Jabar Hari Ini: Saat Macan Tutul Nyasar Masuk ke Kamar Hotel

Posted on

Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini dari mulai seekor macan tutul masuk ke sebuah hotel di Kota Bandung hingga seorang pria di Sukabumi tewas setelah berduel dengan ular king kobra.

Berikut rangkuman Jabar hari ini:

Seekor macan tutul masuk kedalam hotel di Kecamatan Sukasari, Kota Bandung. Nasimah, penjaga hotel itu mengatakan, macan tutul itu tiba-tiba muncul dari arah belakang hotel yang sudah lama kosong. Menurut Nasimah, macan tutul tersebut tak memberikan respon meskipun mereka sempat bertatap muka.

“Kejadian tadi jam setengah 7 pagi, macannya dari bawah, naik ke atas,” kata Nasimah kepada infoJabar hari ini.

Dia mengira sekilas hanya seekor kucing besar, sebelum akhirnya sadar itu adalah predator liar yang sesungguhnya. “Kaget, dia lagi jalan, kaya kucing gitu, enggak melawan (menerkam),” ujarnya.

Tanpa membuat suara keras, macan tutul itu terus melangkah menaiki tangga hotel, menyusuri lorong menuju lantai dua. Napas Nasimah tercekat ketika melihat hewan itu berhenti di depan salah satu kamar. “Langsung masuk ke kamar, ini hotel, tapi sudah kosong,” ucapnya.

Khawatir satwa itu bisa keluar dan menimbulkan bahaya, Nasimah segera mengambil tindakan. Ia menghubungi Dinas Pemadam Kebakaran Kota Bandung dan mengikuti instruksi mereka. “Langsung laporan ke Damkar. Katanya minta pintu ditutup, langsung ditutup,” ujar Nasimah.

Dalam hitungan menit, petugas berdatangan membawa kandang besi dari Lembang Park and Zoo. Proses evakuasi pun dilakukan dengan hati-hati di lantai dua hotel tempat macan tutul itu bersembunyi. Setelah setengah jam melakukan evakuasi di lantai dua tempat macan tutul itu ditemukan, satwa liar dilindungi tersebut akhirnya berhasil dimasukkan ke dalam kandang besi, setelah sebelumnya dibius untuk menghindari risiko berbahaya.

“Yang mau bantu perhatikan cara pegang nya, karena kukunya lumayan,” ucap petugas yang memberikan arahan kepada tim yang membantu proses evakuasi.

Meski sudah dimasukkan ke dalam kandang, bukan hal mudah bagi petugas untuk menurunkannya. Kandang besi itu tidak bisa dibawa turun melalui tangga karena aksesnya sempit, sehingga petugas harus mengeluarkannya melalui pintu belakang bangunan.

Proses penurunan kandang dilakukan secara manual dengan sangat hati-hati. Setelah banyak petugas membantu, kandang akhirnya berhasil diturunkan dan dinaikkan ke atas mobil bak terbuka.

Usai macan tutul berhasil diamankan, petugas meminta warga yang sempat menonton untuk membubarkan diri. Hal ini dilakukan karena dikhawatirkan hewan buas yang sudah dibius itu bisa bangun kembali dan stres melihat kerumunan. “Silahkan, warga untuk membubarkan diri, tidak mendekat,” kata petugas.

Kapolsek Sukasari Kompol Ni Wayan mengatakan, proses evakuasi dilakukan selama tiga jam. “Tiga jam,” ujarnya.

“Kesulitannya diturunkan dari lantai dua ke lantai satu,” tambah Wayan.

Setelah berhasil diamankan, satwa liar dilindungi itu akan menjalani observasi di Lembang Park and Zoo, sebelum kemudian direhabilitasi di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Sukabumi.

Meski demikian, pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat belum dapat memastikan apakah macan tutul tersebut merupakan satwa yang sebelumnya dilaporkan kabur dari Lembang Park and Zoo.

“Belum, kita nggak sampai ke situ dulu ya. Karena dilihat dari lokasi dan rentang waktu itu terlalu jauh ya,” kata Humas BBKSDA Jabar Ery Mildranaya kepada wartawan.

Ery menegaskan, identitas satwa itu masih perlu diteliti lebih lanjut. “Jadi kita belum bisa pastikan apakah itu macan tutul yang sama atau sejenis, kita belum bisa pastikan,” ujarnya.

Ia menambahkan, jarak antara Lembang Park and Zoo dengan lokasi penemuan di Sukasari mencapai sekitar lima hingga enam kilometer, dan medan yang harus dilalui cukup berat.

“Kalau dari jarak antara LPK (Lembang Park and Zoo) dengan lokasi sini, jaraknya kira-kira 5,6 kiloan, lebih gitu ya. Itu harus masuk lewat menyusur perkebunan, area masyarakat. Itu kita belum bisa berspekulasi terlebih dari itu,” tambahnya.

Ketika disinggung kemungkinan satwa tersebut merupakan hewan peliharaan warga, Ery juga belum bisa memastikan. “Nggak bisa, kami belum bisa seperti itu,” ucapnya.

Langit malam di wilayah Cirebon, Jawa Barat, Minggu (5/10) mendadak berubah menjadi tontonan menegangkan. Sekitar pukul 18.35 hingga 19.00 WIB, warga di beberapa kecamatan mendengar suara dentuman keras yang menggetarkan rumah. Tak lama sebelumnya, cahaya terang menyerupai bola api melintas cepat di langit menuju arah timur.

Fenomena itu sontak menghebohkan warga di Cirebon, Kuningan, hingga Majalengka. Video dan foto yang diunggah di media sosial memperlihatkan sorotan cahaya hijau kemerahan yang kemudian hilang di balik cakrawala, diikuti suara menggelegar yang membuat banyak orang keluar rumah.

Di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, sejumlah warga sempat mengira suara keras tersebut berasal dari ledakan ban kendaraan besar di jalan tol. Namun, setelah melihat unggahan video warga lain, banyak yang menyadari bahwa sumbernya bukan dari darat.

“Bener tadi ada suara kenceng pisan sampai pintu rumah bergetar. Awalnya saya kira ban truk pecah, ternyata katanya ada bola api jatuh di Lemahabang,” ujar Wamad, warga Mundu, kepada infoJabar.

Tim BPBD Cirebon yang mendapat laporan langsung berkoordinasi dengan BMKG untuk memastikan sumber getaran. Hasil sementara menunjukkan adanya sinyal getaran di seismograf, namun tak berkaitan dengan pergerakan lempeng bumi.

Fenomena serupa juga terlihat di wilayah Majalengka, tepatnya di Desa Padaherang, Kecamatan Sindangwangi. Sejumlah warga menyebut melihat cahaya besar berwarna hijau kemerahan melesat cepat ke arah timur sebelum terdengar dentuman.

“Cahaya itu sangat singkat sekali. Hitungan info saja. Lalu terdengar (melintas) sekitar (pukul) 18.45 WIB dengan suara dentuman yang begitu keras,” kata Aceng Kurniawan, warga setempat.

Dentuman itu bahkan menimbulkan getaran yang membuat kaca rumah bergetar. Warga sempat mengira sedang terjadi gempa bumi. “Di rumah kaca itu bergetar. Dikira awalnya gempa,” ujarnya.

“Iya, dentuman. Dentuman dulu baru bergetar. Ya dikiranya itu, dikiranya ada gempa. Terus ada yang sebagian itu (mengiranya) petir gitu. Masa petir nggak ada hujan, terang bulan ada petir gitu,” sambungnya.

Berdasarkan arah lintasan yang dilihat warga, bola api tersebut tampak menuju ke arah timur, diduga ke wilayah Kuningan atau bahkan perairan Cirebon.

Seiring ramainya laporan di media sosial, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin, akhirnya memberikan penjelasan. Berdasarkan analisis kesaksian warga dan sejumlah rekaman CCTV, fenomena itu merupakan meteor berukuran besar yang memasuki atmosfer bumi dari arah barat daya.

“Berdasarkan analisis awal dari kesaksian warga serta rekaman CCTV yang menunjukkan cahaya melintas sekitar pukul 18.35 WIB, disimpulkan bahwa objek itu adalah meteor yang memasuki atmosfer dari arah barat daya,” jelasnya.

BMKG juga mencatat adanya gelombang kejut pada pukul 18.39 WIB di beberapa titik, seiring dengan waktu dentuman terdengar oleh warga. Fenomena semacam ini, menurut Thomas, tergolong alamiah dan tidak menimbulkan bahaya langsung.

“Peristiwa seperti ini merupakan fenomena alam biasa, meski ukurannya cukup besar sehingga menimbulkan cahaya terang dan dentuman. Publik tidak perlu khawatir,” kata Thomas.

Ia menambahkan, setelah menimbulkan cahaya dan dentuman, meteor diperkirakan jatuh di Laut Jawa. Meski tergolong jarang terjadi di Indonesia, fenomena ini tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat.

BMKG Kertajati memastikan fenomena itu tidak terkait dengan kondisi cuaca. Berdasarkan data citra satelit pada waktu kejadian, langit dalam kondisi cerah berawan tanpa adanya petir, awan konvektif, atau potensi badai lokal.

“Fenomena yang berkaitan dengan meteor atau benda antariksa merupakan kewenangan BRIN. BMKG hanya memastikan dari sisi meteorologi, sementara semua indikator cuaca normal,” kata Ketua Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad.

Menurut hasil pemantauan BMKG, tidak ada aktivitas meteorologis yang terdeteksi pada waktu kejadian. Kondisi cuaca berdasarkan citra satelit juga menunjukkan langit cerah berawan, tanpa adanya indikasi sambaran petir atau pembentukan awan konvektif yang biasanya bisa menimbulkan suara ledakan.

Syifaul menjelaskan, suara dentuman serupa juga bisa disebabkan oleh fenomena lain, seperti gempa atau longsoran besar. Namun hingga saat ini, tidak ada data seismik maupun laporan aktivitas tanah yang terekam di wilayah Cirebon.

“Dari sisi meteorologi, semua kondisi normal. Karena itu, kemungkinan lain di luar faktor cuaca perlu ditelusuri lebih lanjut,” jelasnya.

Meski demikian, BMKG mengakui tidak memiliki instrumen khusus untuk mendeteksi pergerakan meteor. Oleh karena itu, dugaan mengenai benda langit akan menjadi ranah BRIN untuk dianalisis lebih lanjut.

Sementara itu, Stasiun Geofisika Bandung melaporkan adanya satu sinyal getaran lemah yang terekam pada waktu kejadian. Namun sinyal tersebut belum dapat dipastikan sumber maupun skalanya.

Seorang siswi SD di Desa Sirnasari, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi dikabarkan meninggal dunia diduga setelah menyantap makan bergizi gratis (MBG) di sekolahnya.

Kabar kematian siswi berinisial S atau Ca itu lebih dulu ramai di media sosial. Dalam kolom komentar sejumlah warganet menyebut dugaan warga korban mengalami keracunan makanan.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, menegaskan pihaknya telah menurunkan tim surveilans untuk menelusuri dugaan tersebut. Namun, berdasarkan laporan sementara dari petugas kesehatan di lapangan, penyebab kematian belum bisa dipastikan dan dugaan keracunan MBG dinilai kecil.

“Informasi dari petugas kesehatan setempat, dia meninggal karena sebelumnya dia sudah sakit. Seandainya itu kasus keracunan dari MBG, tidak mungkin cuma satu orang,” ujar Agus saat dikonfirmasi infoJabar hari ini.

Agus mengatakan pemeriksaan sedang dilakukan di sekolah dan lingkungan sekitar korban untuk memastikan penyebab pasti.

“Tim surveilans sedang menelusuri kasus tersebut ke lapangan,” ujarnya.

Hingga kini, Dinas Kesehatan masih menunggu hasil pemeriksaan medis dari rumah sakit yang menangani korban. “Belum, masih menunggu hasil surveilans dinas,” kata Agus.

Kampung Cipetir, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, mendadak gempar. Seorang warga bernama Erwanto (40) yang hendak menyadap pohon karet menemukan jasad tetangganya, Ocang, tergeletak di jalan setapak tak jauh dari rumahnya, hari ini.

Tak jauh dari tubuh korban, seekor ular king cobra sepanjang empat meter tampak kaku di tanah dengan kepala tertancap tongkat kayu. Warga sekitar meyakini, ular itu adalah hewan yang menyerang korban malam sebelumnya.

Kanit Reskrim Polsek Sagaranten Aiptu Yadi Supriyadi membenarkan kejadian tersebut.

“Benar telah terjadi korban jiwa akibat patukan ular kobra di wilayah hukum Polsek Sagaranten tepatnya, pada hari Senin tanggal 06 Oktober 2025 sekitar pukul 06.00 WIB di Kp. Cipetir RT 08/RW 03 Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi,” kata Yadi dalam keterangan tertulis.

Menurut Yadi, hasil olah tempat kejadian perkara menunjukkan korban meninggal dunia akibat serangan ular berbisa.

“Tidak jauh dari korban terdapat seekor ular kobra sepanjang empat meter yang sudah mati dan tertancap kayu, sehingga dugaan sementara korban meninggal akibat serangan gigitan dari ular kobra sepanjang empat meter,” jelasnya.

Dari hasil pemeriksaan, korban mengalami luka gigitan di sela-sela jempol kaki kanan. Luka tersebut membuat kakinya membiru akibat racun yang menjalar cepat.

“Korban menderita luka akibat gigitan atau dipatuk di bagian kaki sela-sela jempol sebelah kanan yang mengakibatkan kaki berwarna lebam kebiru-biruan,” ungkap Yadi.

Yadi menambahkan, keluarga korban sudah menerima peristiwa ini sebagai musibah. “Keluarga korban menerima atas kejadian tersebut adalah suatu musibah dan takdir dari Allah SWT dan selanjutnya pihak keluarganya menguburkannya atau disemayamkan di pemakaman umum setempat,” ujarnya.

Sementara itu, Ade Pici, staf Desa Cidadap, korban sempat melawan sebelum meninggal dunia.

“Dari jejak di lokasi, diduga kuat korban berupaya melawan ular tersebut menggunakan sebilah parang dan sebuah tongkat kayu,” jelas Ade.

Ular king cobra itu akhirnya ditemukan tewas di lokasi dengan kepala tertancap tongkat milik korban. “Diduga korban tidak kuat lagi menahan bisa ular di tengah perjalanan saat hendak meminta tolong. Ia akhirnya tersungkur dan meninggal dunia seorang diri,” tambah Ade.

Dua anak dilaporkan jatuh dan tenggelam di Sungai Cimandiri, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (5/10). Hingga hari ini, satu dari keduanya ditemukan meninggal dunia oleh tim SAR gabungan.

Korban yang ditemukan bernama Arka Saputra (12). Jasadnya ditemukan mengapung di permukaan air pada pukul 08.45 WIB, sekitar 500 meter dari lokasi awal kejadian.

“Korban kita temukan pagi ini dalam kondisi jasadnya terapung di atas permukaan air, kemudian jenazah selanjutnya kita bawa menuju rumah duka untuk diserahkan kepada pihak keluarga,” ujar Suryo Adianto, Koordinator Pos SAR Sukabumi dalam keterangan tertulis yang diterima infoJabar.

Suryo mengatakan, tim gabungan masih mencari satu korban lainnya, Zidan Ramadhan (12), yang belum ditemukan hingga Senin sore nanti. Operasi pencarian melibatkan puluhan personel dari berbagai unsur. Area pencarian dibagi menjadi tiga sektor.

Tim pertama menggunakan perahu rafting untuk menyisir aliran Sungai Cimandiri hingga radius 12 kilometer dari lokasi kejadian. Tim kedua melakukan pencarian melalui jalur darat dengan pengamatan visual di sepanjang bantaran sungai sejauh 2 kilometer. Sementara tim ketiga mengoperasikan drone untuk pemantauan dari udara dalam radius 1 kilometer.

Puluhan personel dikerahkan dalam operasi ini, melibatkan Pos SAR Sukabumi, Polsek Warungkiara, Riam Jeram, Pemerintah Desa Hegarmanah, Relawan Mantab 03, Sehati Gerak Bersama, Saka Adventure, VTB, Pramuka Peduli Kabupaten Sukabumi, Saka SAR Kabupaten Sukabumi, SAR Khatulistiwa, Sigap Pasundan, ASB, FAJI Kota Sukabumi, Sundara Adventure, serta masyarakat setempat.

Peristiwa ini bermula ketika kedua bocah tersebut bermain bola tangan di tepi Sungai Cimandiri sekitar pukul 11.45 WIB. Diduga, keduanya terpeleset dan terseret arus sungai yang deras.

Sungai Cimandiri dikenal memiliki arus kuat dan kedalaman yang bervariasi. Warga sekitar diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama agar anak-anak tidak bermain di area sungai tanpa pengawasan orang dewasa.

Macan Tutul Masuk Hotel Kosong di Bandung

Penjelasan BRIN dan BMKG Terkait Bola Api di Cirebon

Siswa SD di Sukabumi Meninggal Gegara MBG

Warga Sukabumi Tewas Usai Duel dengan King Kobra

Sungai Cimandiri Menelan Korban, 1 Bocah Dilaporkan Tewas