Ini Biang Kerok Penyebab Harga Emas Ugal-ugalan

Posted on

Harga emas kembali melonjak tajam, dan biang kerok di balik kenaikan ini bukan cuma dari dalam negeri. Ketegangan geopolitik hingga pelemahan nilai tukar dolar AS jadi pemicu utama logam mulia ini kian bersinar.

Hari ini, Kamis (17/4/2025), harga emas Antam melesat naik hingga Rp 32.000 dan menembus angka Rp 1.975.000 per gram. Bahkan, berdasarkan data Pegadaian pukul 14.00 WIB, harga emas Antam ukuran 1 gram sudah mencapai Rp 2.037.000, naik signifikan dari Rp 2.004.000 di pagi hari.

Fenomena ini sejalan dengan kenaikan harga emas global yang juga mencetak rekor tertinggi. Mengutip Reuters, Kamis (17/4), harga emas spot menguat 3,1% dan berada di level US$ 3.327,97 per ons pada penutupan perdagangan Rabu (16/4), setelah sempat menyentuh rekor tertinggi baru di US$ 3.332,89 per ons di awal sesi.

Tak hanya emas spot, harga emas berjangka di AS juga mengalami lonjakan serupa, naik 3,3% dan ditutup di angka US$ 3.324,50 per ons. Analis menyebutkan bahwa faktor utama di balik lonjakan ini adalah melemahnya nilai dolar AS serta meningkatnya kekhawatiran akan memanasnya hubungan dagang antara AS dan China.

“Dolar yang melemah, kekhawatiran akan tarif baru, serta ketidakpastian ekonomi global menjadi penopang kuat harga emas,” ujar Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM seperti dikutip dari .

Ia menambahkan bahwa permintaan Presiden Donald Trump untuk menjajaki penerapan tarif atas seluruh impor mineral penting juga memperburuk ketegangan dagang, khususnya dengan China-eksportir utama mineral ke AS. Ini turut menambah tekanan terhadap pasar dan mendorong investor mencari perlindungan melalui aset safe haven seperti emas.

Kondisi dolar AS yang melemah terhadap mata uang global lainnya turut membuat emas semakin menarik bagi investor luar negeri, karena menjadi lebih murah dan menguntungkan secara konversi nilai tukar.

Otunuga memprediksi harga emas dunia masih berpotensi naik hingga menyentuh kisaran US$ 3.400-3.500 per ons. Namun, ia mengingatkan potensi koreksi tajam bisa saja terjadi jika ketegangan dagang mereda atau aksi ambil untung dilakukan secara masif oleh pelaku pasar.

Senada, Ole Hansen dari Saxo Bank menilai reli harga emas kali ini tergolong agresif, namun tetap berisiko terkoreksi. “Selama setahun terakhir, koreksi harga emas cenderung dangkal karena banyak pembeli menunggu momen penurunan untuk masuk kembali,” ujarnya.

Secara keseluruhan, kombinasi ketidakpastian geopolitik, pelemahan dolar, ekspektasi penurunan suku bunga, dan pembelian masif dari bank sentral global jadi sederet biang kerok yang membuat harga emas melesat tinggi-baik secara global maupun domestik.