‘Mendukung Persib itu bukan karena ajakan, tapi dari hati dan turun-temurun’. Kalimat pengobar semangat yang pernah disampaikan mendiang dirijen Viking Persib Club (VPC), Ayi Beutik, tersebut sejatinya bakal terus tertanamdi lubuk sanubari paling dalam setiap bobotoh untuk mendukung klub yang begitu mereka banggakan.
Persib dan bobotoh sedari dulu merupakan dua identitas yang tak bisa dipisahkan. Dalam perjalanannya, bobotoh selalu mendampingi Persib, termasuk saat menorehkan catatan manis dengan mengalungkan dua gelar yaitu juara ISL 2014 dan Piala Presiden 2015.
Cerita ini sendiri masih tertanam dalam ingatan seorang bobotoh bernama Dede Suryana (28). Ocas, begitu pria ini disapa, menjadi salah satu saksi kala ikut mengantarkan Persib Bandung meraih gelar juara pada edisi kompetisi dengan format Piala Presiden 2015.
Untuk diketahui, di laga final, Persib sukses mengandaskan perlawanan Sriwijaya FC dengan skor meyakinkan 2-0. Tapi yang menjadi tantangan, Maung Bandung saat itu bermain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang notabene merupakan kandang tim rival, Persija Jakarta.
Tapi bagi Ocas sendiri, hal itu tidak terlalu menjadi masalah yang berarti. Ia kemudian memutuskan untuk tetap berangkat ke Jakarta bersama ribuan bobotoh lainnya, demi bisa menjadi saksi saat Persib sukses merengkuh gelar juara Piala Presiden 2015.
“Alhamdulillah saat itu semuanya aman, semuanya sehat dan selamat pas pulang-pergi ke Jakarta. Sampe bisa merayakan juara di Bandung, itu buat saya jadi suatu kebanggaan karena bisa menyaksikan Persib juara di kandang rival,” kata Ocas saat berbincang dengan infoJabar belum lama ini.
Fanatisme Ocas kepada Persib sebetulnya sudah dimulai saat ia masih bersekolah SD di Garut, Jawa Barat (Jabar). Doktrin dari keluarga, terutama sang kakak, membuatnya kemudian mulai mengagumi klub kebanggaan yang berbasis di Kota Kembang ini.
Hingga kemudian, kecintaan Ocas terhadap Persib mulai bertumbuh besar ketika dia lulus SMP. Ocas memutuskan untuk ikut kakaknya di Bandung yang saat itu menjadi pedagang, sekaligus melanjutkan SMA pada 2011.
Dari sang kakak juga lah, Ocas diperkenalkan dengan kelompok suporter Persib, Bobotoh Maung Bandung Bersatu (Bomber). Sejak saat itu, Ocas makin lebih dalam berkecimpung di dunia per-suporter-an yang membuatnya kemudian tak pernah absen berada di tribun lapangan.
“Awal-awal mah pasti masih malu pas ikut nongkrong, karena kan saya ikut sama kakak ke Bandung. Tapi lama-lama, akhirnya kerasa di Bomber itu saya jadi banyak saudara, wawasannya luas, terutama soal kreatifitas mendukung dengan cara positif. Akhirnya ikut terjun di Bomber bikin koreo,” cerita Ocas.
Lama-kelamaan, Ocas seakan menemukan kenyamanan. Selain mendukung Persib di kandang, Ocas juga selalu datang ketika Maung Bandung bertandang ke markas lawan.
“Kalau udah jadi bagian, jadi bener kerasa pahit, manis, susah, senang, udah kerasa. Sudah dilewati lika-likunya. Yang saya rasakan itu di luar ternyata banyak saudara, banyak yang tiap main away itu kerasa, banyak saudaranya,” ungkap Ocas.
Sejumlah markas lawan dari mulai Bali, Surabaya, Solo, Kediri, hingga Madura, sudah Ocas rasakan semua. Tapi dari pengalamannya saat awayday, Jakarta tetap menyimpan kenangan yang begitu membanggakan bagi Ocas hingga sekarang.
Saat Persib menyabet gelar juara Piala Presiden 2015, Ocas dan ribuan bobotoh datang ke GBK untuk menyaksikan laga final Persib melawan Sriwijaya. Berangkat dari Bandung pagi-pagi, Ocas dan rombongan para anggota Bomber bertolak menggunakan puluhan bus supaya bisa mendukung klub kebanggaan.
Sesampainya di Jakarta, ternyata ada upaya sweeping yang dilakukan sejumlah orang ke bus-bus yang Ocas dan anggota Bomber tumpangi. Tapi untungnya, Ocas bersyukur karena kepolisian bisa langsung sigap untuk mengantisipasi aksi tersebut.
“Waktu itu perasaannya was-was, bahagia, semua campur aduk. Soalnya kan itu awayday ke tempat rival yah, jadi rasanya pasti ada aja deg-degan mah,” bebernya.
Tapi kemudian, hal-hal yang tak diinginkan pun tidak sampai kejadian. Ocas dan bobotoh lainnya bisa tiba dengan selamat di GBK, sekaligus menjadi saksi saat Persib menyabet gelar juara.
Setelah bereuforia, perjalanan pulang menuju Bandung ternyata kembali menemui tantangan. Aksi sweeping sempat Ocas rasakan, meskipun pada akhirnya semua bobotoh yang berada di bus rombongan Bomber bisa tiba dengan aman.
“Kalau bus bomber tiap busnya itu ada koordinator. Apapun yang terjadi, harus ikuti koordinator itu, satu komando. Kalau kata koordinator turun hiji, turun kabeh, kalau misalkan terjadi sweeping. Daripada kaca kita yang pecah, ya kita lawan. Itu dulu yang saya rasain pas dulu ke kandang rival yah,” kata Ocas.
“Bukan dalam arti memancing keributan, tapi itu bagian dari pertahanan diri, bentuk kita antisipasi kita jaga-jaga buat keamanan dan kenyamanan. Terutama waktu anggota Bomber yang awayday itu dari berbagai kalangan, ada anak-anak, remaja, sampai mojang bobotoh juga ada ikut tur,” tambahnya.
Singkatnya, perjalanan dari Jakarta menuju Bandung bisa berlangsung dengan aman. Tak ada lagi gangguan, sehingga Ocas dan bobotoh lain bisa merayakan gelar juara itu di Kota Kembang.
Salah satu penggalan cerita ini sepertinya akan terus dikenang Ocas hingga tua mendatang. Menutup perbincangannya dengan infoJabar, Ocas berharap seluruh suporter Persib bisa bersatu mendukung tim kebanggaan, mau apapun itu kelompok yang mereka ikuti di dalamnya.
“Kalau dari saya pribadi, mau hitam, mau putih, mau biru, kita semuanya tetap dulur, kabeh dulur. kalau di stadion semua komunitas ada, mau Viking, Bomber, Casual, semua sama satu tujuan mendukung Persib buat jadi juara,” pungkasnya.