Perajin bambu dari Desa Babakan Peuteuy jadi inspirasi tiga mahasiswa Universitas Padjajaran dalam meraih prestasi di Liga Mahasiswa Innovilleague for Student 2025. Inisiasi mereka dalam membangkitkan ekonomi para perajin jadi catatan positif.
Tiga mahasiswa yang tergabung dalam Tim Jatinewyork ini sukses menyisihkan tujuh tim finalis lainnya. Mereka mengangkat tentang perlunya menumbuhkan kembali ekonomi masyarakat desa perajin bambu. Mereka mengambil sampel perajin bambu dari Desa Babakan Peuteuy (Jawa Barat) yang nyaris lesu darah setelah perekonomiannya dihantam badai COVID-19.
“Kami sepakat memilih tema Akselerator Ekonomi Kreatif Berbasis Kerajinan Bambu dengan Metode Community Empowerment untuk Mewujudkan Kemandirian Ekonomi di Desa Babakan Peuteuy,” kata wakil Tim Jatinewyork Haris Maulana dari Fakultas Ekonomi Unpad.
Haris menambahkan, sejak awal ia dan timnya sudah yakin konsep ini akan mendapat tempat di hati para juri. Sebab, mereka membawa gagasan yang berakar kuat dari realitas sosial.
“Konsep kami lebih konkrit untuk bisa diaplikasikan dan dimanifestasikan. Bukan sekedar wacana,” ungkap mahasiswa Jurusan Manajemen semester tujuh ini.
Karya juara kedua diraih Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Tim berjuluk Passmapres mengentas tema BANGSIAP. Mereka mengambil judul Inovasi Digital Desa Berbasis AI dan Sinergi Hexahelix Berkelanjutan untuk Penanggulangan Pengangguran Struktural di Bantul.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Sementara juara ketiga Tim Simpul Asa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dengan karya Sampang Smart Village Platform Terintegrasi sebagai Solusi Terpadu untuk Mengentas Kemiskinan.
Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar memuji gagasan-gagasan para mahasiswa tersebut.
“Gagasan dan inovasinya sangat luar biasa. Ini menjadi langkah awal untuk implementasi ke depan,” ujarnya.
Menurut Cak Imin, sapaannya, gagasan yang dikembangkan mahasiswa jadi modal untuk pembangunan di desa hingga mengurangi kesenjangan ekonomi.
“Terima kasih atas segala inovasi, riset, dan upaya pemberdayaan yang dilakukan adik-adik mahasiswa dalam Innovilleague. Sangat membanggakan. Innovilleague ini menjadi upaya integral dan holistik pelibatan mahasiswa dan perguruan tinggi dalam upaya pengentasan kemiskinan,” katanya.
Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal, dan Daerah Tertentu, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, menekankan bahwa ajang seperti Innovilleague tidak hanya kompetisi, tetapi juga gerakan nasional membangun kesadaran mahasiswa dalam mengangkat potensi desa.
“Dari sini, adik-adik mahasiswa sudah punya awareness untuk mendefinisikan gagasan yang berkontribusi nyata. Ke depan, karya-karya ini harus bisa dimonetisasi agar memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” ungkapnya.