Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, pada 1917. Lokasi tersebut dipilih karena letak kondisi geografisnya yang mendukung untuk dibangun stasiun pengiriman pesan telegraf dan suara.

Kawat antena sepanjang 2 kilometer kemudian dibentangkan dari puncak Gunung Puntang hingga puncak Gunung Haruman untuk mengantarkan gelombang. Sejumlah percobaan dan eksperimen dilakukan, hingga akhirnya pengiriman pesan telegraf nirkabel berhasil dilakukan dari Bandung ke Belanda pada Mei 1923. Di tahun tersebut, Gubernur Jenderal Dirk Fock meresmikan operasional Stasiun Radio Malabar.

Eksperimen dan uji coba terus berkembang hingga akhirnya Bandung dan Den Haag berhasil terhubung melalui sambungan suara di 1927. Sayangnya, De Groot tak sempat lama menikmati keberhasilannya tersebut.

Dalam perjalanan kembali ke Eropa lewat Terusan Suez di tahun yang sama, ia meninggal dunia dan dimakamkan di Den Haag. Stasiun Radio Malabar sendiri musnah pada 1946 dalam peristiwa Bandung Lautan Api.

Keberhasilan De Groot menghubungkan Bandung dan Den Haag tersebutlah yang akhirnya diabadikan lewat Monumen Telekomunikasi Tjitaroemplein. Peresmian monumen ini dilakukan pada 27 Januari 1930, dirancang oleh arsitek ternama Ir. C.P. Wolff Schoemaker atas permintaan Gemeente Bandoeng dan Wali Kota Bertus Coops.

Pesan simbolik di balik sosok dua pria tanpa busana mengapit bola dunia tak lain adalah soal jarak untuk berkomunikasi yang tak lagi jadi kendala meskipun terpisah benua. Di bagian barat daya dan timur laut monumen, terukir puisi dalam bahasa Belanda yang memuji pencapaian ini. Tulisannya adalah :

“Eenzaam in trotsche natuur light zijn schepping op Malabar’s steilte: ‘t Woord harer machtige stem klinkt door tot de einden der aarde”

“‘t Scheppend genie van De Groot verbonds trots d’oorlogsbezwaren, Nederland en Indie, zo ver uiteen, door den trillenden aether.

“Secara garis besar puisi tersebut menggambarkan keberadaan ciptaan dalam kesunyian dan kemegahan alam Malabar yang terjal, kekuatan uara rangkaian kata-kata berbunyi sampai ujung dunia. De Groot menciptakan sarana yang menggabungkan Nederland dengan Hindia Belanda melalui gelombang Udara,” tutur Her Suganda dalam bukunya.

Monumen Telekomunikasi Tjitaroemplein hanya berdiri selama dua dekade. Pada pertengahan 1950-an, monumen ini dihancurkan. Faktor kesusilaan disebut-sebut sebagai salah satu alasan penghancuran monumen tersebut.

Pasca-penghancuran, pamor Lapangan Citarum pun meredup. Saat monumen masih berdiri, area taman sekitarnya kerap digunakan anak-anak untuk bermain. Namun, hari demi hari berlalu, kawasan tersebut lambat laut menjadi terbengkalai hingga akhir 1960-an.

Dalam situasi itulah muncul usulan dari masyarakat untuk membangun masjid di lokasi bekas monumen. Waktu itu, jumlah masjid di pusat Kota Bandung terbilang sedikit.

Masjid Istiqomah yang lebih dulu berdiri di Kawasan Cihapit dinilai kurang terawat dan tidak mampu menampung jamaah. Maka, dibangunlah Masjid Istiqomah di Lapangan Citarum, dengan kapasitas yang jauh lebih besar pada akhir tahun 1960-an.

Masjid baru itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pendidikan dan kegiatan sosial. Hingga kini, masjid tersebut masih kokoh berdiri. Area sekitarnya pun ramai dengan aktivitas niaga jajanan kaki lima.

Kini, jejak fisik dari monumen pantat bugil tak lagi tersisa di tempat asalnya. Meski tinggal foto dan cerita, namun sejarah besar perkembangan telekomunikasi Indonesia di baliknya tetap menjadi bagian dari sejarah Kota Bandung yang patut dikenang.

Ikon Terhubungnya Indonesia-Belanda Via Udara

Dibangun Masjid Istiqamah

Dalam situasi itulah muncul usulan dari masyarakat untuk membangun masjid di lokasi bekas monumen. Waktu itu, jumlah masjid di pusat Kota Bandung terbilang sedikit.

Masjid Istiqomah yang lebih dulu berdiri di Kawasan Cihapit dinilai kurang terawat dan tidak mampu menampung jamaah. Maka, dibangunlah Masjid Istiqomah di Lapangan Citarum, dengan kapasitas yang jauh lebih besar pada akhir tahun 1960-an.

Masjid baru itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pendidikan dan kegiatan sosial. Hingga kini, masjid tersebut masih kokoh berdiri. Area sekitarnya pun ramai dengan aktivitas niaga jajanan kaki lima.

Kini, jejak fisik dari monumen pantat bugil tak lagi tersisa di tempat asalnya. Meski tinggal foto dan cerita, namun sejarah besar perkembangan telekomunikasi Indonesia di baliknya tetap menjadi bagian dari sejarah Kota Bandung yang patut dikenang.

Dibangun Masjid Istiqamah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *