Janji Dedi Mulyadi Beri ‘Hadiah’ Daerah Penghasil Oksigen

Posted on

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi ke-383 Kabupaten Ciamis di Gedung DPRD Ciamis, Kamis (12/6/2025). Kedatangan orang nomor satu di Jawa Barat itu pun disambut antusias warga.

Ratusan warga Tatar Galuh rela menunggu hingga berdesakan di halaman Gedung DPRD untuk bertemu Dedi Mulyadi. Usai rapat paripurna, pria yang biasa disapa Kang Dedi Mulyadi (KDM) ini pun menyempatkan menyapa warga. Pihak keamanan harus bekerja ekstra melakukan pengawalan karena warga terus merangsek untuk berebut salaman dengan Dedi Mulyadi.

Antusias warga juga terlihat di Pendopo Bupati Ciamis, di mana Dedi Mulyadi makan siang di Pendopo bersama Bupati Ciamis Herdiat Sunarya usai rapat paripurna. Ratusan warga pun menunggu di luar pagar yang kemudian dibolehkan ke area pendopo. Di halaman Pendopo pun Dedi Mulyadi kembali dikerumuni warga yang ingin berfoto dan bersalaman.

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dalam sambutannya saat paripurna menyatakan, akan mengeluarkan kebijakan fiskal bagi daerah-daerah penghasil udara, oksigen, air akan menjadi prioritas, salah satunya Ciamis. Bahkan Dedi pun berjanji akan mengeluarkan dana perlindungan konservasi.

“Daerah-daerah penghasil udara, oksigen, penghasil air, anu mere Kahuripan pasawahan, jadi bendungan jadi susukan jadi walungan bagian prioritas. Kuring mengeluarkan (saya mengeluarkan) dana perlindungan konservasi. (Daerah-daerah penghasil udara, oksigen, penghasil air yang memberikan kehidupan, pesawahan, jadi bendungan, jadi sungai bagian prioritas. Saya keluarkan dana perlindungan konservasi),” ujarnya.

Dedi menegaskan, kepala desa dan bupati tidak perlu memikirkan infrastrukfur jalan. Semuanya menjadi tanggung jawab Provinsi Jawa Barat apabila tidak cukup menggunakan anggaran dana desa atau dari APBD kabupaten.

Kepala desa teu kudu mikiran jalan lamun teu cukup ku dana desa. Bupati teu kudu mikiran jalan lamun teu cukup make dana kabupaten. Eta Kabeh bagean provinsi Jawa Barat ngabereskeunana. (Kepala desa tidak perlj memikirkan jalan kalau tidak cukup dari dana desa. Bupati tidak perlu memikirkan jalan kalau tidak cukup pakai dana kabupaten. Itu semua bagian Provinsi Jawa Barat untuk membereskannya),” jelasnya.

Namun Dedi memberikan catatan, ia akan memeriksa anggaran dana desa dan anggaran kabupaten dipakai untuk kepentingan masyarakat. Dedi akan mencoret anggaran apabila ditemukan anggaran itu digunakan untuk hal yang tidak sesuai.

Tapi catatanna kumaha, diperiksa ku aing anggaran desa na, anggaran kabupaten na. Lamun anggaran desa nya dipake nyandung, anggaran kabupaten dipake Ulin wae, kunjungan kerja kaluar, tong boroning ditambahan nu aya ge dicoretan. Sabab moal Aya kamakmuran lamun euweuh kaprihatinan pamingpin. (Catatannya, saya akan periksa anggaran desanya, anggaran kabupatennya. Kalau anggaran desanya dipakai poligami, anggaran kabupaten dipakai main, kunjungan kerja keluar, jangankan ditambah, yang ada akan dicoret. Sebaba tidak akan ada kemakmuran kalau tidak ada keprihatinan pemimpin),” tegasnya.

Dedi menyebut Kabupaten Ciamis masih punya kekuatan, di mana hutan dan gunungnya masih terawat. Dedi menyebut sewaktu di DPR RI gunung di Ciamis pernah diusulkan menjadi Taman Nasional.

“Minggu depan saya akan bertemu dengan Menteri (kehutanan), saya kenal dekat nanti diusulkan Gunung di Ciamis, Garut, Karawang dan Purwakarta,” katanya.

Dedi juga mengaku selalu ingat dengan Ciamis, bahkan urusan domba yang dimangsa oleh macan Gunung Sawal pun menjadi urusannya. Alasannya, lebih baik mengganti domba yang dimangsa daripada memburu macan yang dilindungi.

Kunaon? Maung turun ngadahar domba, tong diudag maungna mending domba na digantian. Maung paeh can tangtu Aya deui. Mun domba mah bisa meuli Sarebu siki. (Kenapa? Macan turun memangsa domba, jangan diburu macannya, lebih baik domba yang diganti. Macan mati belum tentu ada lagi. Kalau domba saya bisa beli seribu ekor),” tegasnya.

Menjaga alam, hutan dan gunung memiliki banyak manfaatnya, bahkan bisa mengembangkan pariwisata. Asalkan infrastrukturnya baik dan terintegrasi serta masyarakatnya diberikan pendidikan berbasis kreatif.

Moal bisa nyawah lamun teu boga leuweung, moal aya leuweung lamun euweuh gunung. Moal aya gunung lamun euweuh nu ngajagaanna. (Tidak bisa menanam padi kalau tidak ada hutan, tidak akan ada hutan kalau tidak ada gunung. Tidak akan ada gunung kalau tidak ada yang menjaganya),” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *