Suara “wok wok” menggelegar dari arah Kampung Mariuk, Desa Cidadap, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Minggu (2/11/2025) malam, membuat warga keluar rumah dalam kebingungan.
Suara itu terdengar sampai jarak ratusan meter, menggema seperti datang dari pengeras suara, padahal warga meyakini sumbernya berasal dari seekor bangkong alias kodok.
Ratna, warga RT 03/02, menjadi salah satu orang pertama yang mendengar suara ganjil itu. Ia tengah berada di dalam rumah ketika suara itu terdengar dari arah jalan.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Suaranya keras banget, ‘wok wok’ gitu, mirip suara kerbau. Rumah saya jauh, sekitar seratus lima puluh meter, tapi masih kedengeran jelas banget, kayak dari speaker,” ujar Ratna, Senin, (3/11/2025).
Menurut Ratna, suara tersebut muncul beberapa kali, berhenti sejenak, lalu terdengar lagi dengan volume sama kerasnya. “Saya pikir awalnya dari toa masjid atau orang iseng nyalain rekaman, tapi pas dicek ternyata dari semak depan rumah,” lanjutnya.
Warga yang penasaran akhirnya ramai-ramai keluar rumah. Mereka membawa senter, menyusuri parit, dan menelusuri semak-semak di tepi jalan. Tapi tidak satu pun yang berhasil menemukan hewan itu.
Dede, warga lain yang ikut mencari, mengaku suara misterius itu tak hanya terdengar sekali.
“Kejadiannya dua kali, Sabtu malam dan Minggu malam,” tuturnya.
“Suaranya mirip kodok, tapi keras banget kayak kerbau. Waktu dicari-cari, nggak ada kodoknya. Tapi saya sempat rekam suaranya di HP,” sambungnya.
Menurut Dede, suara itu terdengar seperti berasal dari satu titik dekat rumah warga, lalu seolah berpindah ke sisi lain jalan.
“Aneh aja, setiap didekati malah hilang, begitu kami mundur, bunyi lagi. Jadi kayak suara yang ‘ngajak main-main’,” ujarnya sambil tersenyum.
Dede juga mengaku pernah mendengar cerita dari kerabatnya tentang kemunculan sosok kodok berukuran tak biasa di kawasan yang sama.
“Katanya pernah ada kodok sebesar bola voli, lompat di jalan permukiman menuju pesawahan. Tapi waktu itu juga nggak ada yang berani deketin,” katanya.
“Bisa juga kodok ini ada di dalam saluran pipa pembuangan yang mengarah langsung ke Sungai Cimandiri. Karena menggema akhirnya terdengar keras,” tambahnya.
Fenomena bangkong bersuara “wok wok” itu langsung jadi bahan obrolan warga. Ada yang yakin ukuran kodoknya tidak wajar, ada pula yang mengaitkannya dengan mitos pertanda alam.
Bagi sebagian warga Kampung Mariuk, suara kodok di malam hari sering dikaitkan dengan datangnya hujan besar atau perubahan cuaca. Tapi kali ini, banyak yang memilih menunggu penjelasan ilmiah.
“Kalau besok malam masih bunyi, saya mau kirim rekamannya ke teman di kota. Siapa tahu bisa dijelasin itu suara apa,” kata Dede.
Rekaman suara kodok itu coba didengar langsung oleh infoJabar di lokasi, suara kodok yang mirip kerbau itu memang terdengar khas dan mendominasi sendiri di antara kodok lain yang bersuara wajar. Suaranya berat, bergema.
Sampai Senin malam, suara “wok wok” itu masih sesekali terdengar dari kejauhan. Tak ada yang tahu pasti dari mana asalnya. Yang jelas, malam di Mariuk kini lebih ramai oleh rasa penasaran.
Penelusuran infoJabar, fenomena suara kodok yang terdengar seperti hewan besar sebenarnya bukan hal baru dalam dunia biologi. Sejumlah penelitian di Indonesia dan luar negeri mencatat bahwa setiap spesies katak memiliki karakter vokal yang khas, tergantung ukuran tubuh, lingkungan, dan cara berkomunikasinya.
Penelitian H. Kurniati dan A. Hamidy dalam Jurnal Biologi Indonesia (2016) menyebut bahwa frekuensi panggilan katak di Jawa Barat bisa berada di rentang 1.600 – 4.000 hertz. Dalam kondisi tertentu misalnya udara lembap setelah hujan suara dengan frekuensi rendah itu bisa memantul dari dinding lembah atau permukaan basah, lalu terdengar jauh lebih besar dari sumber aslinya.
Studi lain dari M. Maghrobi (2014) menambahkan, semakin besar ukuran tubuh seekor katak, semakin rendah pula nada panggilannya. Efek akustik alami ini membuat suaranya terdengar berat dan bergetar, bahkan bisa menyerupai suara hewan besar seperti kerbau bila terdengar dari jarak jauh.
Peneliti internasional Mark A. Bee dari University of Minnesota juga pernah mencatat bahwa suara kodok bisa mencapai 90 hingga 110 desibel pada jarak satu meter setara dengan suara motor yang sedang menyala.
Dengan kata lain, suara bangkong yang menggema di Kampung Mariuk bukan mustahil dijelaskan secara ilmiah. Bisa jadi, seekor katak berukuran besar tengah beradaptasi dengan kondisi lingkungan lembap, menciptakan resonansi yang memantul di antara rumah dan semak basah menghasilkan suara rendah dan berat yang oleh telinga manusia terdengar seperti “lenguhan kerbau”.
