Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Jumat, 20 Juni 2025 dari mulai gunungan sampah di TPS Gunung Batu sudah diangkut dan akan dilakukan penutupan, hingga seorang ibu melahirkan bayi kembar tiga di Sukabumi.
Berikut rangkuman Jabar hari ini:
Tumpukan sampah yang sempat menggunung dan meluber hingga ke badan Jalan Gunung Batu, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Cicendo, akhirnya diangkut oleh petugas kebersihan. Namun lokasi TPS di sana kabarnya akan segera ditutup.
TPS yang sebelumnya dipenuhi sampah kini tampak lebih kosong. Sampah yang ada hanya tersisa sedikit di bagian belakang TPS.
Ujang Rusmana, salah seorang petugas TPS mengatakan, sampah yang menggunung sudah diangkut sejak Selasa (17/6) kemarin. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan 9 truk pengangkut sampah.
“Hari Selasa kemarin diangkut semua 9 mobil,” kata Ujang saat ditemui hari ini
Setelah sampah seluruhnya diangkut, Ujang menyebut, Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung berencana untuk menutup TPS. Dengan penutupan itu, sampah warga menurutnya akan diangkut secara terjadwal.
“Nanti mah (katanya) TPS ditutup nanti ada mobil di jadwal. Rencananya dalam waktu dekat TPS ditutup,” ujarnya.
“Katanya dua hari sekali ada mobil ke sini. Sebelum ada mobil jangan narik (sampah), nariknya dari warga sesuai jadwal,” sambungnya.
Akan tetapi, kata Ujang, para petugas kurang setuju dengan rencana penutupan TPS. Sebab jika TPS ditutup, dikhawatirkan sampah warga menjadi menumpuk di banyak titik.
Selain itu, dia khawatir banyak sampah yang tercecer di jalan karena masih ada pengendara yang membuang sampah di TPS Gunung Batu.
“Pengennya jangan ditutup kalau bisa. Kalau ini ditutup susah lagi nyari tempatnya. Takutnya sampah dimana-mana juga, ini kan banyak yang buang di sini (pengendara), nanti tercecer kalau ditutup kami nggak tanggung jawab,” tegasnya.
“Kalau sekarang ya tetap dibersihkan sama kita-kita,” imbuhnya.
Wakil Gubernur Jawa Barat Erwan Setiawan melontarkan kritik tajam terhadap Sekda Jawa Barat Herman Suryatman. Erwan menyentil, Herman yang dianggap jarang masuk kantor dan menghadiri rapat paripurna DPRD.
Hal tersebut disampaikan Erwan saat menghadiri rapat paripurna DPRD Jabar dengan agenda Pandangan Fraksi Terhadap Ranperda Pertanggungjawaban APBD Tahun 2024, Kamis (19/6).
Mulanya, Erwan diminta menjawab pandangan dari fraksi-fraksi DPRD terkait pertanggungjawaban APBD Jabar tahun 2024. Namun Erwan menyebut jawaban soal pandangan fraksi akan disampaikan oleh Sekda Jabar, Herman Suryatman.
“Nanti untuk penyampaian jawaban pelaksanaan APBD Jabar 2024 yang akan menyampaikan saudara Sekda Jabar, karena saya dengan Gubernur tahun 2024 belum menjabat, supaya lebih real,” ungkap Erwan.
Saat itulah, Erwan mulai mengkritik Herman yang menurutnya jarang menghadiri rapat paripurna. Bahkan Erwan juga menyebut, Sekda Jabar jarang berada di kantor.
“Dan juga sekalian tanyakeun kamana wae (tanyain kemana aja) Sekda gitu,” kata Erwan disambut tepuk tangan anggota DPRD yang menghadiri rapat paripurna.
“Selama saya paripurna mewakili Pak Gubernur belum pernah saudara Sekda hadir dan sekarang pun di kantor nggak pernah ada, coba tanyakan yang terhormat anggota DPRD, terima kasih,” lanjut Erwan.
Pernyataan Erwan itu kemudian direspons Wakil Ketua DPRD Jabar, MQ Iswara. Iswara menegaskan, apa yang disampaikan Erwan biarlah diselesaikan secara internal oleh pihak legislatif. Iswara menyebut, DPRD harus menghormati dinamika yang terjadi di Pemprov Jabar.
“Dan masalah yang disampaikan Wagub tadi biarlah itu menjadi masalah internal di eksekutif, kita jaga rumah kita masing-masing saja,” ucap Iswara.
Terpisah, Sekda Jabar Herman Suryatman menanggapi sindiran tersebut. Dalam keterangannya, Herman terlebih dulu memohon maaf tidak hadir dalam paripurna tersebut.
“Bapak atau ibu pimpinan miwah Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, katut wargi-wargi warga Jawa Barat. Hapunten samudaya kalepatan rehna tadi enjing tabuh 10.30 WIB simkuring teu tiasa hadir acara Paripurna DPRD Provinsi Jawa Barat. (Bapak/lbu Pimpinan Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, sekaligus warga Jawa Barat. Mohon dimaafkan segala kesalahan tadi pagi jam 10:30 Wajib saya tidak bisa hadir acara paripurna DPRD Provinsi Jabar),” ucap Herman.
Ia kemudian menjelaskan penyebab dirinya tidak bisa menghadiri paripurna karena mendapat tugas dari Gubernur Dedi Mulyadi. Bahkan Herman membagikan agenda dirinya mendapat disposisi dari Dedi Mulyadi.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Hatur uninga, patali jadwal Pak Gubernur sareng disposisi beliau tiasa ditingal di update protokol. (Dikarenakan bentrok dengan jadwal pak gubernur dan disposisi beliau, bisa dilihat dilihat di update protokol),” jelasnya.
Saat itu, Herman mengaku, mendapat tugas untuk mendampingi kunjungan Menteri PMK ke lokasi bencana pergeseran tanah di Purwakarta yang harus jadi perhatian pemerintah.
“Kaleresan dina waktos anu ampir sami, tabuh 11.30 WIB simkuring nampi tugas ti Pak Gubernur kangge ngadampingi kunjungan kerja Bapak Menteri PMK ka lokasi bencana pergeseran tanah di Pasirmunjul Purwakarta. (Kebetulan di waktu yang sama jam 11.30 WIB saya terima tugas pak gubernur untuk mendampingi kunjungan kerja Bapak Menteri PMK ke lokasi bencana pergeseran tanah di Pasirmunjul Purwakarta),” tuturnya.
“Aya 83 KK, 69 rumah tur 249 jiwa anu terdampak tur kedah diperhatoskeun. Hapunten bilih kinerja simkuring kirang nyugemakeun pimpinan miwah warga Jawa Barat. Salam baktos. (Ada 83 KK, 69 rumah dan 249 jiwa yang terdampak yang harus diperhatikan. Mohon maaf jika kinerja saya kurang menyenangkan pimpinan dan semua warga Jawa Barat),” tutup Herman.
Kemacetan di kawasan Jalan Abdul Rahman Saleh dan Jalan Garuda akibat belum selesainya pembangunan Flyover Nurtanio menuai sorotan luas. Selain menimbulkan macet setiap hari, pengerjaan konstruksi menimbulkan dampak lain seperti jalan yang rusak dan berdebu.
Menanggapi hal itu, Dinas Perhubungan Jawa Barat angkat suara dan menegaskan bahwa proyek tersebut berada di bawah wewenang pemerintah pusat, bukan pemerintah daerah.
Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat Dhani Gumelar mengatakan, pihaknya terus menjalin komunikasi dengan pemerintah pusat untuk mendorong percepatan penyelesaian proyek tersebut.
“Itu pembangunan oleh pemerintah pusat. Informasinya akan coba didorong lagi dan itu menyisakan satu dari beberapa flyover yang dibangun pemerintah. Kita sudah komunikasi secara intensif,” ujar Dhani hari ini.
Flyover Nurtanio sebelumnya diharapkan dapat menjadi solusi atas kepadatan lalu lintas di Kota Bandung, namun progres yang lambat justru memperburuk situasi lalu lintas. Kemacetan makin parah saat jam sibuk, sementara konstruksi terlihat stagnan di lapangan.
Dhani menegaskan, pihaknya mendorong agar pembangunan segera dilanjutkan dan diselesaikan tahun ini. Ia pun menjanjikan akan memberikan informasi terkini apabila sudah ada kepastian jadwal penyelesaian dari pihak pusat.
“Harus segera (selesai) mudah-mudahan di tahun ini. Nanti kita coba update,” tegasnya.
Diketahui, Flyover Nurtanio sepanjang 550 meter sejatinya dirancang untuk mengurai kepadatan lalu lintas yang kerap terjadi akibat pertemuan arus kendaraan dari arah Cimahi, Andir, serta pusat Kota Bandung.
Pengerjaan proyek ini dimulai sejak Januari 2024. Namun, hingga pertengahan Juni 2025 ini, proyek tersebut belum juga rampung.
Sebelumnya pihak Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jakarta-Jawa Barat sempat menuturkan, pembangunan flyover Nurtanio bisa rampung di akhir Mei 2025.
“Mudah-mudahan kita coba semaksimal mungkin, akhir Mei janji kami mudah-mudahan kalau cuaca mendukung lebih cepat lagi,” ungkap Kepala BBPJN Sjofva Rosliansja, Senin 16 Desember 2024.
Sudah lewat tiga bulan, Dedi Hidayat (43), warga RT 02/RW 04 Kampung Sukaasih, Kelurahan Sumelap, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya dilanda kebingungan. Rumah Dedi yang 3 bulan lalu menjadi korban bencana alam angin puting beliung, masih dibiarkan rusak.
Bagian depan rumahnya rusak, konstruksi atap rumah berantakan sehingga dari dalam rumah bisa melihat langit.
Beruntung ada satu kamar di rumahnya yang masih kuat dari terjangan angin, sehingga di kamar itu Dedi bersama istri dan dua anaknya bisa bertahan.
Dedi bukan tak ingin memperbaiki huniannya, tapi dia tak punya uang. Dia mengaku sedang mengalami krisis keuangan dan sedang sulit mencari pekerjaan.
Jangankan memperbaiki rumah, membiayai anak sulungnya sekolah pun dia tak sanggup. Akhirnya anak sulung yang duduk di kelas 1 SMA sambil mondok di pesantren itu pun, terpaksa harus berhenti.
“Rumah rusak waktu ada angin kencang, sekitar 3 bulan lalu. Sampai sekarang, saya baru menerima sembako dan terpal dari Tagana dan BPBD, belum ada kabar lagi soal bantuan,” kata Dedi, Jumat (20/6/2025).
Dedi mengaku, saat ini bekerja serabutan, jika ada yang menyuruh dia baru bekerja dan mendapat upah. Dia sempat berniat merantau ke pulau Sumatera, meski hingga kini belum bisa terwujud.
“Tapi merantau ke Padang juga belum ada hasil. Lagian kerja jauh dari keluarga itu rasanya was-was terus, kepikiran terus sama kondisi di rumah,” kata Dedi.
Soal anaknya yang putus sekolah, Dedi membenarkan, jika hal itu terpaksa dilakukan karena situasi yang dihadapinya dianggap pelik.
“Ya jangankan memperbaiki rumah, untuk biaya sekolah anak saya saja sudah tidak mampu. Anak saya baru kelas satu SMA terpaksa berhenti, mondoknya juga sudah berhenti,” kata Dedi.
Dia berharap, pemerintah bisa membantu kesulitan yang dihadapinya, terutama untuk memperbaiki kerusakan rumahnya yang merupakan korban bencana alam.
“Harapannya ada bantuanlah dari pemerintah, ini kan korban bencana, sudah diketahui juga oleh pemerintah yang waktu itu datang ke sini,” kata Dedi.
Kejutan tak terduga dialami pasangan suami istri Shofa Makiyah (33) dan Ismail Abdul Aziz (36). Warga Kampung Cikadu, Desa Sukalarang, Kabupaten Sukabumi ini dikaruniai bayi kembar tiga alias triplet. Fenomena langka ini disebut hanya terjadi pada 1 dari 10 ribu kehamilan.
Awalnya, Shofa mengira hanya mengandung bayi kembar dua. Saat memeriksakan kandungan di usia kehamilan tujuh minggu, dokter menyebut, ada dua kantung janin. Namun, saat pemeriksaan lanjutan dua pekan kemudian, hasilnya mengejutkan.
“Pas kontrol lagi, ternyata janinnya jadi tiga. Jadi dalam satu kantung ada dua janin. Kaget banget,” cerita Shofa saat dihubungi hari ini.
Reaksi sang suami pun tak kalah heboh. “Suami saya sampai nggak bisa duduk saking kagetnya, kirain cuma dua ternyata tiga,” kata dia.
Shofa menjalani persalinan lewat operasi caesar di RSU Hermina Sukabumi pada usia kandungan 35 minggu. Ketiga bayi laki-lakinya lahir selamat pada 20 Mei 2025 lalu pukul 14.37 WIB.
“Ini kehamilan kelima saya, jadi sekarang total anak saya tujuh. Sebelumnya empat, ditambah kembar tiga ini,” ucapnya.
“Alhamdulillah saya sangat terbantu, tenaga medisnya profesional dan perhatian. Saya juga didukung penuh oleh suami dan ibu saya. Tanpa mereka mungkin saya nggak sekuat ini,” sambungnya.
Wakil Direktur Medis RSU Hermina Sukabumi, Andreansyah Nugraha mengatakan, proses persalinan berjalan lancar meski penuh tantangan. Ketiga bayi sempat dirawat selama 10 hari pasca kelahiran.
“Karena lahir di usia 35 minggu, perawatan intensif diperlukan tapi ini wajar untuk bayi kembar,” kata Andreansyah.
Menurutnya, kelahiran triplet merupakan peristiwa langka yang memiliki risiko tinggi, baik bagi ibu maupun bayi.
“Di sisi lain memang bayi kembar tiga atau triplet ini terjadi antara satu banding 10.000 kehamilan, jadi ini sangat spesial dan kebanggaan bagi kami bisa membantu persalinan bayi kembar tiga dengan selamat,” ungkapnya.
“Proses persalinan bayi kembar ini apalagi kembar tiga pasti memiliki risiko yang cukup besar, tapi alhamdulillah dapat kita tangani dengan baik,” tutupnya.