Petaka keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menimpa 1.333 siswa jenjang PAUD sampai SMA/SMK perlu menjadi perhatian banyak pihak. Namun di balik itu, program MBG sejatinya tetap perlu berlanjut.
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal mengatakan keracunan MBG di beberapa daerah termasuk di Bandung Barat ini bukan menjadi alasan untuk menghentikan program yang digagas Presiden Prabowo Subianto itu.
“Ini program yang luar biasa, Pak Presiden ingin anak-anak Indonesia gizinya tidak kurang. Tolong jangan dirusak oleh orang yang ingin ambil untung, orang jangan berpikir terus mau ada lebihnya,” kata Cucun saat ditemui, Kamis (25/9/2025).
Program MBG tentunya harus dievaluasi, namun bukan untuk dihentikan. Sebagai legislator, ia mendorong agar terbit Peraturan Presiden (Perpres) termait keterlibatan pihak selain Badan Gizi Nasional (BGN) sebagai leading sector.
“Ke depan harus ada keterlibatan stakholder seperti Kemenkes, BPOM, bahkan orangtua melalui komite sekolah,” ujar Cucun.
Evaluasi lainnya yakni soal kewajiban Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dimanapun memberlakuka 10 SOP dapur MBG yang meliputi penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan baku, persiapan bahan, memasak, pemorsian, pengemasan, distribusi, kebersihan personil, sanitasi fasilitas dan peralatan, serta penanganan limbah dan Sampah. Hal ini juga untuk peningkatan kualitas gizi MBG.
“Semua kepala SPPG ini kan sudah menjalani training, mereka harus paham soal 10 SOP ini. Ini jadi ultimatum bahwa pengawasan harus diperketat, semua terlibat, apalagi ahli gizi,” kata Cucun.
Hal senada diungkapkan Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah. Dalam keterangannya, Said menilai program MBG ini merupakan langkah paling tepat saat ini untuk memperbaiki gizi anak-anak dan penerima manfaat lainnya.
“Program prioritas Presiden, Makan Bergizi Gratis itu sesuatu yang baik, yang harus kita dorong dulu. Jika di dalam perjalanannya ada masalah, maka harus segera dilakukan deteksi oleh pemerintah,” ujarnya.
“Kita semua wajib prihatin, tapi tidak berarti ada konklusi harus disetop,” katanya menambahkan.
Cucun juga mengecek langsung dapur Sarana Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Makmur Jaya, Kampung Cipari, Desa Cijambu, dan SPPG Desa Neglasari, Kecamatan Cipongkor pada Kamis (25/9/2025). Hingga saat ini, tercatat ada 1.141 siswa dari beberapa sekolah yang keracunan MBG.
“Saya tanya langsung kan sama yang disini (kepala SPPG), problemnya tidak mungkin tidak ada. Ternyata dugaannya kan dari ayam yang tidak segar,” kata Cucun.
Temuan itu akan ditindaklanjuti dengan investigasi oleh Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, BPOM, hingga melibatkan kepolisian. Investigasi itu guna memastikan dugaan temuan bahan baku tak segar yang dimasak lalu dibagikan ke penerima manfaat.
“Untuk memastikan bahan baku tidak sesuai, nanti kita libatkan Kementerian Pertanian, Kemenkes, BPOM, bahkan kepolisian akan dilibatkan. Jadi kita akan lakukan investigasi, tapi secara umum yang bertanggungjawab atas kasus ini ya BGN. Cuma investigasi kita lakukan menyeluruh,” kata Cucun.
Hasil investigasi itu nantinya bisa menentukan unsur kelalaian yang terpenuhi. Apakah dilakukan secara sengaja hingga kemungkinan adanya sabotase atau hanya faktor yang tidak diprediksi oleh petugas di dapur.
“Sanksi akan ditentukan nanti. Kalau ada unsur kesengajaan apalagi sabotase jelas pidana. Kalau tidak ada unsur itu sanksi paling administrasi sampai penutupan. Jadi nanti hasil investigasi itu bisa membuat kita lihat juga unsur mana yang terpenuhi,” ucap Cucun.
Di sisi lain, Cucun meminta semua pihak yang terlibat dalam program MBG ini tidak mencari keuntungan dengan menurunkan penggunaan bahan baku tak berkualitas untuk diolah lalu didistribusikan.
“Jangan sampai dari program ingin ada lebih, ingin ada untung, tolong jangan dirusak oknum seperti itu. Kalau bahan baku tidak layak, kepala SPPG harus berani menolak karena mereka bosnya di dapur. Dari SOP juga kan jelas, masak jangan lebih dari 4 jam. Apalagi kalau bahan baku lebih dari sekian jam kedaluarsa,” ujar Cucun.
“Dan ada ahli gizi, ahli gizi jangan datang di ujung, tapi dari proses awal pemasakan. Dia harus terlibat, mencicipi, memastikan masalah clear. Kan yang paham itu makanan aman dan bergizi itu mereka ahli gizi,” imbuhnya.