Di tengah riuhnya aktivitas perdagangan di Kota Cirebon, terselip sebuah jalan yang sarat akan kisah mistis dan nilai historis. Jalan Karanggetas namanya. Tak sekadar penghubung antara keraton di Cirebon, pusat kota, hingga mengarah lurus ke kompleks Makam Sunan Gunung Jati, jalan ini menyimpan legenda yang dipercaya mampu melumpuhkan niat jahat, bahkan menghilangkan kesaktian seseorang yang angkuh atau sombong.
Nama Karanggetas berasal dari dua kata, yakni karang yang berarti hutan dan getas yang berarti patah atau tumpul. Namun bagi warga Cirebon, arti sebenarnya jauh lebih dalam dan magis. Mitos yang beredar menyebutkan bahwa siapa pun yang memiliki ilmu kesaktian dan berniat buruk, jika melewati jalan ini, maka kekuatan tersebut akan sirna seketika.
Tak heran jika Jalan Karanggetas kini menjadi lokasi favorit untuk berdagang, terutama bagi pedagang emas. Salah satunya adalah Maerah (50), perempuan tangguh yang telah berjualan emas di emperan toko sepanjang jalan tersebut sejak tahun 2004.
“Saya sudah jualan ada dua puluh tahun jualan emas di sini, dari tahun 2004 sudah buka usaha jual beli emas,” tutur Maerah, belum lama ini.
Maerah mengaku memilih Karanggetas bukan hanya karena mitos keamanannya, tetapi juga karena jalan ini memang dikenal sebagai sentra jual beli emas di wilayah Cirebon dan sekitarnya. “Orang sewilayah tiga Cirebon, memang sudah banyak yang tahu tentang penjual emas di sini memang banyak, baik penjual maupun pembelinya juga kebanyakan orang bener,” tambahnya.
Meski terdengar seperti cerita rakyat, Maerah menghargai tentang mitos Jalan Karanggetas. “Kalau saya yang orang Cirebon percaya, cuman balik lagi ke setiap orang masing-masing, mau percaya atau tidak. Tapi cerita tentang mitos Jalan Karanggetas memang ada,” ujar Maerah.
Sebelum terjun membuka lapak emas, Maerah pun menimba ilmu selama satu tahun untuk memahami dunia perdagangan emas yang dikenal rumit dan penuh risiko. “Belajar dahulu lama sekitar setahun sama teman, ikut dulu sama teman sampai paham terus teliti, kalau emas tuh nggak bisa sembarangan jual-jual saja,” kisahnya.
Mitos Jalan Karanggetas tak lepas dari kisah spiritual antara dua tokoh besar, Sunan Gunung Jati dan seorang tokoh yang dikenal memiliki kesaktian luar biasa yakni Syekh Magelung Sakti. Konon, rambut Syekh Magelung Sakt tidak bisa dipotong.
Pegiat sejarah Cirebon Putra Lingga Pamungkas menjelaskan Syekh Magelung Sakti kala itu menantang siapa pun untuk mengalahkannya. Jika ada yang mampu, maka ia akan menjadikan orang itu sebagai gurunya.
“Kisah ini berawal dari tokoh antagonis bernama Syekh Magelung Sakti, tokoh sakti yang angkuh dan sombong ketika itu. Namun, kedigdayaannya berhasil dikalahkan oleh Sunan Gunung Jati,” tutur Lingga.
Pertemuan antara dua tokoh itu terjadi di tempat yang kini dikenal sebagai Jalan Karanggetas. Di sana, Sunan Gunung Jati memotong rambut Syekh Magelung Sakti hanya dengan dua jari, simbol kerendahan hati yang mampu menaklukkan keangkuhan.
Rambut Syekh Magelung Sakti kemudian dimakamkan di Karanggetas, menandai tempat tersebut sebagai simbol runtuhnya kesombongan dan niat buruk. “Kenapa banyak toko emas, karena konteksnya pengusaha yang berjualan di situ berpikir tidak ada penjahat. Ketika ada penjahat yang ingin berbuat jahat maka kejahatannya akan runtuh,” pungkas Lingga.
Bukan tanpa alasan para pedagang, terutama saudagar emas, memilih Jalan Karanggetas sebagai tempat membuka usaha. Ada keyakinan kuat bahwa kawasan ini adalah zona aman dari kejahatan, berkat mitos yang menyelimuti setiap jengkal aspalnya.
Budayawan Cirebon, Jajat Sudrajat, menegaskan bahwa dominasi toko emas di Jalan Karanggetas tidak bisa dilepaskan dari mitos yang diwariskan secara turun-temurun. Menurut Jajat, jalan ini dipercaya mampu melunturkan kesaktian dan menggugurkan jabatan orang-orang yang angkuh.
“Kenapa 80 persen di Jalan Karanggetas itu pertokoan. Karena saudagar atau pelaku usaha di Jalan Karanggetas menggunakan mitos. Bahwa jalan itu adalah daerah pantangan dan sakral,” kata Jajat saat berbincang dengan infocom, Selasa 21 September 2021 silam.
Bahkan, katanya, pelaku kriminal yang mencoba berbuat jahat di kawasan ini konon akan kehilangan ilmu atau kesaktiannya. Itulah yang membuat banyak pedagang emas zaman dahulu merasa lebih aman dan nyaman berbisnis di Karanggetas.
“Orang yang punya ilmu, kemudian berbuat jahat di situ (Jalan Karanggetas) maka luntur ilmunya. Ya alasan keamanan,” ucap Jajat.
Lebih dari sekadar mitos, Jalan Karanggetas juga menyimpan nilai historis yang tinggi. Dahulu, jalur ini merupakan jalan khusus bagi keluarga kerajaan dan tamu kehormatan yang hendak menuju Keraton Cirebon.
“Keistimewaan itu yang dimanfaatkan oleh saudagar atau para penjual emas. Jalan Karanggetas ini sebetulnya dibangun langsung oleh Syekh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati,” ujar Jajat.
Statusnya sebagai jalur kehormatan menjadikan Karanggetas dijaga ketat sejak masa lampau. Bahkan, Masjid Jagabayan disebut-sebut pernah difungsikan sebagai pos pemeriksaan bagi para tamu yang hendak masuk ke wilayah keraton.
“Jadi, di Masjid Jagabayan itu ada pemeriksaan sebelum masuk keraton,” ucapnya.