Kala Heroisme Ki Bagus Rangin Dihidupkan Lewat Panggung Teater

Posted on

Di bawah sorot lampu yang menyinari panggung sederhana, kisah perjuangan Ki Bagus Rangin dihidupkan kembali melalui pagelaran teater di Gedung Kesenian Nyi Mas Rarasantang, Kota Cirebon. Sosok pejuang yang memimpin perlawanan terhadap penjajah di awal 1800-an itu diperankan dalam pertunjukan teater monolog.

Menjelang pertunjukan dimulai, satu per satu penonton mulai berdatangan ke lokasi acara. Ada yang datang dengan teman sebaya, ada pula yang hadir bersama keluarga. Mereka duduk berjajar tepat di depan panggung pertunjukan.

Saat musik pembuka ditabuh, suasana mulai hening. Sorot lampu tertuju pada pemain yang melangkah pelan ke tengah panggung. Berbalut kostum yang menggambarkan sosok Ki Bagus Rangin, ia memulai cerita lewat dialog lantang dan gerakan yang tegas.

Panggung pun terasa hidup dengan latar yang menampilkan suasana hutan yang rimbun oleh pepohonan, diselingi potret kehidupan masyarakat di masa penjajahan.

Penonton terhanyut. Adegan demi adegan berjalan mengalir. Salah satu momen yang ditampilkan adalah saat Ki Bagus Rangin bertemu beberapa rekan pejuangnya untuk mengatur strategi menyerang penjajah.

Dalam pertunjukan malam itu, diceritakan perlawanan yang dipimpin Ki Bagus Rangin ini lahir dari ketidakadilan dan penindasan. Ribuan pasukan rakyat yang terdiri dari santri, petani, hingga bangsawan bergerak di bawah pimpinan Ki Bagus Rangin.

“Ini bukan hanya soal politik dan ekonomi saja. Ini bukan soal kemarahan atau kesumat. Ini bukan soal keserakahan untuk berkuasa. Tapi ini masalah harga diri bangsa, harga diri kemanusiaan yang kemerdekaannya diinjak-injak,” ujar pemeran Ki Bagus Rangin dengan suara lantang, Sabtu (9/8/2025) malam.

Sinar lampu sesekali berganti warna mengikuti alur cerita. Cerita berlanjut dengan suasana yang berubah sedih dan tegang, saat salah satu rekan Ki Bagus Rangin tertangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh penjajah.

Ki Bagus Rangin merasakan kepedihan mendalam sekaligus kemarahan yang begitu membara. Dengan tekad kuat, ia menyatakan akan terus melanjutkan perjuangan melawan penjajah.

“Aku, Bagus Rangin tak pernah sendiri. Aku, Bagus Rangin akan terus berjuang dan terus berjuang,” ujar pemeran Ki Bagus Rangin dengan ekspresi penuh semangat.

Saat momen puncak tiba, ia berdiri tegak dengan sorot mata yang tajam, memegang senjata, lalu berteriak, “Sekien isun wani, Mmbesuk wani, lan kapan bae wani!. (Sekarang berani, besok berani, kapan saja berani),” teriak pemeran Ki Bagus Rangin.

Tabuhan musik terus bergemuruh mengiringi kisah perlawanan Ki Bagus Rangin terhadap penjajah. Pertunjukan pun berakhir dengan tepuk tangan penonton yang menggema panjang di dalam gedung kesenian.

Teater monolog yang mengangkat kisah perjuangan Ki Bagus Rangin itu disutradarai oleh Ade Bedul dengan Sandy Rahmat sebagai aktornya. Pertunjukan teater monolog ini digelar oleh sejumlah pelaku seni bersama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon.

Saat ditemui di sela-sela acara, Ade sedikit menjelaskan tentang Ki Bagus Rangin yang kisahnya diangkat dalam pertunjukan teater tersebut. Ia menyebut, Ki Bagus Rangin merupakan sosok pejuang yang memimpin perlawanan terhadap penjajah di era tahun 1800-an.

“Salah satu momen bersejarahnya adalah perang kedongdong. Perang (yang melibatkan) santri dan petani. Tapi ada juga bangsawan-bangsawan yang keluar dari keraton yang kemudian bergabung dengan beliau,” kata dia.

Melalui teater monolog yang mengangkat kisah Ki Bagus Rangin ini, diharapkan dapat menanamkan semangat perjuangan kepada masyarakat masa kini.

“Mungkin lebih bicara tentang spirit saja. Minimal kita melakukan hal kecil untuk melakukan suatu perubahan, dengan merujuk dari kisah ini,” terang Ade.

Kepala Disbudpar Kota Cirebon Agus Sukmanjaya yang hadir dalam acara tersebut menyatakan dukungannya terhadap penyelenggaraan pagelaran seni seperti teater monolog di gedung kesenian. Ia mendorong para pelaku seni dan generasi muda yang memiliki minat di bidang kesenian untuk aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan seni.

“Kami berharap para seniman dan pemuda dapat terus berkreasi. Kalau bisa acara-acara seperti ini bisa terus diselenggarakan,” ujar Agus

Ki Bagus Rangin, sosok pejuang yang kisahnya diangkat dalam pertunjukan teater tersebut, dikenal sebagai pemimpin gerakan yang berani melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Tendi, dalam karyanya berjudul Islam dalam Perjuangan Bagus Rangin Melawan Pemerintah Kolonial Belanda-Prancis dan Inggris 1810-1812, menjelaskan lebih jauh tentang sosok Bagus Rangin.

Bagus Rangin adalah putra Sentayem (Buyut Tayom) dari Blandong, Rajagaluh, Majalengka, sebuah daerah yang berada di kaki gunung Ciremai. Waktu kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun diyakini Bagus Rangin lahir sekitar tahun 1761.

Bagus Rangin memiliki seorang kakak bernama Bangin (Buyut Bangin) dan dua adik bernama Salimar (Buyut Salimar) serta Bagus Serit.

Keluarganya taat beragama karena ayahnya adalah guru ngaji yang berpengaruh di masyarakat. Sejak kecil, Bagus Rangin dibekali ilmu agama dan nilai kehidupan, sehingga ia tumbuh menjadi sosok kritis, berani, dan solid.

Sikap berani Bagus Rangin terinspirasi dari ayahnya yang aktif dalam kegiatan sosial dan peduli lingkungan. Dengan karakternya yang tegas, ia berani memimpin perlawanan terhadap kolonial yang memiliki kekuatan militer jauh lebih besar. Ia juga menginspirasi para petani untuk berani menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami.

Pergerakan Bagus Rangin berangkat dari keprihatinannya melihat kesenjangan hidup antara petani yang miskin dan tuan tanah yang kaya. Ia sering berdiskusi dengan kawan-kawan dan guru agamanya. Ia menilai, masalah itu disebabkan oleh perilaku tuan tanah dan pejabat pemerintah pada masa itu.

Di Majalengka, Bagus Rangin memulai gerakan bersama pengikutnya. Ia tidak sulit mendapat pengikut di Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Karena wilayah-wilayah itu kerap dilanda kerusuhan yang berawal dari keresahan petani atas persoalan agraria.

Bagi para petani, bergabung dengan Bagus Rangin seperti menemukan tempat berlindung dan mencari keadilan. Pengaruh Bagus Rangin tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, ia juga bisa mendapatkan pengikut dari daerah-daerah lain.

Dikutip dari sumber yang sama, dalam mengonsolidasikan kekuatan, Bagus Rangin menyatakan diri sebagai raja. Sebenarnya, ia tidak ingin mendeklarasikan diri sebagai raja. Namun karena lawan yang dihadapi adalah raja-raja lokal dan gubernur jenderal, yang oleh masyarakat dipandang raja, maka ia pun melakukan deklarasi tersebut.

Maksud dari penobatan itu adalah untuk mendapat pengakuan bahwa mereka memiliki posisi setara dan tidak dianggap remeh oleh pihak musuh.

Hal itu pun membuat pihak kolonial murka. Untuk memadamkan gerakan Bagus Rangin di wilayah Karesidenan Cirebon, pihak kolonial lalu membangun pasukan yang berasal dari kalangan pribumi dan eropa.

Pasukan pemerintahan kolonial itu pun langsung berangkat menuju Cirebon dari tempatnya masing-masing. Pada pertengahan Februari 1812, pasukan gabungan itu melakukan serangan ke basis pertahanan Bagus Rangin di Bantarjati, Jatitujuh.

Pertempuran berlangsung sengit dan berjalan cukup lama, yaitu terhitung sejak tanggal 16 sampai dengan tanggal 29 Februari 1812. Selama hampir dua minggu, pasukan gabungan pemerintah kolonial meraih kemenangan karena jumlahnya lebih banyak dan dilengkapi peralatan tempur modern.

Di sisi lain, pasukan Bagus Rangin sempat memberikan perlawanan sengit. Namun karena perlengkapan perang mereka tidak sebanding dengan pihak lawan, pasukan Bagus Rangin akhirnya mengalami kekalahan. Bagus Rangin dan pasukannya mundur untuk menyelamatkan diri dari sergapan musuh.

Sementara itu, pasukan gabungan dari pihak musuh terus melakukan operasi hingga ke desa-desa yang dicurigai sebagai tempat persembunyian Bagus Rangin. Mereka ingin menghabisi seluruh kekuatan Bagus Rangin dan menghentikan gerakannya.

Saat itu, Bagus Rangin dilindungi oleh sejumlah pejabat tingkat bawah yang simpati terhadap gerakannya. Ia pun sempat beberapa kali berhasil menyelamatkan diri dari operasi militer pasukan gabungan.

Namun, karena operasi itu terus berlangsung dengan melibatkan mata-mata penguasa di wilayah pedesaan, Bagus Rangin akhirnya ditangkap pada tanggal 27 Juni 1812 oleh pasukan gabungan.

Kisah heroisme Ki Bagus Rangin masih dikenang hingga kini. Namanya bahkan diabadikan pada sebuah ruas jalan di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ruas jalan yang menyandang nama Ki Bagus Rangin tersebut berada di Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Penyematan nama ini menjadi penanda bahwa kisah perjuangan Ki Bagus Rangin masih dikenang hingga kini.

Dikutip dari laman resmi Pemkab Cirebon, peresmian nama jalan tersebut dilakukan langsung oleh Bupati Cirebon, Imron, pada April 2022 lalu.

Penamaan ini sebagai bentuk penghargaan kepada sosok yang telah memimpin perlawanan pada penjajahan kolonial pada awal tahun 1800-an.

Gerakan yang dipimpin oleh Ki Bagus Rangin dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah itu kemudian dikenal dengan sebutan Perang Kedongdong.

Mengenal Ki Bagus Rangin dan Sepak Terjangnya

Dijadikan Nama Jalan di Kabupaten Cirebon