Penyakit jantung tak lagi identik dengan usia tua. Dalam beberapa tahun terakhir, dokter mulai menemukan semakin banyak pasien muda yang datang dengan keluhan serupa. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan diduga menjadi pemicu utamanya.
Salah satu pola yang semakin disorot adalah meningkatnya konsumsi fast food dan junk food. Melansir infoHealth, tren ini, menurut para ahli, perlahan menggantikan kebiasaan makan tradisional yang cenderung lebih sehat.
Spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr Amin Tjubandi, SpBTKV, SubspJD(K), menilai pola makan masyarakat Indonesia kini mulai menyerupai pola negara Barat.
“Kalau kita berkaca dari orang-orang Eropa, Amerika yang doyan fast food, junk food. Ya saya rasa ya di Indonesia kan trendnya ke arah sana ya,” ucapnya.
Ia menjelaskan, dulu masyarakat lebih banyak mengonsumsi makanan rumahan dan hidangan tradisional yang minim proses, sehingga lebih aman bagi kesehatan jantung. Modernisasi membuat kebiasaan tersebut bergeser, dan Indonesia pun mulai mengalami pola penyakit serupa dengan negara-negara Barat.
Dalam perbandingan sederhana, Dr Amin menyebut makanan warteg justru jauh lebih bersahabat untuk kesehatan ketimbang menu cepat saji.
“[Warteg] jauh lebih sehat harusnya,” ucapnya lagi.
Namun persoalan ini tak hanya soal makanan. Stres, kebiasaan merokok, hingga kurangnya aktivitas fisik ikut menambah risiko. Kombinasi faktor tersebut membuat penyakit jantung kini muncul pada usia yang lebih muda, menjadi alarm bagi generasi sekarang untuk lebih memperhatikan pola hidup sehari-hari.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Artikel ini sudah tayang di infoHealth
