PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menyulap lahan tandus di pesisir Cipatuguran, Pelabuhanratu, Kabu paten Sukabumi, menjadi kebun energi. Langkah ini ditempuh demi memangkas ketergantungan pada batu bara yang ditargetkan setop total pada 2050.
Ribuan bibit sorgum mulai ditanam di lahan tidur seluas 10 hektare, Selasa (25/11/2025). Batang tanaman ini diproyeksikan menjadi bahan bakar pendamping (co-firing) PLTU Palabuhanratu, sementara bijinya untuk pangan.
Program inisiasi PT Berkah Inti Daya berjargon Build Indonesian Dream (BID) ini mengusung misi ganda, memasok energi bersih demi Net Zero Emission (NZE) 2060 sekaligus memberdayakan ekonomi warga lewat pertanian di lahan kritis.
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Bernadus Sudarmanta menyebut, ini sebagai awal pembangunan ekosistem energi hijau dari hulu ke hilir.
“Ya, hari ini kita memasuki Era ekosistem Green energy di mana secara dari dulu ke hilir kita coba pembangunan ekosistem untuk biomass dengan menggunakan tanaman Sorgum, yang mana Ini tanaman sorgum tadi sudah dijelaskan, atau masa panen, masa panennya cukup singkat dalam 3 bulan dan bisa dipanen dan dihasilkan bahan makanan dan juga bahan untuk membuat biomass, jadi bisa memberikan ketahanan pangan dan juga ketahanan energi dan juga terlestari area bumi,” ujar Bernadus di lokasi penanaman.
Bernadus mengakui, target penghentian batu bara pada 2050 memaksa pembangkit listrik melakukan substitusi bahan bakar secara bertahap mulai sekarang.
“Ya kalau dari program transisi energi itu memang road map untuk menghentikan penggunaan batubara itu kan di tahun 2050, jadi semua pembangkit batubara itu akan berhenti mengkonsumsi batubara tahun 2050, artinya kita akan secara bertahap untuk mengganti atau switching dari batubara ke biomassa ya,” kata Bernadus.
Jika skema ini sukses mensubstitusi 10 persen batu bara, dampaknya terhadap pengurangan karbon dinilai signifikan.
“Nah nanti hitung-hitungan pengurangan karbonya mungkin tadi dari Pak Bowo (SM PLTU IP Palabuhanratu) bisa beberapa waktu itu 700.000 ton CO2 yang per tahun per tahun hanya untuk dari 10% di pelabuhanratu, dan juga dari 10%, nah artinya kalau kalau 100%, nanti bisa mengurangi 7 juta ton,” rincinya.
Sorgum dipilih karena “bandel” di lahan kritis dan masa panen singkat (90-100 hari), sehingga modal petani cepat berputar.
“Ya jadi dia karena cepat sehingga juga modal yang digunakan untuk memproses juga enggak terlalu besar, katakanlah petani berinvestasi dalam waktu 3 bulan sudah bisa menghasilkan uang, jadi ini kan akan membuat lebih banyak pihak yang akan tertarik untuk ikut serta di situ sehingga nanti efek efek gandanya akan semakin besar dan akan semakin banyak orang melibatkan, jadi saya rasa ini cara ini sangat menarik dan sangat bagus,” tambah Bernadus.
“Karena kan sorgum ini kan tidak memerlukan lahan yang khusus hanya untuk pangan artinya dia bisa memanfaatkan lahan yang kritis, jadi Justru malah akan memperbesar daerah yang bisa di menghasilkan oksigen karena dia juga pada waktu proses penanaman dia memasok oksigen dan kemudian nanti juga dia bisa menghasilkan pakan dan juga menghasilkan energi,” sambungnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi, dr. Gatot Kadis menyambut antusias pemanfaatan lahan tidur di wilayah selatan ini.
“Jelas kita punya sumber daya alam yang harus dimanfaatkan ada istilah gurilaps gunung rimba laut sungai dan pantai (Gurilaps) ya memang kita lihat banyak area Utara ini lahan kosong yang belum termanfaatkan, jadi program pilot projector Sorgum dari PLN Indonesia Power ini kami sambut dengan sukacita,” ungkap Gatot.
“Saya berharap banyak lahan tidur yang bisa bermanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi circular dan kita menuju Zero emission selain itu juga Harapan Kita ketahanan pangan, ketahanan pakan, dan ketahanan energi sama-sama bisa kita wujudkan untuk masyarakat Kabupaten Sukabumi,” tambahnya.
Selain untuk listrik, Pemkab membidik biji sorgum sebagai solusi agar warga tidak ketergantungan pada beras.
“Betul, jadi sorgum itu buah atau bijinya itu menjadi salah satu alternatif diversifikasi pangan, untuk masa depan kita Jangan tergantung sama beras saja, memang kami sendiri dinas ketahanan pangan mewakili Kabupaten Sukabumi ingin agar masyarakat kita Jangan tergantung pada satu komoditas saja, sorgum menjadi salah satu alternatif yang cukup baik,” paparnya.
“Bahkan dikatakan sehat dan ini berharap menjadi wacaba agar masyarakat kita melihat adanya alternatif selain beras, tadi sudah disebutkan batangnya bermanfaat untuk fairing (co-firing) akarnya pun cukup bermanfaat buat lahan kita di sini,” tutup Gatot.
Panen Cepat, Modal Hemat
Sorgum dipilih karena “bandel” di lahan kritis dan masa panen singkat (90-100 hari), sehingga modal petani cepat berputar.
“Ya jadi dia karena cepat sehingga juga modal yang digunakan untuk memproses juga enggak terlalu besar, katakanlah petani berinvestasi dalam waktu 3 bulan sudah bisa menghasilkan uang, jadi ini kan akan membuat lebih banyak pihak yang akan tertarik untuk ikut serta di situ sehingga nanti efek efek gandanya akan semakin besar dan akan semakin banyak orang melibatkan, jadi saya rasa ini cara ini sangat menarik dan sangat bagus,” tambah Bernadus.
“Karena kan sorgum ini kan tidak memerlukan lahan yang khusus hanya untuk pangan artinya dia bisa memanfaatkan lahan yang kritis, jadi Justru malah akan memperbesar daerah yang bisa di menghasilkan oksigen karena dia juga pada waktu proses penanaman dia memasok oksigen dan kemudian nanti juga dia bisa menghasilkan pakan dan juga menghasilkan energi,” sambungnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi, dr. Gatot Kadis menyambut antusias pemanfaatan lahan tidur di wilayah selatan ini.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Jelas kita punya sumber daya alam yang harus dimanfaatkan ada istilah gurilaps gunung rimba laut sungai dan pantai (Gurilaps) ya memang kita lihat banyak area Utara ini lahan kosong yang belum termanfaatkan, jadi program pilot projector Sorgum dari PLN Indonesia Power ini kami sambut dengan sukacita,” ungkap Gatot.
“Saya berharap banyak lahan tidur yang bisa bermanfaatkan untuk menggerakkan ekonomi circular dan kita menuju Zero emission selain itu juga Harapan Kita ketahanan pangan, ketahanan pakan, dan ketahanan energi sama-sama bisa kita wujudkan untuk masyarakat Kabupaten Sukabumi,” tambahnya.
Selain untuk listrik, Pemkab membidik biji sorgum sebagai solusi agar warga tidak ketergantungan pada beras.
“Betul, jadi sorgum itu buah atau bijinya itu menjadi salah satu alternatif diversifikasi pangan, untuk masa depan kita Jangan tergantung sama beras saja, memang kami sendiri dinas ketahanan pangan mewakili Kabupaten Sukabumi ingin agar masyarakat kita Jangan tergantung pada satu komoditas saja, sorgum menjadi salah satu alternatif yang cukup baik,” paparnya.
“Bahkan dikatakan sehat dan ini berharap menjadi wacaba agar masyarakat kita melihat adanya alternatif selain beras, tadi sudah disebutkan batangnya bermanfaat untuk fairing (co-firing) akarnya pun cukup bermanfaat buat lahan kita di sini,” tutup Gatot.







