Fakta Menarik Konferensi Asia-Afrika di Bandung

Posted on

Hari ini, tepat 70 tahun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika atau Konferensi Asia Afrika (KAA) digelar di Kota Bandung. Gelaran tersebut merupakan bagian penting dari sejarah diplomasi internasional, khususnya bagi negara-negara di Asia dan Afrika yang baru merdeka.

Konferensi tersebut berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di Kota Bandung, dan dihadiri oleh 29 delegasi dari negera-negara di Asia dan Afrika. Penyelenggaraan konferensi dikoordinasikan oleh Roeslan Abdulgani, yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri RI.

Setelah puluhan tahun menjadi catatan sejarah yang penting, momen penyelenggaraan konferensi ini masih menyisakan cerita menarik. Disarikan dari berbagai sumber, simak sejumlah hal unik yang terjadi di balik layar KAA!

Dilansir dari “Suara yang Terlupakan: Memori Kolektif Para Pendukung Konferensi Asia Afrika 1955” yang dimuat di Jurnal Sejarah dan Budaya tahun 2024, mahasiswa turut terlibat sebagai panitia dalam bentuk liaison officer (LO). LO bekerja di bawah pengawasan langsung panitia interdepartemental dan panitia lokal divisi sekretaris komite serta informasi konferensi.

Tugas LO meliputi membantu delegasi selama konferensi berlangsung dan memberikan informasi tentang kegiatan konferensi. Meski tugas utamanya demikian, panitia interdepartemental juga berhak memberikan tugas tambahan jika diperlukan.

Menariknya, syarat menjadi LO kala itu cukup unik: hanya perlu berpenampilan menarik dan bisa berbahasa Inggris. Sejumlah mahasiswa mengikuti seleksi dan berhasil mendampingi para delegasi negara asing yang hadir.

Kala itu, panitia membutuhkan 143 kendaraan untuk digunakan selama konferensi. Formasinya terdiri dari 30 mobil taksi, 20 bus, dan 93 mobil sedan. Pemerintah juga harus menambah 175 ton-liter bahan bakar untuk lima hari.

Panitia interdepartemental divisi perlengkapan dan panitia lokal pun bergerak cepat. Mereka menunjuk Soewarma, seorang pengusaha rental mobil, untuk membantu penyediaan kendaraan.

Soewarma lalu menghubungi berbagai pihak. Salah satunya adalah Abah Landoeng, seorang guru yang pernah mengajar di SD Banjarasi, SD Gang Tilil, SD Tikukur, SMP 2, dan SMP 5 Bandung.

“Saya waktu itu dengan sukarela membantu panitia untuk mengumpulkan kendaraan bagi delegasi, dengan cara meminjam mobil dari orang tua wali murid saya,” ujar Abah Landoeng sebagaimana dilansir dari laman web Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Selama dua minggu, Abah Landoeng berhasil mengumpulkan 14 mobil dari berbagai penjuru kota Bandung. Mobil-mobil tersebut tergolong mewah pada masanya, seperti Mercy, Dodge, dan Impala. Pemilik kendaraan mempercayakan mobilnya kepada Abah sepenuhnya.

Saat KAA berlangsung, musim hujan tengah melanda. Untuk mengantisipasi gangguan cuaca, digunakanlah jasa pawang hujan. Abah Landoeng yang juga menjadi pengepul mobil ternyata memegang peran ini. Ia menyebut mewarisi ilmunya dari sang kakek.

“Satu-satunya presiden yang menyuruh hujan dialihkan adalah Bung Karno dan ilmunya diberikan ke abah (kakek Abah Landoeng) dan abah masih hidup. Kegiatan di Bandung di Konferensi Asia Afrika,” katanya ketika diwawancarai infoJabar pada 2022 lalu.

Abah mengklaim berhasil memindahkan hujan lewat usahanya menggunakan doa dan uap air dari rokok. Keberhasilan ini dinilai turut berkontribusi pada kelancaran acara.

Pengamanan konferensi tak hanya mengandalkan aparat kepolisian dan militer. Panitia lokal juga melibatkan organisasi kepanduan Pramuka dari Jawa Barat. Salah satu sosok yang bertugas saat itu adalah Sarbili Sutejo, seorang aktivis kepanduan. Ia bertugas menjaga keamanan di sekitar Jalan Asia Afrika.

Sarbili mengatakan tidak ada proses seleksi khusus dalam penugasannya. Ia ditunjuk langsung oleh Pramuka Jawa Barat. Sebagai keturunan Tionghoa, Sarbili juga berkesempatan bertemu dengan tokoh besar dari Tiongkok yakni Zhou En Lai di kawasan Pecinan. Ia yang berjaga di sekitar Jalan Lembong juga menyatakan bahwa situasi saat itu aman dan terkendali.

Para kepala negara dan delegasi peserta KAA menginap di hotel ternama dan bersejarah, yakni Savoy Homann. Hotel ini adalah hotel pertama di Kota Bandung dan menjadi saksi sejarah penting. Beberapa tokoh dunia yang menginap di sana antara lain Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Zhou Enlai, serta Presiden RI Ir. Soekarno.

Kamar-kamar mereka ditempatkan secara khusus. Soekarno menempati kamar 244 di lantai dua, sementara Zhou Enlai di lantai tiga. Kamarnya luas, memiliki teras melengkung, dan pemandangan langsung ke Gedung Merdeka. Kini, kamar tersebut dikenal dengan nama Homann Suite dan dapat disewa publik dengan tarif sekitar Rp6 juta per malam.

Dilansir dari laman web Sahabat Museum Konperensi Asia Afrika, sejumlah bangunan dan jalan mengalami penggantian nama menjelang konferensi. Gedung Societeit Concordia, yang dulunya tempat berkumpul kaum elite Eropa pada masa kolonial, diubah menjadi Gedung Merdeka, lokasi utama pelaksanaan KAA.

Selain itu, Gedung Indische Pension Fondsen di Jalan Diponegoro yang sebelumnya digunakan sebagai tempat penyimpanan dana pensiun pada masa Hindia-Belanda diubah menjadi Gedung Dwi Warna, yang berfungsi sebagai Sekretariat KAA. Setelah konferensi berakhir, gedung ini dialihfungsikan menjadi Kantor Wilayah Departemen Keuangan Jawa Barat.

Jalan di sekitar lokasi konferensi juga ikut berganti nama. Jalan Raya Timur, yang melintasi lokasi utama konferensi, diubah menjadi Jalan Asia-Afrika.Jalan ini juga merupakan bagian dari Jalan Raya Pos yang dibangun pada masa Gubernur Jenderal H.W. Daendels.

Demikian ulasan mengenai sejumlah fakta-fakta menarik di balik layar penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika di Kota Bandung. Semoga di tujuh dekade usianya, hasil konferensi ini masih relevan dan membawa manfaat bagi masyarakat.

Fakta Menarik Konferensi Asia-Afrika di Bandung

1. Melibatkan Mahasiswa

2. Pinjam Mobil Warga

3. Pakai Pawang Hujan

4. Diamankan Pandu Pramuka

5. Menginap di Hotel Legendaris

6. Nama Gedung dan Jalan Diganti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *