Industri Game dan Perempuan di Mata Menteri Meutya Hafid

Posted on

Industri game Indonesia terus mengalami perkembangan. Bahkan saat ini 21 persen pengembang game di tanah air merupakan sosok perempuan.

Hal itu diungkapkan langsung Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid saat melakukan kunjungan ke Agate, salah satu perusahaan pengembang game yang berlokasi di Kota Bandung, Sabtu (5/6/2025).

Meutya mengapresiasi, saat ini bermunculan banyak pengembang game yang datang dari kalangan perempuan. Dia mengaku senang sosok perempuan sudah memiliki tempat di industri tersebut.

“Saya senang sekali banyak perempuan hari ini yang hadir, kita harap ini keberpihakan terhadap perempuan. 49 persen pengguna game di Indonesia adalah perempuan, untuk pengembang game hanya 21 persen dari perempuan,” kata Meutya.

“Saya hati-hati katakan hanya, tapi 21 persen itu sudah lebih baik jika dibandingkan women leader di bidang lain termasuk politik yang belum mencapai 20 persen,” tambahnya.

Sementara itu menurut Meutya, 59 persen perempuan menyembunyikan identitas dalam bermain game. Selain itu, saat bermain game, perempuan merasa bisa diperlakukan tidak adil.

“Lebih dari 75 persen perempuan dianggap remeh saat memainkan game, perempuan masih ada yang malu mendengarkan suara, menyebutkan nama dan lain-lain,” ujarnya.

Meutya menyebut, Komdigi mendukung keberadaan perempuan di industri game. Dia yakin perempuan Indonesia bisa lebih berkembang lagi, terutama di industri game.

“Kami dukung, kita angkanya di industri 21 persen. Meski 21 persen kita optimistis ya kalau sektor lain perempuan di bawah 20 persen dan jika disejajarkan dengan negara lain lebih tinggi kita tinggi, kita juga afirmasi juga untuk perempuan-perempuan bisa tumbuh,” ujarnya.

Dia mengaku senang banyak perempuan yang terlibat dan dia berharap bahwa game-game di Indonesia bisa lebih mengutamakan nilai-nilai edukasi.

“Lebih banyak perempuan kita harapkan bahwa sensitivitas terhadap konten sensitif bisa dikurangi, saya yakin banyak yang mendukung ini, tapi mungkin ada segelintir, tapi jangan sampai yang segelintir ini mengganggu kita,” tuturnya.

Pihaknya juga, terus mendorong Program IGRS atau Indonesia Game Rating System yang merupakan sistem klasifikasi usia untuk video game yang dikembangkan.

“Kita selalu menyeimbangkan bahwa industri game tumbuh, tapi banyak keluhan orang tua ada game yang tak pantas bagi anak, berisikan kekerasan yang tidak layak dilihat oleh anak-anak, tapi kita lebih maju dari negara sejajar, kita buat rating dan klasifikasi,” ucapnya.

Sementara itu, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan berharap, industri kreatif di Kota Bandung bisa lebih berkembang. Menurutnya semua pihak perlu mendukung tumbuhnya industri kreatif.

“Ekonomi kreatif ada, bahwa jadi bentuk industri kita harapkan dari sini. Memang kita harus sediakan ekosistem yang buat anak-anak kreatif ini bisa kembangkan ke arus industri sehingga pemerintah bisa sediakan kebutuhan lain selain infrastruktur,” ujarnya.

Dukung Perempuan di Industri Game

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *