Berbagai peristiwa menarik terjadi di Jawa Barat hari ini Rabu (23/4/2025), beberapa diantaranya memantik perhatian pembaca infoJabar. Mobil mewah Dedi Mulyadi yang kedapatan nunggak pajak, teror di waung sate Sukabumi hingga viral oknum polisi diduga pungli.
Berikut ringkasan berita yang dihimpun dalam Jabar Hari Ini :
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjelaskan status pajak mobil mewah miliknya Lexus LX600 yang menunggak pajak. Dia menjelaskan sedang melakukan mutasi dari DKI Jakarta ke Jawa Barat.
Dedi menjelaskan Lexus LX600 berpelat B 2600 SME itu masih nyicil. Saat ini dia sedang mengurus pemindahan registrasi kendaraan bermotor. Dia tidak membantah jika sampai saat ini masih belum membayar pajak kendaraan meski telah lewat jatuh tempo.
“Ada berita menarik mobil Lexus atas nama Dedi Mulyadi masih nunggak pajak. Saya sampaikan bahwa mobil itu bernomor Jakarta, karena itu masih kredit belum lunas maka saya akan melakukan mutasi ke Jawa Barat,” kata Dedi dalam akun TikTok miliknya, dikutip Selasa (22/4/2025).
“Karena sebagai Gubernur Jawa Barat tidak elok rasanya kalau saya menggunakan nomor di Jakarta, karena itu masih di bawah kendali leasing, maka pihak leasing sedang memproses untuk mutasi,” kata Dedi.
Dalam data Samsat DKI Jakarta, mobil berpelat B 2600 SME itu teregistrasi sebagai Lexus LX600. Mobil tersebut menunggak pajak hingga Rp 41 juta. Pajak kendaraannya itu melewati jatuh tempo sejak 19 Januari 2025. Hal ini menjadi sorotan lantaran Dedi sedang memberikan relaksasi berupa penghapusan denda pajak di Jawa Barat.
Dia mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang mengkritiknya terkait keterlambatan pembayaran pajak.
“Dalam proses itu nanti pada akhirnya seluruh tunggakan di Pemda DKI-nya akan lunas dan dilunasi, kemudian nomornya di Jawa Barat, dan nanti saya membayar pajaknya di Jawa Barat untuk kepentingan rakyat Jawa Barat,” jelas dia.
“Saya ucapkan terima kasih atas seluruh sifat kritisnya, karena saya pastikan mobil yang saya gunakan, motor yang saya gunakan semuanya sudah bernomor Jawa Barat.”
“Dari dulu saya punya tradisi, ketika saya menjadi Bupati Purwakarta seluruh nomornya itu nomor Purwakarta, dan hari ini saya gubernur Jawa Barat seluruh nomornya nomor Jawa Barat. Karena pemimpin harus memberikan contoh bagi seluruh rakyat, terima kasih mohon maaf atas keterlambatannya,” jelasnya lagi.
Seorang oknum anggota polisi di Sumedang diduga telah melakukan praktik pungli terhadap pengendara sepeda motor. Aksi dari oknum tersebut pun terekam kamera dari warga dan menjadi viral di media sosial.
Dilihat infoJabar pada video viral tersebut mulanya terlihat pengendara sepeda motor tengah berbincang bersama salah satu anggota polisi. Saat itu, di waktu yang bersamaan seorang wanita yang tengah dibonceng terlihat membuka tas pribadinya dan mengambil sesuatu yang diduga kuat merupakan uang tunai.
Tak lama kemudian, wanita tersebut memberikan uang kepada pengendara. Sang anggota polisi pun seperti langsung membuka buku catatan tilang dan si pengendara memasukkan uang tersebut ke dalam buku catatan tilang.
Usai menerima uang, oknum polisi langsung kembali berjalan ke belakang.
Polres Sumedang pun merespons langsung setelah beredarnya video viral tersebut. Melalui Kasi Humas AKP Awang Munggardijaya, pihaknya membenarkan bahwa aksi pungli tersebut dilakukan oleh oknum dari anggota Satlantas Polres Sumedang yakni Aipda DM.
Awang mengatakan, kejadian tersebut terjadi saat anggota Satlantas Polres Sumedang tengah menggelar operasi rutin di Jalan Raya Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang, pada Minggu (20/4) kemarin.
“Betul, lagi operasi rutin. Kejadian viral pungli oleh personil Lantas Polres Sumedang, tepatnya pada hari Minggu 20 April 2025 pukul 10.00 WIB bertempat di jalan Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang,” ujar Awang saat dikonfirmasi infoJabar, Rabu (23/4/2025).
Saat ini, kata Awang, Polres Sumedang melalui Profesi dan Pengamanan (Propam) telah melakukan penempatan khusus (patsus) terhadap Aipda DM. Tak hanya itu, Aipda DM pun juga akan dilakukan proses sidang kode etik.
“Bahwasannya Propam Polres Sumedang telah melaksanakan Patsus terhadap personil tersebut kemudian sedang dilakukan proses kode etik,” katanya.
Atas gaduhnya aksi pungli terhadap pengendara sepeda motor yang dilakukan oleh oknum anggota polisi, Polres Sumedang pun menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat dan akan membenahi diri di tubuh polri.
“Untuk selanjutnya kami atas nama Polres Sumedang menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut,” pungkasnya.
Noneng Ocos (55), warga Kampung Jaringao, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, menjadi korban penganiayaan brutal yang nyaris merenggut sebagian telinganya. Sebilah golok yang ditebaskan tetangganya sendiri Alex, menghantam daun telinga kirinya hingga nyaris putus.
Peristiwa mengerikan itu terjadi pada Selasa (22/4/2025) siang sekitar pukul 12.30 WIB. Awalnya, Noneng dan pelaku tengah membicarakan batas tanah di pesisir pantai, wilayah yang kerap memicu sengketa antar tetangga. Tak disangka, diskusi tersebut berubah menjadi adu mulut panas antara Alex dan anak Noneng, Deja.
“Antara pelapor dan pelaku sedang meluruskan batas tanah di pinggir pantai. Tapi kemudian terjadi percekcokan antara anak korban dengan pelaku,” ungkap Kapolsek Ciracap, Iptu Taufik Hadian saat dihubungi infoJabar, Rabu (23/4/2025).
Dalam kondisi emosi memuncak, Alex tiba-tiba masuk ke warung miliknya dan keluar dengan sebilah golok yang diselipkan di pinggang. Situasi kian memanas. Deja lebih dulu melayangkan pukulan menggunakan balok kayu ke punggung Alex.
Melihat suasana memburuk, Noneng berusaha melerai. Namun justru ia yang menjadi sasaran. Golok yang sudah terhunus tiba-tiba diayunkan ke arahnya. Noneng sempat menangkis dengan kayu, namun tak berhasil sepenuhnya.
“Korban mencoba menangkis tebasan golok dengan balok, tapi meleset dan mengenai telinganya. Telinga kirinya sobek cukup parah,” kata Taufik.
Teriakan warga membuat pelaku menghentikan aksinya. Noneng dilarikan ke Rumah Sakit Jampang Kulon dengan kondisi telinga yang berlumuran darah. Warga kemudian melaporkan insiden itu ke Polsek Ciracap.
Polisi bergerak cepat. Alex langsung diamankan dari lokasi kejadian. Sementara petugas menggelar olah TKP dan memintai keterangan sejumlah saksi.
“Setelah menerima laporan kami bergerak mengamankan pelaku, membawa korban ke rumah sakit, dan melakukan penyelidikan lanjutan,” ujar Taufik.
Hingga saat ini, insiden tersebut masih ditangani Unit Reskrim Polsek Ciracap. Polisi mendalami motif pelaku dan kemungkinan unsur perencanaan dalam tindakan kekerasan yang nyaris menewaskan korban tersebut.
Insiden mengerikan menimpa seorang pegawai warung sate di Kampung Cigombong, Desa Warungkiara, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi. Korban bernama Teguh mengaku dianiaya, diintimidasi, dan bahkan ditodong pistol oleh sekelompok orang tak dikenal yang datang ke warung tempatnya bekerja.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (19/4/2025) sekitar pukul 03.30 WIB pagi. Lima orang datang menggunakan mobil Brio berwarna kuning, terdiri dari empat pria dan satu perempuan. Mereka awalnya memesan makanan seperti pelanggan biasa.
“Awalnya mereka nanya warung buka atau tidak, saya jawab buka. Mereka pesan satu sop dan empat ayam goreng,” kata Teguh kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).
Namun setelah makanan dihidangkan dan disantap, suasana mendadak berubah. Salah satu dari mereka mengklaim sop yang disajikan tumpah ke paha, lalu mulai mengamuk.
“Katanya sopnya tumpah dan minta ganti rugi. Padahal kayak mengada-ada. Saya sudah minta maaf, tapi tetap enggak diterima,” ujar Teguh.
Menurutnya, dua dari pria tersebut mulai memukul dan menampar. Salah satunya bahkan mengeluarkan pistol dan menodongkan ke arah kepala serta perutnya.
“Sambil mukul, pistol ditodongin ke jidat. Temannya bilang, ‘tembak aja, tembak'” lanjut Teguh.
Teguh tak berani melawan karena ketakutan. Aksi itu disertai dengan pemerasan, di mana para pelaku meminta uang senilai Rp 200 ribu dengan dalih untuk menyelesaikan masalah.
“Saya bilang makanan sudah saya gratiskan. Tapi dia tetap maksa minta uang. Saya kasih Rp 50 ribu sama recehan dari laci, padahal itu uang buat beli popok anak saya,” katanya.
Tak berhenti di situ, pelaku juga meminta nomor telepon dan memotret SIM Teguh. Keesokan harinya, salah satu pelaku menghubungi Teguh melalui WhatsApp dan kembali meminta uang.
“Dia minta sisa Rp 100 ribu lagi. Saya bilang kerja dulu. Tapi setelah itu, semua pesan dihapus,” ucap Teguh.
Teguh kemudian melaporkan kasus ini ke kepolisian pada Minggu (20/4/2025). Saat kejadian, Teguh tidak sendiri.
Rekannya dan lima karyawan lain yang tidur di warung sempat terbangun dan hendak melerai, namun diancam oleh pelaku.
“Mereka juga diancam, jadi enggak bisa bantu apa-apa. Harapan saya, pelakunya cepat ditindak,” tutupnya.
Dihubungi terpisah, Kasat Reskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono mengaku akan mengecek informasi tersebut. “Kita cek dulu ya,” singkatnya.
Puluhan siswa MAN 1 dan PGRI 1 Cianjur akhirnya diizinkan pulang setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit lantaran mengalami keracunan usai menyantap makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Frida Layla Yahya, mengatakan berdasarkan data terakhir ada 79 siswa yang dirawat di rumah sakit.
“Siswa yang mengalami keracunan usai menyantap MBG terus bertambah, bahkan sampai kemarin (Selasa, 22/4/2025) sore ada yang baru masuk dan dirawat di rumah sakit. Jadi total 79 siswa, siswa MAN 1 sebayak 60 orang dan SMP PGRI 1 sebanyak 19 orang,” kata dia, Rabu (23/4/2025).
Menurutnya berdasarkan laporan dari petugas dan dari pihak rumah sakit, seluruh korban keracunan sudah membaik dan diizinkan pulang.
“Barusan dicek lagi ke rumah sakit, baik di RSUD Sayang dan RS Bhayangkara, semua siswa yang mengalami keracunan sudah dipulangkan. Kondisinya membaik setelah penanganan, tidak ada yang sampai dirawat inap,” kata dia.
Namun lanjut dia, para siswa yang sempat dirawat tersebut akan tetap dipantau kondisinya oleh tim dari Dinas Kesehatan dan puskesmas.
“Tetap akan kami pantau perkembangannya. Khawatir ada yang bergejala lagi setelah pulang. Setiap puskesmas sudah diberikan data korban, sehingga nanti memantau siswa yang domisilinya dekat dengan masing-masing puskesmas,” ucap dia.
Frida mengatakan Dinkes juga masih menunggu hasil uji laboratorium dari sampel makanan dan muntahan untuk memastikan penyebab keracunan.
“Kita dibantu oleh tim dari provinsi. Jadi kemungkinan bisa lebih cepat. Informasinya dari tiga hari ke depan sudah bisa keluar hasilnya. Kalau normalnya kan bisa sampai 10 hari, baru keluar hasil,” kata dia.
Di sisi lain, Kepsek MAN Cianjur Erma, mengatakan pascakejadian keracunan massal, aktivitas di sekolah tetap berjalan dan tetap dilakukan kegiatan belajar mengajar.
Namun, siswa yang sempat dirawat lantaran mengalami keracunan diizinkan untuk tidak bersekolah selama beberapa hari dan diminta beristirahat di rumah hingga benar-benar pulih.
“Sekolah tidak diliburkan, tetap ada aktivitas belajar. Tapi khusus yang sempat dirawat atau mengalami gejala diizinkan untuk tidak masuk dulu. Kami minta siswanya untuk beristirahat saja sampai benar-benar pulih, baru bersekolah lagi,” kata dia.