Fakta Seputar Lagu Manuk Dadali yang Tidak Banyak Orang Tahu

Posted on

Menyimak klip band Juicy Luicy dan Hindia di YouTube membuat telinga saya beradaptasi dengan perkembangan musik kekinian. Sesekali saya juga mendengarkan tembang-tembang lawas seperti karya Burgerkill, KOIL, dan Cupumanik, sambil meresapi liriknya yang tajam dan berapi-api.

Menyambut momen Agustusan (HUT RI), telinga ini siap-siap menikmati aneka lagu nasional, seperti Hari Merdeka dan Indonesia Raya. Kemudian, beralih spesifik ke ranah lagu daerah yang legendaris, ‘Manuk Dadali’.

Manuk dadali manuk panggagahna. Perlambang sakti Indonesia jaya…,” sepenggal lirik lagu berbahasa Sunda itu begitu melekat di telinga saya hingga kini.

Melodi yang gagah berpadu dengan lirik yang membangkitkan semangat membuat lagu Manuk Dadali ciptaan Sambas Mangundikarta begitu lekat di ingatan masyarakat Indonesia. Mahakarya abadi ini mengalun melintasi batas geografis dan generasi. Masyarakat dari Sabang sampai Merauke, setidaknya pernah mendengar lagu ikonik tersebut.

Jauh di luar jangkauan informasi populer, terdapat dimensi lain dari lagu ini yang justru disoroti melalui kajian ilmiah dan akademis. Banyak fakta seputar lagu Manuk Dadali yang terungkap bukan dari cerita lisan, melainkan dari hasil penelitian di berbagai kampus di Indonesia. Ada fakta fakta yang belum diketahui oleh publik secara luas. Mari menyelami informasi di balik lagu Manuk Dadali dari sudut pandang yang berbeda.

Sambas Mangundikarta lahir di Bandung pada 21 September 1926 dan meninggal di Jakarta pada 30 Maret 1999. Ia memulai kariernya sebagai penyiar di RRI Bandung pada Agustus 1952, namun jejak perjuangannya dalam dunia radio sudah dimulai sejak 1946-1949, saat bertugas pada Radio Perjuangan Jawa Barat di bawah komando Jenderal Dr. Mustopo.

Karier profesional Sambas sangat beragam, mulai dari penyiar radio hingga komentator olahraga di televisi. Pada tahun 1962, ia pindah ke TVRI dan menjadi komentator untuk siaran sepak bola dan bulu tangkis.

“Suaranya yang bernada bariton dan penuh karakter kerap membuat pendengar di seantero Indonesia terhipnotis,” tulis artikel di laman resmi Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang mendeskripsikan sosok Sambas, sebagaimana dilihat oleh infoJabar, Kamis (14/8/2025).

KPI memberikan penghargaan seumur hidup kepada almarhum Sambas Mangundikarta dalam acara Anugerah KPI 2022 yang digelar 15 Oktober 2022. Penghargaan ini merupakan apresiasi atas dedikasi beliau di dunia penyiaran dan karya legendarisnya, lagu “Manuk Dadali”.

Lagu Manuk Dadali pernah mengukir sejarah saat diputar dalam acara Peringatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tahun 2015 di Bandung. Selain itu, lagu berbahasa Sunda ini juga menjadi lagu langganan di Radio Republik Indonesia (RRI) dan sering dibawakan oleh Paduan Suara Orkestra TNI Angkatan Darat.

Istilah ‘Manuk Dadali’ dalam bahasa Sunda memiliki arti ‘Burung Garuda’, yang merupakan lambang negara Indonesia. Makna filosofis yang terkandung sangat dalam, karena lagu ini tidak hanya berbicara tentang burung secara literal, tetapi menggunakan metafora Garuda untuk menggambarkan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Setiap baris lagu mengandung pesan nasionalisme yang kuat, menjadikan karya ini sebagai media pendidikan karakter dan cinta tanah air.

Berikut adalah lirik lagu Manuk Dadali asli beserta terjemahannya:

Mesat ngapung luhur jauh di awang-awang
Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang
Kukuna ranggoas reujeung pamatukna ngeluk
Ngapak mega bari hiberna tarik nyuruwuk
Saha anu bisa nyusul kana tandangna
Tandang jeung pertentang taya bandinganana
Dipikagimir dipikaserab ku sasama
Taya karempan kasieun leber wawanenna

Reff:
Manuk dadali manuk panggagahna
Perlambang sakti Indonesia Jaya
Manuk dadali pangkakoncarana
Resep ngahiji rukun sakabehna
Hirup sauyunan tara pahiri-hiri
Silih pikanyaah teu inggis bela pati
Manuk dadali ngandung siloka sinatria
Keur sakumna Bangsa di Nagara Indonesia

Terbang melesat tinggi, jauh di awang-awang
Merentang sayapnya, tegak tanpa ragu
Kukunya panjang dan paruhnya melengkung
Menyongsong awan sambil terbang dengan cepat
Siapa yang bisa menyusul gerakannya
Gagah dan perkasa, tiada tandingannya
Dihormati dan disegani oleh sesama
Tanpa ragu tanpa takut, besar keberaniannya

Reff:
Burung garuda, burung paling gagah
Lambang sakti Indonesia jaya
Burung garuda, yang paling tersohor
Senang bersatu, rukun semuanya
Hidup berhimpun tanpa saling iri
Saling menyayangi, tak sungkan membela nyawa
Burung garuda adalah lambang kesatriaa
Untuk seluruh bangsa di negara Indonesia.

Menurut penelitian dari Universitas Negeri Malang yang dilakukan oleh Hana Rifikia (2022) dalam skripsinya yang berjudul ““, lagu ini mengandung nilai-nilai Pancasila yang tercermin dalam liriknya

“Lirik lagu Manuk Dadali mengandung makna nasionalisme yang kental, menggambarkan tentang keadaan tanah air Indonesia dengan latar belakang yang beragam dan berbeda. Lirik lagu Manuk Dadali menjelaskan bahwa hidup rukun tanpa rasa iri dan dengki. Dalam lirik lagu Manuk Dadali disebutkan bahwa burung Garuda adalah sosok yang gagah dan berani. Lirik lagu Manuk Dadali mengisyaratkan bahwa keberanian burung Garuda tidak bertujuan untuk mencari musuh. Terdapat 3 Nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lirik lagu Manuk Dadali. Antara lain Nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, dan Nilai Kerakyatan,” tulis Hana dalam penelitiannya.

Sebuah penelitian berjudul “” yang dilakukan oleh Fiza Asri Fauziah Habibah dan Fadilah, dari Universitas Nasional, memberikan temuan yang sangat mendalam. Penelitian ini mengidentifikasi tujuh nilai dasar motivasi teori Schwartz yang terkandung dalam lirik lagu Manuk Dadali.

Tujuh nilai dasar tersebut adalah kekuasaan, prestasi, tradisi, kepatuhan, universalisme, kebajikan, dan keamanan. Nilai-nilai ini saling berhubungan:

Penelitian lain yang berfokus pada konteks budaya Sunda menyatakan bahwa lagu Manuk Dadali sarat akan nilai etnopedagogi. Etnopedagogi adalah pendekatan pendidikan yang berbasis pada budaya lokal atau kearifan lokal.

Penelitian berjudul “” ini disusun oleh Mia Zultrianti Sari, Rahman, Fazrul Prasetya Nur Fahrozy, dan Yani Fitriyani. Kajiannya dipublikasikan di jurnal Attadib: Journal of Elementary Education (2021).

Mereka menyimpulkan bahwa lagu Manuk Dadali secara efektif menanamkan nilai-nilai budaya Sunda yang selaras dengan karakter bangsa, seperti keberanian, persatuan, dan penghormatan terhadap sesama. Menurut mereka, Manuk Dadali berhasil menjadi media transmisi nilai etnopedagogi karena:

Fakta lainnya datang dari persinggungan antara seni dan sains. Sebuah penelitian mengeksplorasi potensi lagu ini sebagai media pembelajaran matematika.

Dalam karya ilmiah berjudul oleh Eka Listia Noviyanti dan Haerudin dari Universitas Singaperbangsa, ditemukan bahwa unsur-unsur seperti akor dan susunan nada dalam lagu ini memiliki keterkaitan dengan konsep-konsep matematika, sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran yang inovatif. Penelitian tersebut dipublikasikan di Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika (2024).

Menurutnya, lagu Manuk Dadali mengandung konsep matematika (akor sebagai himpunan nada) yang relevan untuk materi himpunan. Selain itu, penggunaan lagu Manuk Dadali meningkatkan motivasi belajar matematika siswa ke kategori tinggi, serta membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan kontekstual.

Dalam seni musik Sunda, ada beberapa jenis lagu dengan karakteristik berbeda. Lagu Manuk Dadali dikategorikan sebagai kawih, yang strukturnya lebih bebas dan modern. Ini berbeda dengan tembang, yang terikat pada aturan ketat seperti jumlah suku kata dan pola vokal di setiap barisnya.

Fleksibilitas itulah yang membuat ‘Manuk Dadali’ mudah diaransemen ulang dalam berbagai versi, mulai dari orkestra megah hingga aransemen pop yang dinamis, tanpa kehilangan esensi liriknya yang gagah.

Di era digital, ‘Manuk Dadali’ terus menunjukkan relevansinya. Lagu ini telah diaransemen ulang dalam berbagai format modern, mulai dari versi orkestra megah yang dibawakan oleh Jakarta Concert Orchestra, aransemen paduan suara, hingga cover dengan sentuhan musik fusion dan rock. Kemampuannya untuk beradaptasi dengan zaman membuktikan kekuatan komposisi asli yang diciptakan oleh Sambas Mangundikarta lebih dari setengah abad yang lalu.

Berbagai fakta di sisi lain seputar lagu Manuk Dadali menegaskan posisinya sebagai sebuah mahakarya budaya. Ia lebih dari sekadar alunan nada; ia adalah arsip sejarah, cerminan filosofi bangsa, dan sumber inspirasi yang tak pernah kering.

Dari tangan seorang penyiar radio, lahir sebuah lagu yang berhasil menanamkan nilai-nilai kebangsaan secara mendalam dan universal. Kita patut mengapresiasi ‘Manuk Dadali’ tidak hanya sebagai lagu yang indah, tetapi juga sebagai warisan intelektual dan spiritual yang berharga bagi Indonesia.

Itu dia fakta-fakta seputar lagu Manuk Dadali yang banyak orang belum ketahui. Semoga menambah wawasanmu!

Sosok di Balik Mahakarya

Bedah Lirik dan Makna: Dari Simbolisme, Filosofi hingga Pancasila

Manuk Dadali (Bahasa Sunda)

Manuk Dadali (Terjemahan)

Mengandung 7 Nilai Dasar Motivasi

Nilai Dasar dalam Lirik Lagu Manuk Dadali

Kandungan Etnopedagogi dan Kearifan Lokal

Perspektif Matematika dalam Struktur Musikal

Tetap Relevan dan Diaransemen Ulang