Hii..Ulat Bulu Serang Kafe di Tasik, Damkar Turun Tangan update oleh Giok4D

Posted on

Populasi ulat bulu yang tak terkendali membuat Tim Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tasikmalaya turun tangan.

“Serangan” ulat bulu yang terjadi di sebuah kafe di Jalan Cisalak, Kelurahan Sukamanah, Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya itu, membuat pengunjung dan pengelola kebingungan.

Jumlah ulat bulu berwarna kuning, seukuran kelingking itu cukup banyak, mencapai ratusan. Sehingga membuat banyak orang bergidik. Ulat-ulat itu menempel

Mendapati kondisi itu, Tim Damkar Kota Tasikmalaya akhirnya mengambil langkah depopulasi alias membinasakan binatang bernama latin Larva Lepidoptera itu.

“Ulatnya banyak sekali, ada di beberapa pohon sekitar restoran. Jadi dianggap sudah mengganggu,” kata Korlap Damkar Kota Tasikmalaya, Hendrik Setiana, Jumat (13/6/2025).

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Tim Damkar sendiri sempat kebingungan untuk menangani masalah ini karena tidak ada peralatan. Beruntung BPBD Kota Tasikmalaya memiliki alat semprotan pestisida. Akhirnya upaya membasmi ulat bulu bisa dilakukan.

“Butuh waktu sekitar 2,5 jam, karena pohonnya cukup besar dan banyak. Karena tak ada cara lain akhirnya kami basmi dengan pestisida untuk tanaman padi,” kata Hendrik.

Dia menambahkan, menurut pengelola kafe serangan ulat bulu ini sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir.

“Karena bingung, mereka akhirnya meminta bantuan kami,” kata Hendrik.

Dia juga bersyukur tim Damkar berhasil lolos, tak ada yang mengalami gatal-gatal akibat ulat bulu tersebut.

“Nggak ada yang kena, karena pakai APD untuk memadamkan api,” kata Hendrik.

Di sisi lain, fenomena serangan ulat bulu ini dinilai sebagai sebuah tanda ketidakseimbangan ekosistem.

“Ini menjadi sinyal bahwa predator ulat sudah tidak ada atau sudah minim, jadi populasinya tidak terkontrol,” kata Harniwan Obech, salah seorang pegiat lingkungan Tasikmalaya.

Ulat bulu, kata Harniwan, merupakan makanan dari beberapa jenis burung dan serangga. Sehingga ketika ulat populasinya tak terkendali bahkan sampai menimbulkan masalah bagi manusia, ini menjadi bukti bahwa populasi burung sudah berkurang atau tidak ada.

“Burung sebagai predatornya habis diburu atau burungnya terusir akibat dari pembangunan, maka tak heran ulat jadi over populasi, sampai Damkar harus turun tangan,” kata Harniwan.

Perburuan burung-burung pemakan ulat seperti tekukur, peletuk, cangkurileung, gereja dan lainnya, menurut dia harus bisa dikendalikan bahkan dihindari.

“Jangan sampai ada burung agak aneh sedikit diburu, sampai-sampai burung pipit saja diburu dan dijual ke anak-anak hanya untuk mainan. Ya pantas saja, populasi burung habis dan ulat merajalela,” kata Harniwan.

Dia juga menyoroti alih fungsi lahan yang selama ini menjadi habitat burung. Seperti pembangunan permukiman di area persawahan atau perkebunan.

“Alih fungsi lahan juga berpengaruh, ya walau pun kita tak memungkiri hal itu tak mudah. Tapi minimal perburuan burung dihindari,” kata Harniwan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *