Sepakbola Australia kembali tercoreng skandal pengaturan skor. Dugaan praktik match fixing mencuat di kompetisi utama A-League, setelah otoritas setempat mengungkap indikasi kuat keterlibatan sejumlah pemain dalam manipulasi pertandingan.
Melansir infoSport, Komisi Kontrol Perjudian dan Kasino Victoria (VGCCC) mengonfirmasi akan melakukan penyelidikan terhadap Football Australia (FA). Langkah ini ditempuh menyusul kasus yang menyeret nama pemain Western United, Riku Danzaki.
Pemain asal Jepang berusia 25 tahun itu dijerat 10 dakwaan oleh Kepolisian Victoria. Ia diduga sengaja menerima kartu kuning dalam pertandingan A-League yang berlangsung pada periode April hingga Mei.
Kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi di sepakbola Australia. Pada tahun lalu, Kepolisian New South Wales (NSW) juga menetapkan tiga pemain Macarthur FC sebagai tersangka dalam kasus serupa. Ketiganya adalah Ulises Davila, Kearyn Bacchus, dan Clayton Lewis. Mereka didakwa atas pelanggaran terkait pengaturan skor, yang juga melibatkan manipulasi penerimaan kartu kuning.
VGCCC menyatakan keprihatinannya atas kasus yang menimpa Danzaki. Otoritas tersebut memandang penting untuk menggali lebih jauh soal integritas penyelenggaraan kompetisi di bawah FA Australia.
Pihak Football Australia menyatakan kesiapan mereka untuk bekerja sama dalam proses investigasi. Dalam pernyataan resminya, FA menegaskan bahwa mereka terbuka terhadap segala upaya penguatan integritas dalam olahraga.
“Football Australia menyambut baik kesempatan untuk terus meningkatkan kewaspadaan kami terhadap ancaman integritas,” tulis FA dalam keterangan resminya.
“Football Australia terus meningkatkan kewaspadaan dalam standar kami untuk menghadapi tantangan ini, tetapi ini adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh semua bidang olahraga, regulator, dan lembaga pemerintah Australia dan internasional, karena noda ini tidak hanya terjadi pada pemain sepakbola. PR soal integritas tidak pernah selesai karena para pelanggar menjadi semakin canggih,” tambahnya.
Dalam praktiknya, FA Australia memang diberikan wewenang untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan perjudian dalam penyelenggaraan berbagai kompetisi, dari level tertinggi hingga amatir. Hal itu diatur dalam undang-undang perjudian yang berlaku di negara bagian Victoria dan New South Wales.
Berbeda dengan asosiasi olahraga lain seperti Australian Football League (AFL) dan National Rugby League (NRL) yang hanya mengizinkan aktivitas taruhan pada level kompetisi utama dan kedua, FA Australia diketahui memberikan ruang bagi bandar taruhan hingga ke kompetisi akar rumput.
Langkah inilah yang kini turut menjadi sorotan, mengingat potensi celah dalam pengawasan dan penegakan integritas olahraga.
Artikel ini sudah tayang di infoSport