Cerita DJ Asal Sukabumi, Dilecehkan Tamu-Dipecat Mendadak di Dumai

Posted on

Di balik gemerlap lampu dan dentuman musik, seorang DJ perempuan asal Sukabumi berinisial SN, atau yang dikenal sebagai Naomi Nomnom berjuang menjaga profesionalitas sekaligus keselamatannya. Panggung tempatnya bekerja seharusnya menjadi ruang aman untuk berkarya, bukan tempat menghadapi ancaman.

Dini hari, 14 Oktober 2025 lalu menjadi malam paling mengejutkan bagi Naomi. Saat itu, sekitar pukul 02.30 WIB, Naomi sedang tampil seperti biasa dalam job yang baru ia jalani enam hari.

Namun suasana berubah ketika seorang tamu tiba-tiba naik ke panggung dan berusaha menyentuh area sensitif tubuhnya. Naomi mengaku sempat menghindar. Di sisi panggung ada security, tetapi tidak sigap menghentikan tindakan tamu tersebut.

Aksi oknum pengunjung itu sempat terekam CCTV dan viral di media sosial TikTok. Dilihat infoJabar, video itu sudah ditonton lebih dari 8 juta kali, mendapatkan komentar lebih dari 4 ribu dan dibagikan sebanyak 3 ribu kali.

“Saya itu lagi perform mengerjakan jobdesk saya, tiba-tiba ada tamu yang naik untuk memegang area sensitif saya. Yang pertama saya menghindar, di situ ada security juga tapi nggak sigap mengamankan tamu tersebut sampai terjadi yang kedua kalinya itu mengenai area sensitif saya,” ujar Naomi saat membuka perbincangan di Sukabumi, Selasa (18/11/2025).

Merasa tidak aman, Naomi refleks menurunkan volume lagu sekitar 30 info dan meminta tamu itu turun. Tak lama, keributan muncul lagi. Kali ini tamu yang sama kembali dengan beberapa rekannya.

Mereka naik ke panggung dan membuat kekacauan seperti yang terekam CCTV. Tamu itu sempat memberikan uang sawer sambil tersenyum, sementara rekannya berdalih aksi itu hanya bercanda.

“Nggak ada perkataan, dia cuma ngasih uang saweran itu, sambil senyum-senyum. Naik lagi (ke panggung) bilang itu cuma bercanda, kata temannya kaya gitu,” ujarnya.

Meski terganggu, Naomi tetap berusaha profesional dan melanjutkan pekerjaannya. Namun komplotan pria tersebut kembali naik ke panggung hingga akhirnya Naomi turun dari panggung hiburan.

Usai insiden dini hari itu, sore harinya Naomi dipanggil ke kantor manajemen. Bukannya mendapat perlindungan, ia justru menerima surat pemutusan kontrak. Keputusan itu, kata Naomi, langsung dari pemilik salah satu klub di Dumai.

“Alasannya saya nurunin volume musik, katanya bisa bikin alat rusak dan saya dianggap tidak ber-attitude,” tuturnya.

Naomi mengaku, kaget karena pemecatan dilakukan tanpa proses peringatan, tanpa SP1 maupun SP2. Padahal kontraknya masih berlaku hingga Februari 2026. Empat bulan gaji yang seharusnya ia terima pun tak dibayarkan.

“Yang 6 hari kerja dikasih. Saya baru 6 hari kerja di situ,” katanya.

Merasa menjadi korban dan tidak mendapat keadilan, Naomi melapor ke Komnas Perempuan dan membuat laporan ke Polres. Pelaku disebut sempat meminta maaf di lokasi pada malam kejadian, tetapi Naomi tetap menuntut proses hukum.

“Harapannya saya dapat keadilan dan hak-hak saya. Pelaku dihukum sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” ujarnya.

Naomi menegaskan, tidak mengenal para pelaku. Mereka hanya tamu yang kerap datang ke tempat hiburan tersebut.

Selama hampir 10 tahun menjadi DJ dan pernah bekerja di Samarinda, Palembang, Kaltim, hingga Jayapura, Naomi mengaku, baru pertama kali mengalami pelecehan saat tampil.

Naomi yang berasal dari Sukabumi merantau ke Dumai untuk kontrak kerja empat bulan. Namun sebelum genap seminggu, ia sudah dipecat. Situasi ini membuat mentalnya terpukul.

“Lebih ke trauma, kesal, dan kecewa. Perusahaan tidak mendukung, padahal saya di sini korban,” katanya.

Setelah videonya viral, pihak manajemen sempat meminta Naomi menghapus unggahan tersebut. “Saya nggak bisa karena pelaku nggak ada iktikad baik,” tegasnya.

Kini banyak tawaran job datang, tetapi Naomi mengaku masih belum sanggup kembali ke panggung. “Mental saya kena. Tawaran event sudah ada, tapi saya masih trauma,” ujarnya pelan.

Dipecat di Hari yang Sama

Usai insiden dini hari itu, sore harinya Naomi dipanggil ke kantor manajemen. Bukannya mendapat perlindungan, ia justru menerima surat pemutusan kontrak. Keputusan itu, kata Naomi, langsung dari pemilik salah satu klub di Dumai.

“Alasannya saya nurunin volume musik, katanya bisa bikin alat rusak dan saya dianggap tidak ber-attitude,” tuturnya.

Naomi mengaku, kaget karena pemecatan dilakukan tanpa proses peringatan, tanpa SP1 maupun SP2. Padahal kontraknya masih berlaku hingga Februari 2026. Empat bulan gaji yang seharusnya ia terima pun tak dibayarkan.

“Yang 6 hari kerja dikasih. Saya baru 6 hari kerja di situ,” katanya.

Merasa menjadi korban dan tidak mendapat keadilan, Naomi melapor ke Komnas Perempuan dan membuat laporan ke Polres. Pelaku disebut sempat meminta maaf di lokasi pada malam kejadian, tetapi Naomi tetap menuntut proses hukum.

“Harapannya saya dapat keadilan dan hak-hak saya. Pelaku dihukum sesuai hukum yang berlaku di Indonesia,” ujarnya.

Naomi menegaskan, tidak mengenal para pelaku. Mereka hanya tamu yang kerap datang ke tempat hiburan tersebut.

Selama hampir 10 tahun menjadi DJ dan pernah bekerja di Samarinda, Palembang, Kaltim, hingga Jayapura, Naomi mengaku, baru pertama kali mengalami pelecehan saat tampil.

Naomi yang berasal dari Sukabumi merantau ke Dumai untuk kontrak kerja empat bulan. Namun sebelum genap seminggu, ia sudah dipecat. Situasi ini membuat mentalnya terpukul.

“Lebih ke trauma, kesal, dan kecewa. Perusahaan tidak mendukung, padahal saya di sini korban,” katanya.

Setelah videonya viral, pihak manajemen sempat meminta Naomi menghapus unggahan tersebut. “Saya nggak bisa karena pelaku nggak ada iktikad baik,” tegasnya.

Kini banyak tawaran job datang, tetapi Naomi mengaku masih belum sanggup kembali ke panggung. “Mental saya kena. Tawaran event sudah ada, tapi saya masih trauma,” ujarnya pelan.

Dipecat di Hari yang Sama