Jejak Panjang Pabrik Roti Legendaris di Antara Gang Bandung

Posted on

Pagi itu, Matahari memang hanya datang berbisik menyinari lembut sudut permukiman warga di sebuah gang Kelurahan Babakan Asih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung. Dari kejauhan, asap tipis nampak mengepul, bercampur aroma roti manis yang menembus udara dan memanggil siapa saja untuk mengikuti harumnya.

Jejak aroma ini bisa ditemukan di kawasan sentra roti, Gang Babakan Rahayu, Jalan Raya Kopo, Kota Bandung. Meski berada di gang, lengkap dengan segala hiruk-pikuk seperti jalanan sempit yang sulit dilalui dan anak-anak yang lalu lalang, tapi Gang Babakan Rahayu sudah sejak lama menjadi denyut ekonomi utama untuk warga sekitarnya.

Berdasarkan pantauan infoJabar, ada puluhan pabrik roti rumahan yang berdiri di gang ini. Salah satu yang paling tua adalah Sawargi Bakery, pabrik olahan roti rumahan yang sudah dijalankan tiga generasi.

Dari luar, rumah yang jadi pabrik Sawargi Bakery memang nampak biasa saja. Meski corak warna putih dominan yang sudah mengusam, namun banyak cerita yang sudah tumbuh di pabrik rumahan itu hingga sekarang.

“Jadi awalnya ini dari usaha kakek yah tahun 59 (1959), kakek dulu pensiunan tentara dan akhirnya memutuskan untuk membuat pabrik roti ini. Mama terus ikut berkecimpung bantuin kakek, sampai akhirnya mama lepas dan bikin sendiri tahun 98 (1998) Roti Sawargi,” kata Nia Kurniawati, anak pemilik Sawargi Bakery saat berbincang dengan infoJabar belum lama ini.

Sejak saat itu, dapur kecil di Sawargi Bakery nyaris tidak pernah sepi. Roti kopyor dan roti kasur menjadi andalan Sawargi Bakery selama ini dengan resep yang sudah diturunkan hingga hingga bertahan di generasi ketiga.

Meski zaman sudah berubah, Sawargi Bakery masih mempertahankan tradisi lama dalam proses pengolahan rotinya. Alatnya pun dominan yang lama, dan lebih mengutamakan tenaga kerja manusia dalam proses pengolahannya.

Di sana, ada sekitar 20 orang yang nampak sibuk lalu lalang menyiapkan roti pesanan. Meski proses pengolahan adonan berbahan tepung terigu sampai pemanggangan di dalam oven bersuhu 400 derajat selsius menggunakan mesin, namun pengangkutan roti yang sudah jadi tetap dikerjakan secara mandiri.

Setelah adonan selesai menjadi roti, ada seseorang yang bertugas membawa tumpukan-tumpukan roti itu ke kalangan ibu-ibu yang siap di atas meja. Mereka lalu memotongnya sesuai ukuran, dan roti tersebut dibungkus ke dalam kemasan yang siap diedarkan.

Sawargi Bakery mulai buka sekitar pukul 08.00 WIB. Pabrik pun akan tutup sesuai dengan orderan tiap harinya, meskipun kebanyakan jam kerja selesai di waktu sore.

“Untuk pasarnya sendiri kita masih nyasar pedagang tradisional sampai se-Jawa Barat. Ada yang ke Tasik, Garut, sampe ke Sumedang,” ungkapnya.

Nia pun masih ingat betul, bisnis keluarganya itu pernah naik daun sekitar tahun 2003-an, tepat saat ia masih duduk di bangku SMP. Saat itu, dalam sehari, Sawargi Bakery bisa menghabiskan 100 karung tepung terigu untuk keperluan pengolahan menjadi roti yang siap edar.

Sayangnya, saat ini, omzet Sawargi Bakery telah mengalami penurunan. Dalam sehari, mereka maksimal hanya menghabiskan 23-25 karung, karena memang pesanan juga ikut berkurang.

Meski demikian, Nia dan keluarganya tetap bersyukur meski sekarang mengalami kondisi yang penuh ketidakpastian. Sebab, ada satu prinsip yang selalu keluarganya pegang yaitu mempertahankan pabrik roti itu sampai kapanpun.

“Makanya, almarhum bapak mah kan dari dulu bikinnya yang simpel aja rotinya. Yang penting laku, terus banyak yang pesen. Kalau bikin rotinya yang macem-macem, katanya susah buat dijualnya karena kita kan nyasarnya ke kalangan ekonomi menengah ke bawah. Jadi dari dulu tetep dipertahanin pesan itu,” ungkapnya.

“Terus bapak juga nitip pesen buat anak-anaknya, kita dibolehin bikin bisnis apa aja, yang penting jangan ninggalin pabrik. Jadi pabrik ini harus kita Kelola dan jangan ditinggalin, karena emang pabrik ini udah bantu hidup keluarga kita sampe sekarang,” tutup Nia mengakhiri perbincangannya dengan infoJabar.

Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *