Janji Sejati dari Mendiang Rafi Ghani

Posted on

Mendiang dokter Rafi Ghani sampai kapanpun akan memiliki tempat yang spesial bagi Persib Bandung. Meskipun telah berpulang pada Senin (23/12/2024) silam, namanya bakal selalu dikenang karena dedikasi dan janji setianya bagi klub kebanggaan.

Rafi Ghani bergabung menjadi dokter tim Persib sejak 2009. Sedekade lebih Rafi Ghani menghabiskan masa baktinya di Persib untuk menjamin kesehatan para pemain, termasuk mengobati mereka yang mengalami cedera.

Sayang, takdir pun telah ditentukan. Sebelum bisa merasakan gelar back to back juara, Rafi Ghani meninggal dunia di RSHS Bandung dan jenazahnya telah dimakamkan di TPU Sirnaraga, Kota Bandung, Selasa (24/12/2024).

Meskipun raganya sudah tiada, tapi nama Rafi Ghani tetap akan dikenang untuk selamanya. Saat momen perayaan juara, Minggu (25/5/2025), Persib memberikan tempat yang begitu spesial bagi mendiang sang dokter.

Bahkan, nama Rafi Ghani tetap tercatat sebagai penerima medali juara Liga 1 2024/2025. Medali pun diterima sang istri, Ira Feristiaty beserta kedua anak Rafi Ghani, Rajandra Ershad Rafiputra dan Rakhee Amani Rafiputri.

infoJabar mendapatkan kesempatan berbincang dengan putra Rafi Ghani, Rajandra Ershad Rafiputra. Di ujung telepon dalam percakapannya, Raja, begitu ia akrab disapa, begitu bangga dengan sosok sang ayah karena dedikasinya hingga Persib bisa kembali menjadi juara.

“Yang pasti kita bangga dengan dedikasi ayah. Kita semua sayang ayah. Makanya saya pas terakhir Persib dipastikan jadi juara, saya cuma bilang, yah, Persib juara lagi. karena ayah pasti sudah tahu ‘di sana’,” kata Raja dalam perbincangannya belum lama ini.

Raja lalu menceritakan momen-momen pertama saat Rafi Ghani mulai bergabung dengan Persib. Saat itu di tahun 2009, Rafi Ghani membuka obrolan di rumah bahwa ia telah mendapat tawaran untuk menjadi dokter tim di klub yang selama ini begitu ia banggakan.

Sebelum bergabung, Rafi Ghani berprofesi sebagai dokter umum di Kota Bandung. Raja masih ingat waktu itu semua keluarganya mendukung Rafi Ghani untuk menerima tawaran menjadi dokter tim di skuad Pangeran Biru.

“Waktu itu saya inget kalau saya masih SMP. Terus ayah cerita ke keluarga ada tawaran dari Persib pas masih dilatih Jaya Hartono. Kami support dan bilang kesempatan ini nggak datang dua kali, cobain dulu aja,” kenang Raja saat menceritakan momen tersebut.

Semenjak bergabung, Rafi Ghani langsung menunjukkan dedikasinya di Persib Bandung. Meski pemain hingga pelatih silih datang berganti, tapi Rafi Ghani tetap tak tergantikan posisinya di dalam tim.

Sejak saat itu juga, Raja dan keluarga mesti memahami bagaimana kesibukan seorang mendiang Rafi Ghani. Sebab konsekuensinya, keluarga jadi tidak punya waktu banyak berkumpul bersama karena Rafi Ghani dari awal sudah mendedikasikan pekerjaannya itu untuk tim kebanggaannya.

“Dan kerasanya bukan sedikit kehilangannya, banyak banget kehilangannya. Karena apa-apa dulu pasti ke ayah. Kalau weekend, weekdays, ada pemain cedera, ayah pasti samperin. Kalau ada acara keluarga, pasti Persib yang lebih diutamain, karena ngerasa ayah itu punya tanggung jawab di tim,” tuturnya.

Semasa hidupnya, Rafi Ghani memang dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi. Bukan hanya di kalangan pemain dan official tim, para awak media pun tak pernah luput ia tanggapi ketika mendapatkan pertanyaan soal kondisi kesehatan para pemain Persib Bandung.

Meski akhirnya jadi kehilangan banyak waktu dengan Rafi Ghani, Raja dan keluarganya justru memberikan dukungan yang penuh bagi pekerjaan sang ayah. Akhirnya, Raja dan keluarga memilih untuk menyesuaikan kegiatan mereka supaya tetap masih punya waktu walau sekedar berbincang-bincang santai di rumah.

Namun berkahnya, Raja sebagai anak pertama jadi lebih sering diajak Rafi Ghani bepergian kemana-mana untuk urusan pekerjaan. Raja saat itu tak hanya jadi sekedar ‘sopir pribadi’, tapi kemudian Rafi Ghani kenalkan ke sejumlah pemain dan official hingga punya hubungan emosional tersendiri.

“Sekeluarga mah udah paham, kalau ayah ada pekerjaan di Persib. Jadi kita ngerti, kita yang menyesuaikan jadwal ayah, bukan ayah yang menyesuaikan jadwalnya kita. Kalau ayah ada jadwal kosong, kita yang nyesuain untuk ketemu bareng-bareng,” ucapnya.

“Karena sering diajak dan dikenalin ke pemain sama official, saya jadi punya hubungan yang baik. Ke manajemen juga, sampai keluarga pemain. Makanya, Persib itu buat saya pribadi sama keluarga, Persib itu ayah,” tuturnya menambahkan.

Selain dikenal sebagai sosok yang berdedikasi tinggi, Rafi Ghani rupanya jiwa seorang bobotoh, sebutan untuk suporter Persib Bandung. Di era sebelum Persib menjadi juara pada 2014, Rafi Ghani pun kerap terlihat memendam kekecewaan jika tim kebanggaannya itu mengalami kekalahan.

Bahkan Raja masih ingat, di momen tersebut, ada masanya saat Persib mengalami performa angin-anginan dan terus-terusan diterpa dengan kekalahan. Jika sudah begitu, Rafi Ghani memilih tidak keluar rumah karena kesedihan yang ia rasakan.

Namun setelah penantian yang begitu panjang, Persib di masa itu akhirnya bisa menjadi juara pada 2014. Rafi Ghani tentu menjadi salah seorang yang turut bahagia melihat tim kebanggaannya bisa kembali menjadi jawara di kompetisi tertinggi di Indonesia.

“Kalau Persib menang, ayah pasti seneng dan kita juga ikut happy. Jadi bukan ayah aja, kita semua. Kalau Persib kalah pasti sedih sama kecewa,” ungkapnya.

“Dan ini faktanya, kalau Persib kalah, ayah itu lebih baik enggak keluar rumah. Katanya udah di rumah aja, karena kan Persib-nya kalah. Emang begitu kondisinya,” ucap Raja.

Pengabdian Rafi Ghani kembali membuahkan hasil meski harus menunggu 10 tahun lagi sampai Persib menjadi juara Liga 1 2023/2024. Pada saat itu, Raja punya momen yang spesial ketika menemui sang ayah di lapangan usai pertandingan final leg pertama babak Championship Series saat Persib menjamu Madura United di Stadion Si Jalak Harupat.

Saat itu, Persib menang dengan skor yang meyakinkan 3-0. Laju juara pun sudah tidak bisa dihentikan dan publik Bandung seolah langsung merayakan Persib yang selangkah lagi menjadi kampiun.

Raja dan keluarga waktu itu menyempatkan diri hadir di stadion. Selalu menonton Persib berlaga, mereka tentunya menantikan aksi sang ayah ketika dengan sigap mengurus pemain yang mengalami kondisi mengkhawatirkan di atas lapangan.

“Kita semua pokoknya kalau pertandingan home, kita selalu ke lapangan. Karena yang ditunggu, yang kita lihat selain Persib, ada sosok ayah di situ tentunya. Tapi kadang ayah suka bilang ini jangan nonton karena beberapa alasan, salah satunya keamanan, pasti kita ikutin. Karena kita selalu denger apa kata ayah. Kalau kata ayah bilang jangan, kita ikut,” kata Raja.

Momen yang diabadikan Raja itu ternyata menjadi bingkai perjalanan terakhir Rafi Ghani bersama Persib. Menjelang putaran kedua Liga 1 2024/2025, sang dokter berpulang setelah berjuang melawan penyakit yang dialaminya.

Saat Rafi Ghani meninggal dunia pada Desember 2024, kondisi kesehatan sang dokter sebetulnya sudah menurun sejak sebulan sebelumnya. Tapi kemudian, Rafi Ghani tetap berjuang melawan sakit tersebut dan kembali ke lapangan untuk menjalankan tugas pengabdiannya.

Bagi Raja, Rafi Ghani merupakan sosok yang tak tergantikan. Ia begitu bangga dengan karena selalu totalitas dalam bekerja dan mencurahkan semua dedikasinya.

“Yang paling berkesan ngelihat kerja kerasnya. Karena tiap hari kan Persib latihan, menurut saya pribadi saya capek lihat ayah, tapi ayah enggak ngeluh enggak apa. Itu yang ini yang bisa diambil kerja kerasnya, tanpa pamrihnya, tulusnya,” ucap Raja.

Karena itu lah, sosok Rafi Ghani bagi pemain Persib bukan hanya sekedar seorang dokter tim. Lebih dari itu, Rafi Ghani semasa hidupnya telah dianggap sebagai orang tua para pemain karena dedikasi dan kecintaannya untuk Persib.

Raja pun masih ingat, ketika momen bulan puasa, Rafi Ghani tak pernah absen mengajak pemain untuk berbuka atau menyantap sahur di rumahnya. Beberapa pemain yang dulu pernah datang ke rumahnya seperti Yandi Sofyan, Deden Natsir hingga Dedi Kusnandar.

“Karena hampir tiap hari keluar rumah, terus weekend pun kadang suka keluar kota terus kalau Persib away, jadi kadang kita nyempetin waktu kalau waktunya padet. Misalkan bangun lebih pagi untuk ngobrol bareng, atau kami cancel agenda masing-masing untuk ngobrol sama ayah malamnya. Jadi cari waktu aja untuk komunikasi,” ungkapnya.

Ketika Rafi Ghani berpulang, Raja dan keluarga pun begitu terpukul mengetahuinya. Sebab sang ayah sudah menjadi panutan bagi mereka baik di rumah maupun dalam pekerjaannya.

Namun kini, air mata kesedihan itu perlahan sudah mulai berkurang. Raja dan keluarga saat ini merasa begitu bangga dengan dedikasi yang ayahnya lakukan selama menjadi dokter tim Persib Bandung.

“Keren, keren banget. Jangankan pas saya menginjak dunia pekerjaan, sebelum itu saya sudah bisa merasakan, oh ini ayah saya keren. Bener-bener 24 jam, ada panggilan, ada telepon, selalu langsung fast respons buat nolong pemain,” katanya.

“Makanya kemarin pas final kita mau nonton ke stadion. Untuk pertama kalinya tanpa ada ayah di situ. Kalau dulu kan ada ayah, sekarang itu ayah ya kita bertiga. Dan kita bangga dengan dedikasi ayah buat Persib,” ucap Raja mengakhiri perbincangannya dengan infoJabar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *