Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung masih belum bisa menyimpulkan keaslian batu yang disebut sebagai Prasasti Cimaung. Batu seberat 2,5 ton itu sendiri diketahui terletak di tengah pemukiman warga di Gang Cimaung, RW 07, Kelurahan Tamansari, Kota Bandung.
Kadisbudpar Kota Bandung Adi Junjunan Mustafa mengatakan, pihaknya masih kesulitan untuk menarik kesimpulan apakah batu itu asli merupakan prasasti atau hanya rekayasa. Sebab menurutnya, kesulitan utama terletak pada faktor membaca tulisan di batu tersebut yang ditengarai merupakan aksara sunda kuno.
“Saya masih belum ikut lagi, ternyata masih perlu kita kaji, karena membaca (tulisan sunda kono) itu susah,” katanya, Sabtu (6/9/2025).
Batu tinggi sekitar setengah meter tersebut menyembul di atas tanah dan telah ditemukan warga bertahun-tahun lalu. Peneliti dan arkeolog pun telah beberapa kali melakukan studi terhadap batu tersebut, namun hingga saat ini belum ada simpulan yang pasti.
Di atas permukaan batu berbentuk lonjong tersebut terdapat dua baris goresan yang membentuk serupa tulisan atau simbol tertentu. Di samping guratan tulisan tersebut, terdapat serupa ‘cap’ tapak kaki seukuran kaki bayi.
Untuk menguji keotentikan batu yang diduga prasasti tersebut, Disbudpar lantas melakukan pendalaman kajian, termasuk di antaranya dengan melakukan proses ekskavasi yang telah dilakukan selama beberapa hari belakangan. Proses ini juga melibatkan arkeolog, antropolog, epigraf, hingga konservator.
Adi Junjunan mengatakan, selain melibatkan peneliti dari Disbudpar dan para ahli, sejumlah mahasiswa juga sudah mendatangi lokasi untuk meneliti keaslian batu yang diduga prasasti tersebut. Namun untuk memastikan keaslian batu itu tentunya terlebih dahulu harus menghubungkan tulisan di atas batu itu dengan tulisan sejenis.
“Kalau yang saya baca untuk membaca si tulisan itu harus dihubungkan dengan tulisan yang kira-kira sejenis apa artinya gitu, ada ilmunya, kalau saya nanti tinggal menerima laporan,” pungkasnya.