Jemari yang dahulu akrab dengan kesalahan kini mulai menemukan makna baru. Itulah yang tergambar dari 30 warga binaan Lapas Kelas II B Sumedang. Dari balik jeruji besi, mereka menemukan jalan untuk menebus masa lalu lewat karya yang bernilai, bahkan hingga menembus pasar internasional.
Selama sepekan terakhir, para warga binaan ini mengikuti pembinaan dan pelatihan yang digelar Lapas Sumedang. Dari sana, lahirlah karya berupa coir net atau anyaman dari serabut kelapa yang ternyata diminati pasar luar negeri.
Kamis (18/9/2025), menjadi hari yang tak terlupakan bagi mereka. Untuk pertama kalinya, hasil kerja keras mereka dikirim ke luar negeri. Sebanyak 5.400 lembar coir net resmi diekspor ke Korea Selatan. Senyum bangga pun merekah di wajah mereka, tanda bahwa jeruji besi tidak memenjarakan semangat untuk berubah.
Ekspor perdana ini dilepas langsung oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Barat, Kusnali, bersama Wakil Bupati Sumedang Muhammad Fajar Aldila, serta jajaran Forkopimda Kabupaten Sumedang.
“Ekspor perdana ini merupakan bukti bahwa pembinaan kemandirian di Lapas dapat menghasilkan produk yang tidak hanya bernilai ekonomis tetapi juga mampu menembus pasar internasional. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemasyarakatan untuk membina warga binaan agar berdaya guna dan siap kembali ke masyarakat,” ujar Kusnali.
Lebih dari itu, langkah ini juga menjadi bagian dari dukungan terhadap program pemerintah pusat. “Ini sebagai wujud dukungan terhadap Asta Citra Presiden Prabowo Subianto, serta 13 program akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan,” katanya.
Kusnali berharap keterampilan yang diperoleh para warga binaan bisa menjadi bekal berharga ketika mereka bebas nanti. “Tentu manfaatnya untuk warga binaan agar memiliki keterampilan. Saat bebas nanti, mereka bisa bergabung dengan perusahaan di luar atau melanjutkan kerja sama ini. Ini bukti nyata bahwa pembinaan berjalan maksimal dengan dukungan pemerintah daerah, pihak swasta, maupun pimpinan setempat,” ujarnya.
Kalapas Kelas II B Sumedang, Ratri Handoyo Eko Saputro, menambahkan bahwa keuntungan dari penjualan hasil karya ini akan dikembalikan kepada warga binaan.
“Jadi nanti uangnya buat kebutuhan mereka selama di sini, jadi tidak perlu lagi merepotkan keluarga mereka yang di luar,” ungkap Ratri.
Ia pun mengapresiasi semangat para warga binaan yang tak surut meski dihadapkan pada keterbatasan. “Yang membuat 30 warga binaan, atas binaan kami meskipun keterbatasan tempat dan serba kekurangan, mereka dengan semangat tetap merajut,” katanya.
Wakil Bupati Sumedang, Fajar Aldila, juga tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. “Kami bangga karena Kabupaten Sumedang menjadi bagian dari sejarah ekspor produk hasil karya warga binaan. Ke depan, kami siap memperkuat sinergi dengan Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan untuk mendukung program pembinaan dan pemberdayaan ekonomi warga binaan,” pungkasnya.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.