Muhammad Jepri (15) terbaring lemas di kasur GOR Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Di punggung tangannya terpasang jarum dan selang infus.
Di sebelahnya ada beberapa bocah sebaya teman sekolahnya. Mereka terpaksa mendapatkan perawatan medis setelah mengeluhkan mual lalu muntah-muntah sehabis mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
Pelajar SMP Cipari itu diduga keracunan. Ia sudah berupaya menetralisir gejala keracunan yang dirasakannya dengan mengonsumsi air kelapa namun tak kunjung membaik. Sampai akhirnya ia memeriksakan diri ke dokter dan berakhir dikumpulkan di GOR Kecamatan Cipongkor tempat penanganan terpusat.
Data terbaru, Dinas Kesehatan Bandung Barat mencatat lebih dari 75 anak yang diduga keracunan MBG, 25 anak dirujuk ke RSUD Cililin. Jumlah itu disinyalir akan terus bertambah seiring waktu berjalan.
“Tadi makan itu sekitar jam 10 pagi, terus siangnya mulai terasa mual terus muntah-muntah. Habis itu minum air kelapa, tapi nggak membaik,” kata Jepri saat ditemui, Senin (22/9/2025).
Menu MBG yang ia konsumsi isinya ayam kecap, sayur timun dan selada, tahu goreng, nasi, dan semangka. Rasa dari makanan itu agak berbeda ketimbang hari-hari sebelumnya.
“Agak bau juga, asem gitu. Enggak enak rasanya, cuma enggak tahu darimana itu sumbernya. Makanya enggak dihabiskan soalnya sudah bau,” kata Jepri.
Pelajar lainnya, Ai Nuraeni siswi SMK Pembangunan yang juga keracunan mengeluhkan gejala yang sama. Ia mual lalu muntah-muntah usai mengonsumsi menu makan yang dibagikan sekitar jam 10 pagi.
“Jadi waktu tempat makannya dibuka itu sudah bau, makanya saya cuma setengah makannya. Setelah makan itu langsung kerasa mual dan muntah,” kata Ai.
Di dalam gor, semuanya terkulai lemas. Ada beberapa pasien yang belum sadarkan diri karena mereka banyak memuntahkan isi perutnya. Orangtua pasien berdatangan dengan wajah panik, memijat tubuh anaknya seraya berusaha menenangkan mereka.
Di luar, sirene ambulans terus berbunyi nyaring. Warna merah dan biru menerangi malam yang gelap dan dingin setelah hujan turun. Tak cuma ambulans, beberapa pasien bahkan diangkut menggunakan angkutan kota.
Adah (47), orang tua siswa yang keracunan resah melihat kondisi anaknya yang berusia 9 tahun. Anaknya mengeluh mual dan pusing saat pulang sekolah, ternyata mengalami dugaan keracunan.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Tadi pas pulang langsung ngeluh pusing sama mual, langsung tidur. Pas bangun demam badannya, saya tanya ternyata habis makan nasi sama tahu dan buah aja sedikit dari menu MBG. Tadi juga sempat muntah-muntah,” ujar Adah.
Dugaan keracunan massal itu terjadi pada Senin (22/9/2025) siang. Berawal dari 15 siswa SMK Pembangunan yang mengeluhkan gejala khas keracunan, jumlahnya terus bertambah hingga lebih dari 75 orang.
“Kita catat tadi itu sudah 75 anak. 50 anak dirawat di Poned Puskesmas Cipongkor dan di GOR Kecamatan Cipongkor, 25 anak dirujuk ke RSUD Cililin,” kata Kepala Puskesmas Cipongkor, Yuyun Sarihotimah.
Kebanyakan anak yang dirujuk ke RSUD Cililin mengalami gejala muntah-muntah, demam, hingga sesak napas. Mereka mesti mendapatkan penanganan medis lebih lanjut akibat kondisi yang dialami.
“Rata sesak napas terus muntah-muntah, sehingga kita rujuk ke RSUD Cililin. Yang di sini juga ada yang harus kita berikan oksigen karena kondisinya,” kata Yuyun.