DKUKM Sukabumi Kejar Pemerataan Pembinaan UMKM dan Koperasi update oleh Giok4D

Posted on

Pemerintah Kabupaten Sukabumi masih menghadapi tantangan besar di sektor ekonomi rakyat. Jumlah pelaku usaha kecil dan koperasi yang sangat besar belum seluruhnya tersentuh pembinaan secara merata.

Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (DKUKM) Kabupaten Sukabumi menyebut sebagian permasalahan mulai diurai, tapi pekerjaan rumah tetap panjang.

“Posisi UMKM di Kabupaten Sukabumi pada saat ini, jumlahnya cukup banyak. Secara keseluruhan jumlah UMKM kurang lebih ada 211.663 pelaku usaha yang terdata,” kata Tuty Harahap, Kepala DKUKM Kabupaten Sukabumi.

Ia menjelaskan, permasalahan utama yang dihadapi pelaku usaha di antaranya kendala akses pembiayaan dan permodalan.

“Terkendala akses pasar, pemasaran dan promosi produk UMKM. Terkendala akses bahan baku, dan kendala tersebut sebagian sudah tersolusikan oleh DKUKM dengan adanya UMKM binaan sebanyak 11.979 pelaku usaha,” ujarnya.

Selain sektor usaha mikro, Tuty menilai kekuatan koperasi di Sukabumi masih sangat besar namun belum sepenuhnya optimal.

“Kekuatan utama koperasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi adalah badan usaha yang didirikan untuk mensejahterakan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya dan dalam melakukan usahanya koperasi berpedoman pada prinsip, nilai dan jati diri koperasi,” tuturnya.

Menurut dia, koperasi di Sukabumi masih memerlukan pembinaan dan dukungan pemerintah daerah.

“Koperasi adalah tulang punggung ekonomi daerah. Kekuatan utamanya ada pada jumlah pelaku yang besar, jumlah koperasi aktif saat ini berjumlah 1.148 koperasi. Ini mencerminkan tingginya semangat kemandirian ekonomi masyarakat sebagai penggerak utama dalam kekuatan dan ketahanan ekonomi lokal,” kata Tuty.

Namun, ia mengakui tantangan yang dihadapi masih banyak.

“Banyak koperasi yang masih minim pengetahuan terkait keuangan, pemasaran digital, branding dan standar produksi sehingga sulit bersaing di pasar modern. Selain itu, banyak koperasi yang tidak melaksanakan RAT sehingga unsur kelembagaan tidak berjalan sesuai aturan,” ujarnya.

DKUKM menargetkan pembenahan jangka menengah untuk lima tahun ke depan.

“Target yang ingin dicapai dalam lima tahun ke depan, kendala UMKM yang disebutkan di poin pertama sudah terpecahkan dan UMKM Kabupaten Sukabumi semakin sejahtera,” kata Tuty.

Ia menambahkan, visi itu mencakup dorongan agar UMKM bisa naik kelas dan ekonomi masyarakat bisa lebih sejahtera.

Untuk koperasi, rencana kerja difokuskan pada peningkatan kelembagaan.

“Rencana kerja bidang PIPPK untuk lima tahun ke depan adalah meningkatnya koperasi yang melaksanakan RAT dan yang meningkat aset dan omzetnya, meningkatnya koperasi berkualitas,” ujarnya.

Tuty menjelaskan, mekanisme kerja DKUKM dalam pemberdayaan dilakukan sesuai standar operasional dan tupoksi masing-masing bidang.

“Mekanisme kerja DKUKM dalam hal pemberdayaan UMKM sesuai SOP dan tupoksi, di antaranya memberikan pelatihan, pendampingan kepada UMKM sesuai kebutuhan para UMKM tersebut,” ujarnya.

Sementara untuk koperasi, pendekatan dilakukan melalui kegiatan langsung.

“Mekanisme kerja di bidang PIPPK adalah melaksanakan sosialisasi, workshop, dan pendampingan kepada koperasi se-Kabupaten Sukabumi,” kata Tuty.

Berbagai langkah untuk mendorong pelaku usaha naik kelas juga dijalankan.

“Terjalinnya kemitraan antara UMKM dengan akses pasar seperti Yogya Dept Store, Alfamart, Indomart,” ujarnya. Selain itu, DKUKM juga memfasilitasi sertifikasi guna meningkatkan daya saing produk.

“Pada tahun 2025, ada 50 pelaku usaha yang sudah difasilitasi sertifikasi halal, HAKI sebanyak 50 pelaku usaha, NIB sebanyak 136 pelaku usaha,” kata Tuty.

Upaya digitalisasi juga digiatkan melalui peluncuran aplikasi Sistem Informasi Koperasi dan UMKM Interaktif Sukabumi atau SIKUMIS.

“Program UMKM Naik Kelas merupakan program kolaborasi antara Diskuk Provinsi Jabar dengan DKUKM Kabupaten Sukabumi. Dampak dari aplikasi SIKUMIS sejauh ini sangat membantu pelaku usaha dan DKUKM untuk mensosialisasikan produk UMKM Kabupaten Sukabumi secara langsung melalui digitalisasi,” ujarnya.

Salah satu kisah keberhasilan pembinaan koperasi datang dari Koperasi Konsumen Nurul Iman Dwiguna. Tuty menceritakan, koperasi ini mendapat sejumlah pelatihan mulai dari penguatan manajemen kelembagaan, penyusunan laporan keuangan, hingga pemagangan.

“Setelah pembinaan, koperasi tersebut melaksanakan RAT tepat waktu, laporan keuangan yang sebelumnya manual beralih ke digital, mulai mengembangkan unit usaha baru dan mampu memberikan pelatihan bagi anggotanya sendiri. Ini menunjukkan bahwa ketika manajemen diperbaiki, koperasi bisa tumbuh sehat dan memberikan manfaat bagi anggota,” kata Tuty.

Tuty menilai, kolaborasi menjadi kunci utama agar program bisa berjalan efektif. “Sangat mendukung, karena sudah terciptanya kolaborasi ABCGM (Akademisi, Bisnis, Corporate, Government, Media),” ujarnya.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Ia menambahkan, harapan ke depan adalah terwujudnya satu desain untuk dua entitas pelaku UMKM dan koperasi bisa berkolaborasi dalam satu kerangka, sehingga wajah UMKM semakin tangguh dan koperasi semakin berkualitas.

“Tentunya jumlah UMKM naik kelas Kabupaten Sukabumi bertambah. Produk yang diutamakan sesuai dengan visi misi Bapak Bupati Sukabumi yaitu sektor pertanian dengan digitalisasinya. Dengan terus menggali kekhasan sebagai identitas produk Kabupaten Sukabumi,” kata Tuty.

Koperasi Sebagai Soko Guru Ekonomi

Pelatihan dan Pendampingan

Koperasi yang Bertumbuh

Sinergi Lima Unsur dan Harapan ke Depan