Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Rabu (21/5/2025) dari mulai gempa tektonik guncang Kabupaten Sumedang hingga remaja di Kabupaten Karawang alami perubahan kelamin.
Berikut rangkuman Jabar hari ini:
Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo (M) 3,7 mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, hari ini. Gempa tersebut dipicu sesar aktif.
Hasil analisa BMKG menunjukkan bahwa gempa bumi ini berkekuatan M=3,7. Episenter terletak pada koordinat 6.83 LS dan 107.94 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 4 km Timur Laut Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada kedalaman 4 km.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar aktif,” kata Kepala BBMKG Wilayah II Tangerang Hartanto.
Dia mengungkapkan, dampak gempa bumi berdasarkan laporan dari masyarakat, ini dirasakan di wilayah Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang dengan skala intensitas II-III MMI. Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
“Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut.” ujarnya.
“Hingga pukul 03:23 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan,” tambahnya.
Hartanto mengimbau kepada masyarakat dihimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi,” pungkasnya.
Tabrakan beruntun terjadi di Tol Padaleunyi Km 135 arah Jakarta, hari ini. Tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
Berdasarkan informasi, tabrakan beruntun itu melibatkan lima kendaraan. Dari video yang beredar, memperlihatkan situasi setelah terjadinya kecelakaan.
Kondisi jalan terlihat basah karena hujan yang mengguyur. Di lokasi kejadian juga sudah ada petugas terkait untuk melakukan penanganan.
Kasatlantas Polresta Bandung Kompol Danu Raditya Atmadja menuturkan, tabrakan beruntun itu terjadi di Km 152 Jalur B, Tol Padaleunyi.
“Kendaraan yang terlibat (tabrakan) berjumlah 5 kendaraan,” kata Danu.
Adapun kendaraan yang terlibat yakni mobil Innova, Xenia, Yaris, Avanza dan Brio. Dia memastikan tidak ada korban dalam kejadian tersebut.
“Korban nihil,” ucap Danu.
Sementara untuk penyebab kecelakaan, dia belum bisa memastikannya. Namun, kata dia, petugas sudah melakukan penanganan.
“Masih ditangani PJR Jabar 2,” ujarnya.
Hujan mengguyur Ciamis sejak Rabu, dini hari hingga pagi membuat air Sungai Citanduy meluap. Akibatnya sejumlah rumah di Kecamatan Panumbangan dan Kecamatan Cihaurbeuti terendam genangan air.
Kepala Pelaksana BPBD Ciamis Ani Supiani membenarkan, luapan Sungai Citanduy merendam sejumlah rumah warga di dua kecamatan. Selain rumah, genangan juga terjadi di jalan raya dan area persawahan seluas 1,5 hektare. Anggota BPBD Ciamis saat ini telah terjun ke lokasi untuk melakukan penanganan dan asesmen.
Ani mengatakan, genangan tersebut terjadi karena hujan dengan intensitas tinggi di Wilayah Kecamatan Panumbangan dan sekitarnya. Selain itu juga karena normalisasi sungai yang belum maksimal.
“Normalisasi sungai belum maksimal baru 1,5 km serta tanggul baru 500 meter mengakibatkan meluapnya Sungai Citanduy dan berdampak banjir merendam pemukiman dan jalan,” ujar Ani.
Untuk penanganannya, BPBD Ciamis saat ini sudah berkordinasi dengan BBWS Citanduy. Termasuk dengan Dinas Sosial Ciamis dan instansi terkait lainnya. BPDB juga mendistribusikan logistik kedaruratan.
“Tidak ada warga yang diungsikan,” katanya.
Sementara itu, Camat Panumbangan Eddy Yulianto mengatakan, luapan Sungai Citanduy menggenangi puluhan rumah dan jalan di tiga desa. Genangan air sekitar 10-20 sentimeter mulai masuk ke rumah warga Desa Sindangmukti dan Desa Sindangherang sejak pukul 01.00 WIB. Sedangkan di Desa Kertaraharja, genangan air mulai masuk ke rumah warga sekitar pukul 07.00 WIB.
