Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Pangandaran mengendus adanya dugaan tiket wisata palsu, usai oknum penarik tiket wisata tertangkap operasi tangkap tangan (OTT).
Kepala UPTD Pariwisata dan Kebudayaan Pangandaran Riko Agung Purnama mengatakan, sistem pembayaran tiket memang memiliki celah, ada dugaan pencetakan tiket palsu untuk masuk ke objek wisata.
“Ada pencetakan di luar atau palsu, menggunakan alat seperti halnya printer termal,” kata Riko kepada infoJabar saat ditemui di Parigi, Senin (7/7/2025) sore.
Menurutnya , untuk membedakan tiket palsu dan asli ini cukup sulit secara kasat mata atau dilihat langsung. “Namun kita bisa lakukan verifikasi, bisa terbaca atau tidak sesuai,” ucapnya.
Pihaknya sempat menemukan ada tiket yang tidak sesuai, ketika di tiket tercantum Rp 1 juta, ternyata saat dipindai barcode nilainya hanya Rp 600 ribu.
“Akhirnya kita perdalam, upaya preventifnya kita suruh beli tiket yang baru. Peredarannya sungguh luar biasa,” terangnya.
Ia mengatakan, untuk merekayasa atau mengedit tiket wisata palsu sangat mudah, apalagi sudah banyak aplikasi editing gratisan.
“Itu pake thermal printer,” ucapnya.
Ia mengatakan, untuk meminimalisir praktek tiket palsu tersebut, pihaknya menekankan kepada petugas untuk lebih melakukan pengecekan intensif. Akan tetapi, kadang-kadang petugas penarik tiket tersebut abai, sehingga ada yang lolos masuk.
Menurut dia, untuk kasus yang menimpa penarik retribusi pada hari Minggu (6/7/2025), pelaku UN tertangkap tangan mau menjual tiket asli.
Ia mengatakan UN saat itu minta dicetakan tiket kepada petugas yang sedang jaga di pintu masuk pantai timur. Lau dibawa kabur dan diduga untuk dijual kembali, hingga akhirnya tertangkap tangan. “Kurang lebih setelah didalami seperti itu,” ucapnya.
Sementara, sampai saat ini belum ada keterangan resmi dari kepolisian mengenai perkembangan kasus tersebut.