“Intensitas hujan tinggi sejak dini hari tadi sampai sekarang menyebabkan air Sungai Citanduy meluap menggenangi 3 desa di Panumbangan,” katanya.
Adapun dampak dari luapan Sungai Citanduy ini, sebanyak 7 rumah di Dusun Manganti, Desa Sindangmukti. Di Desa Sindangherang, 20 rumah terdampak di Dusun Warudoyong dan 8 rumah di Dusun Landeuh. Kemudian di Desa Kertaraharja, yang terdampak ada 380 keluarga di Dusun Panongan dan 30 keluarga di Dusun Sukapulang Wetan.
Enam orang nelayan asal Lampung diamankan Kepolisian Sektor Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, buntut kericuhan di kawasan pesisir Ujung Genteng. Mereka sempat terlibat bentrokan dengan nelayan setempat.
Beruntung polisi bertindak cepat menghindari bentrokan susulan setelah lebih dari 250 warga berkumpul di sekitar lokasi kontrakan para pendatang.
Kapolsek Ciracap, Iptu Taufik Hadian mengatakan, pengamanan dilakukan sebagai bentuk langkah preventif menyusul laporan dugaan penganiayaan yang dipicu keributan di sebuah tempat hiburan.
Peristiwa itu bermula pada Senin (19/5) malam dan memuncak pada Selasa (20/5).
“Kericuhan bermula pada Senin malam sekitar pukul 23.30 WIB, ketika dua kelompok nelayan-nelayan Ujung Genteng dan nelayan asal Lampung terlibat cekcok di sebuah tempat hiburan atau kafe yang berada di wilayah pesisir Ujung Genteng, Kecamatan Ciracap,” kata Taufik dalam keterangannya hari ini.
Akibat keributan tersebut, seorang nelayan lokal mengalami luka di bagian kening diduga akibat pukulan dari kelompok nelayan pendatang.
Keesokan harinya, pada Selasa (20/5) pukul 10.00 WIB, korban melapor ke Polsek Ciracap. Laporan resmi pun diterima oleh pihak kepolisian.
Berselang setengah jam setelah laporan diterima, pukul 10.30 WIB, personel Polsek Ciracap yang dipimpin langsung anggota jaga mendatangi rumah kontrakan milik warga di Kampung Ujung Genteng, lokasi tempat tinggal para nelayan asal Lampung.
Saat tiba di lokasi, aparat mendapati sekitar 250 orang massa dari kalangan masyarakat dan nelayan Ujung Genteng telah berkumpul.
“Kami mengantisipasi potensi bentrokan susulan. Enam orang nelayan asal Lampung kami amankan menggunakan kendaraan dinas dan dibawa ke Mapolsek Ciracap,” ujar Taufick.
Langkah ini dilakukan untuk mencegah amuk massa serta menghindari konflik meluas antar kelompok nelayan. Proses penyelidikan terhadap dugaan penganiayaan tetap berjalan di unit Reskrim Polsek Ciracap.
Menindaklanjuti situasi yang dikhawatirkan memanas, unsur Forkompimcam Ciracap turun langsung ke lapangan. Pukul 15.00 WIB, Kapolsek Ciracap bersama Danramil Surade Kapten Witono, Kanit Reskrim, Kanit Intelkam, Bhabinkamtibmas Desa Ujung Genteng, dan anggota Unit Intel Kodim melakukan dialog dengan para tokoh dari kedua kelompok nelayan.
Pertemuan lanjutan digelar malam harinya, pukul 19.30 WIB di Aula Kantor Desa Ujung Genteng. Hadir dalam forum itu Kapolsek Ciracap, Danramil, perwakilan Pos TNI AL, Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua HNSI, dan para tokoh nelayan.
Tokoh nelayan Ujung Genteng menyampaikan sejumlah tuntutan. Mereka meminta agar nelayan asal Lampung tidak lagi beraktivitas di wilayah tersebut karena dinilai tidak memiliki legalitas andon yang lengkap.
Mereka juga meminta agar metode penangkapan ikan menggunakan jaring tanam dihentikan, serta mendesak agar kasus pemukulan di Cafe Rika diproses hukum.
Unsur Forkompimcam menegaskan bahwa proses hukum tengah berjalan, dan seluruh pihak diimbau untuk menjaga ketertiban. Soal metode penangkapan ikan dan status legalitas para pendatang, akan dikoordinasikan dengan dinas dan pemilik kapal.
“Tokoh nelayan dan warga menyatakan kesediaannya menjaga kondusifitas wilayah dan mempercayakan penanganan kasus penganiayaan sepenuhnya kepada Polsek Ciracap,” terang Taufick.
Pertemuan berakhir pukul 21.00 WIB dalam situasi aman dan terkendali.
Diberitakan sebelumnya, video yang menunjukkan aksi pengeroyokan terhadap seorang pria berkaus hitam sempat viral di media sosial. Insiden itu disebut sebagai buntut dari konflik antara nelayan lokal dan pendatang. Dua orang mengalami luka, dan aparat bergerak cepat untuk menstabilkan keadaan serta menindaklanjuti proses hukumnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Warga Desa Kecomberan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon digemparkan dengan perubahan warna air Sungai Silayar yang tiba-tiba berubah menjadi merah pekat. Fenomena mencurigakan ini terekam dalam video amatir warga dan cepat menyebar di media sosial. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan pencemaran lingkungan yang serius.
Menanggapi kejadian tersebut, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon langsung menerjunkan tim untuk melakukan investigasi awal di lokasi kejadian. Dugaan sementara, perubahan warna air sungai diakibatkan oleh pembuangan limbah bekas celupan atau sablonan kain.
“Tim kami sudah turun ke lokasi untuk melakukan penelusuran. Dugaan awal mengarah pada limbah tekstil, namun kami masih terus mengumpulkan data dan berkoordinasi dengan instansi terkait,” ungkap Kepala DLH Kabupaten Cirebon, Iwan Ridwan Hardiawan hari ini.
Meski begitu, Iwan menegaskan bahwa belum ada bukti kuat yang mengarah pada aktivitas sablon atau pencelupan kain di sekitar area sungai. Pemerintah Desa Kecomberan pun mengonfirmasi bahwa tidak terdapat usaha sejenis di wilayah tersebut.
“Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat. Informasinya, tidak ada aktivitas industri yang berhubungan dengan sablon atau celupan di sekitar lokasi,” lanjut Iwan.
Kepala Desa Kecomberan, Mastur Hidayat, membenarkan adanya perubahan warna air sungai dan berlangsung hanya beberapa menit. Meski singkat, warna merah pekat menyebar merata di sepanjang aliran sungai, membuat warga panik dan resah.
“Kami segera melakukan penelusuran sepanjang aliran sungai dan mendapati bahwa sumber air merah tersebut berasal dari luar wilayah desa kami,” jelas Mastur.
Sayangnya, tidak ada warga yang sempat mengambil sampel air untuk diuji laboratorium. Hal ini membuat penyebab pasti perubahan warna sungai belum bisa dipastikan hingga saat ini.
“Ini baru pertama kali terjadi di wilayah kami. Warga sangat khawatir karena air sungai biasa digunakan untuk berbagai aktivitas. Kami berharap pemerintah segera menindaklanjuti dan menanggulangi agar tidak menimbulkan dampak lingkungan yang lebih buruk,” ujarnya.
DLH Kabupaten Cirebon memastikan akan melanjutkan investigasi secara menyeluruh, termasuk kemungkinan pelanggaran lingkungan oleh pihak tertentu. Masyarakat pun diimbau untuk segera melaporkan jika menemukan aktivitas mencurigakan di sekitar aliran sungai.
Nasib pilu dialami remaja Karawang, yang menderita kondisi medis langka, yakni kelainan pada jenis kelamin atau gangguan perkembangan seks.
Penyakit itu diderita oleh RSM (16) warga Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, anak bungsu dari tiga bersaudara itu lahir pada 6 Juni 2009, yang kini genap 16 tahun.
Kepada infoJabar Sarta bercerita anaknya mengalami perubahan kelamin pada usia 16 tahun atau awal bulan Maret 2025, padahal sejak lahir anaknya merupakan seorang perempuan.
“Awal Maret 2025, saya memeriksakan anak saya ke RSUD Karawang, karena mengalami tanda-tanda perubahan fisik seperti laki-laki, padahal anak saya lahir sebagai perempuan,” ujar Sarta, ayah RSM, saat berbincang dengan infoJabar di RSUD Karawang hari ini.
Penyakit langka bernama Differences in Sex Development (DSD) itu, dialami RSM dengan kondisi ekonomi keluarga yang penuh keterbatasan, ia hanya dapat mengandalkan pengobatan gratis ke RSUD Karawang.
“Sudah berapa kali ke sini, kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak kami. Kami hanya mengandalkan pengobatan di sini (RSUD) karena keluarga kami hidup dalam keterbatasan ekonomi,” kata dia.
Bahkan saking terbatasnya, RSM sendiri hanya bersekolah hingga tamat sekolah dasar.
“Saking kita enggak ada uang anak saya ini sekolahnya cuma tamat SD, ini yang buat saya bingung juga, di ijazah anak saya jenis kelamin perempuan, dan foto berkerudung. Gimana nanti perubahan ijazah itu kalau ternyata jenis kelaminnya laki-laki,” ucap Sarta.
Sementara itu, hasil diagnosa dari RSUD Karawang menyatakan, terdapat kelainan perubahan hormon pada RSM, berdasarkan hasil pemeriksaan Ultrasonografi (USG) awal.
“Kami menerima pasien pertama pada 23 Maret 2025, dan dilakukan pemeriksaan USG dan urologi yang menemukan kelainan pada alat kelamin RSM,” kata Humas RSUD Karawang Lutfi, kepada infoJabar.
Secara medis, kata Lutfi, organ vital RSM tidak berada pada posisi yang semestinya, bahkan hasil pemeriksaan lain cukup mengejutkan, “Selain organ vital tidak berada pada posisi semestinya, hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa RSM tidak memiliki rahim layaknya perempuan lain,” imbuhnya.
Kendati demikian, Lutfi menegaskan bahwa, RSM masih dalam penanganan dan perlu tindakan lebih intensif serta memungkinkan untuk dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih lengkap.
“Tentu ini perlu tindakan lebih lanjut, masih dalam penanganan pihak kami. Dan jika dimungkinkan juga akan dirujuk ke rumah sakit yang lebih memadai dari segi fasilitasnya,” tuturnya.
Kelamin ‘ambigu’ seperti Disorders of Sex Development (DSD) mungkin masih asing terdengar di telinga. Yaitu kelainan kromosom yang menyebabkan organ kelamin laki-laki tidak berkembang saat di dalam janin. Sehingga menyebabkan bayi yang lahir, organ kelaminnya terlihat seperti perempuan.
Apa sih penyebabnya? Menurut dokter anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr dr Andi Nanis Sacharina Marzuki, SpA(K), genetik merupakan penyebab utamanya.
“Risiko anak mendapatkan 25 persen,” katanya saat ditemui infoHealth di FKUI Salemba, Jakarta Pusat, 15 Januari 2019 lalu.
Kondisi ini disebabkan oleh hormon dihidrotestosteron (DHT) pada perkembangan jenis kelamin laki-laki. Hormon tersebut berfungsi untuk perkembangan genitalia eksterna saat masa janin.
“Pas bentuk di janin itu harus ada hormon DHT untuk membesarkan penis, menyatukan skrotumnya, untuk bawa lubang urine ke ujung, itu kerja hormon DHT semua. Kalau hormon DHT-nya nggak ada di masa janin, jadi bisa kelihatan perempuan bayinya,” jelas dr Nanis.
Jika tidak terdiagnosis saat bayi, seseorang dengan kelainan ini akan menyadari saat usianya menginjak pubertas. Tidak jarang yang testisnya mulai membesar, muncul jakun, dan fisiknya pun tampak seperti laki-laki.
Di Indonesia sendiri, dalam penelitian dr Nanis sejak tahun 2013, terdapat sekitar 79 ‘perempuan’ yang secara genetik adalah seorang laki-laki. Kebanyakan dari mereka menyadarinya saat usia di atas 10 tahun.
Tiga sepeda motor terlibat kecelakaan lalu lintas di Jalan Raya Amir Machmud, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi hari ini.
Tiga sepeda motor yang terlibat antara lain Honda Revo dengan nomor polisi D 4795 HY, Honda Beat dengan nomor polisi D 5073 UDY, serta Honda Beat dengan nomor polisi D 6121 UEY.
Akibat kecelakaan tersebut, nahas seorang pengendara sepeda motor atas nama Soni Sonjaya (39), tewas di lokasi kejadian. Sementara pengendara motor lainnya mengalami luka ringan.
“Betul satu orang meninggal dunia akibat kecelakaan di Jalan Amir Machmud Cimahi. Kejadiannya Rabu pagi tadi,” kata Kanit Penegakan Hukum (Gakkum) Sat Lantas Polres Cimahi, Ipda Yusup Gustiana saat dikonfirmasi hari ini.
Kecelakaan tersebut, kata Yusup, berawal saat sepeda motor yang dikendarai korban Soni Sonjaya datang dari arah Cimahi menuju Padalarang dengan kecepatan sedang.
“Saat tiba di lokasi kejadian, pengendara kehilangan kendali kemudian terjatuh ke sisi kanan dan menabrak sepeda motor matik yang dikemudikan Ine Yuniarti,” kata Yusup.
Sepeda motor Honda Revi tersebut lalu tergelincir ke depan kemudian menabrak bagian belakang sepeda motor yang dikendarai korban luka atas nama Rinni Novianti.
“Korban kemudian dibawa ke RSUD Cibabat bersama dengan korban luka. Kami kemudian melakukan olah TKP,” kata Yusup.
Sungai Citanduy dan Cikidang meluap hingga membanjiri permukiman warga di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya. Sebanyak 1.011 rumah warga terendam banjir dengan ketinggian dari 60 cm hingga 2 meter.
“Sampai sore ini banjir masih merendam belum surut. Hujan turun lagi kemungkinan masih akan terendam permukiman. Ada 1.011 rumah yang terendam air,” kata Ketua FK Tagana Kabupaten Tasikmalaya, Jembar Adi Setia hari ini.
Dia juga menyebut ada 241 warga yang terpaksa mengungsi akibat bencana tersebut. Mereka merupakan warga empat dusun, yakni Mekarsari, Bojongsoban, Hegarsari, dan Cicalung.
“Ya ada yang ngungsi di Mesjid dan pondok pesantren. Total ada 241 orang,” ucap Jembar.
Selain merendam rumah, fasilitas umum seperti jalan raya, hingga hektaran lahan sawah turut terendam banjir.
“Ada juga areal makan yang terendam air, sawah, jalan dan sekolah juga,” ucapnya.
Sementara itu, nasib tragis menimpa Siti Aminah (75) asal Desa Sukaratu, Sukaresik. Lansia ini tewas tenggelam saat menjaring ikan di lahan sawah yang terendam banjir.
Dia diduga terpeleset dan terbawa arus yang kuat. Korban gagal selamat karena tidak bisa berenang.
“Ada juga warga yang meninggal sudah lansia. Ia lagi ambil ikan di areal banjir terpeleset,” kata Jembar.
Seorang rekan korban, Makmur akui, jika almarhum kerap memanfaatkan banjir musiman untuk mencari ikan. Tetapi hanya menjala ikan di areal sawah tidak mendekat sungai.
“Ya suka sama saya biasanya mah. Jaring ikan. Tadi mah dia duluan, saya belakangan. Pas kata orang hilang, tahunya ketemu meninggal. ketahuan di jasnya,” kata Makmur.
Jasad korban masih disemayamkan di masjid setempat, menunggu dikebumikan.
Sementara itu, warga lainnya Aning mengaku, sudah bosan dengan banjir yang sudah sering terjadi. Dia meminta keseriusan pemerintah menangani banjir ini.
“Terus banjir kalau hujan, saya ini tiap banjir barang barang teh di ke atasin, cape,” kata Aning.