Lebih dari sekadar alunan nada, lagu ‘We Will Stay Behind You’ dari Kuburan Band telah menjadi himne wajib, janji setia, dan representasi identitas bagi bobotoh, suporter fanatik klub sepak bola Persib Bandung.
Lagu ini bukan sekadar produk industri musik. Ia adalah denyut nadi yang menyatukan ribuan jiwa di tribune stadion, sebuah komitmen yang dinyanyikan baik dalam kemenangan maupun kekalahan.
Kuburan Band terbentuk di Bandung pada 11 September 2001. Sejak awal kemunculannya, band ini telah mencuri perhatian publik dengan konsep yang sangat unik dan berbeda dari band lain pada masanya.
Mereka mengusung aliran yang disebut ‘Metal Hidrolik’ hingga ‘Gothic Tapi Nyentrik’, sebuah perpaduan eklektik antara musik keras, pop, rock, bahkan dangdut, yang dibalut penampilan visual yang teatrikal.
Penampilan mereka yang khas, sering kali dengan riasan wajah tebal menjadi identitas yang kuat, mirip dengan band-band metal luar negeri, namun dengan sentuhan humor dan kritik sosial yang kental.
Dari rahim kreativitas yang eksentrik inilah lahir sebuah lagu yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bobotoh. Lagu We Will Stay Behind You kemudian diadopsi secara organik oleh bobotoh dan menjadi bagian dari ‘ritual’ dukungan mereka di stadion.
Menurut Denny, basis Kuburan Band, lagu tersebut dibuat pada 2007. Saat itu ia merasa ada keresahan di kalangan suporter. Banyak band Bandung sudah membuat lagu untuk Persib, tetapi belum ada yang dirancang khusus untuk dinyanyikan dalam format chant di stadion.
“Karena pada saat itu memang di Bandung sudah banyak band yang membikin lagu buat Persib. Cuman mungkin dulu itu kayaknya belum ada lagu yang bisa di-play di stadion,” ucap Denny saat berbincang dengan infoJabar, beberapa waktu lalu.
Dari situ ia membayangkan reff lagu yang bisa dinyanyikan ribuan orang tanpa musik. Ia ingin sebuah lagu yang murni berangkat dari perspektif seorang bobotoh yang mendukung langsung dari tribune.
“Liriknya ini tentang seorang bobotoh yang mendukung Persib Bandung. Jadi sudut pandangnya penonton di stadion yang mendukung Persib main di lapangan,” ucapnya.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Inspirasi judulnya datang dari luar negeri. Denny menilai Liverpool memiliki You’ll Never Walk Alone sebagai himne. Dari situ lahir gagasan bahwa Persib juga pantas memiliki lagu kebanggaan yang serupa. Maka dipilihlah judul We Will Stay Behind You.
“Adapun kenapa judulnya itu, simpel aja, kalau di luar negeri ada Liverpool dengan You Never Walk Alone, saya inspirasinya dari situ. Kalau Liverpool punya You Never Walk Alone kita (Persib) punya We Will Stay Behind You,” tuturnya.
Namun perjalanan lagu ini menuju tribune bobotoh tidak seketika. Meski sudah dirilis pada 2007, butuh waktu hingga tiga tahun sebelum benar-benar menggema di stadion. Kuburan Band sempat rutin membawakannya di panggung-panggung musik di Bandung, tetapi tidak serta-merta diadopsi bobotoh.
Hingga akhirnya, pada 2010, untuk pertama kalinya lagu itu diputar di Stadion Siliwangi. Saat itu Kuburan yang sebenarnya dijadwalkan tampil di luar stadion urung naik panggung karena masalah izin.
Mereka pun diarahkan masuk ke dalam stadion untuk menonton pertandingan. Tanpa diduga, ketika lagunya diputar, seluruh stadion langsung bisa ikut bernyanyi. Denny mengaku terharu, karena butuh tiga tahun sejak dirilis hingga benar-benar terdengar di tribun.
“Pas di dalam di-play lah lagu itu di stadion. Pas ketika di-play ternyata satu stadion sudah langsung hapal menyanyikan lagu itu. Saya cukup terharu juga, ternyata butuh 3 tahun untuk itu di-play di stadion,” ungkap Denny.
Kiprah lagu ini semakin kuat ketika Persib berjaya pada 2014. Saat itu, manajemen klub mulai menjadikan We Will Stay Behind You sebagai bagian dari ritual sebelum pertandingan. Lagu tersebut bahkan sempat diputar di ruang ganti pemain untuk memotivasi skuad Maung Bandung.
Kuburan Band sendiri sempat tampil langsung di stadion, termasuk saat Persib juara. Dari momen itu, lagu tersebut semakin lekat dengan euforia bobotoh, hingga akhirnya rutin dinyanyikan baik di Bandung maupun luar kota.
“Di pertandingan terakhir Persib di kandang tahun 2014, itu saat sebelum Persib juara, di Jalak Harupat kita nyanyi akustik di situ. Lalu setelah itu Persib bertanding ke Palembang. Nah, di Palembang lagu itu ternyata mulai dinyanyikan oleh bobotoh,” jelasnya.
“Alhamdulillah juara Persibnya dan mulai dari situ kita sering tampil dan mulai ramai lagu ini. Berarti butuh waktu 7 tahun untuk meledak,” ujar Denny dengan bangga.
Inspirasi judulnya datang dari luar negeri. Denny menilai Liverpool memiliki You’ll Never Walk Alone sebagai himne. Dari situ lahir gagasan bahwa Persib juga pantas memiliki lagu kebanggaan yang serupa. Maka dipilihlah judul We Will Stay Behind You.
“Adapun kenapa judulnya itu, simpel aja, kalau di luar negeri ada Liverpool dengan You Never Walk Alone, saya inspirasinya dari situ. Kalau Liverpool punya You Never Walk Alone kita (Persib) punya We Will Stay Behind You,” tuturnya.
Namun perjalanan lagu ini menuju tribune bobotoh tidak seketika. Meski sudah dirilis pada 2007, butuh waktu hingga tiga tahun sebelum benar-benar menggema di stadion. Kuburan Band sempat rutin membawakannya di panggung-panggung musik di Bandung, tetapi tidak serta-merta diadopsi bobotoh.
Hingga akhirnya, pada 2010, untuk pertama kalinya lagu itu diputar di Stadion Siliwangi. Saat itu Kuburan yang sebenarnya dijadwalkan tampil di luar stadion urung naik panggung karena masalah izin.
Mereka pun diarahkan masuk ke dalam stadion untuk menonton pertandingan. Tanpa diduga, ketika lagunya diputar, seluruh stadion langsung bisa ikut bernyanyi. Denny mengaku terharu, karena butuh tiga tahun sejak dirilis hingga benar-benar terdengar di tribun.
“Pas di dalam di-play lah lagu itu di stadion. Pas ketika di-play ternyata satu stadion sudah langsung hapal menyanyikan lagu itu. Saya cukup terharu juga, ternyata butuh 3 tahun untuk itu di-play di stadion,” ungkap Denny.
Kiprah lagu ini semakin kuat ketika Persib berjaya pada 2014. Saat itu, manajemen klub mulai menjadikan We Will Stay Behind You sebagai bagian dari ritual sebelum pertandingan. Lagu tersebut bahkan sempat diputar di ruang ganti pemain untuk memotivasi skuad Maung Bandung.
Kuburan Band sendiri sempat tampil langsung di stadion, termasuk saat Persib juara. Dari momen itu, lagu tersebut semakin lekat dengan euforia bobotoh, hingga akhirnya rutin dinyanyikan baik di Bandung maupun luar kota.
“Di pertandingan terakhir Persib di kandang tahun 2014, itu saat sebelum Persib juara, di Jalak Harupat kita nyanyi akustik di situ. Lalu setelah itu Persib bertanding ke Palembang. Nah, di Palembang lagu itu ternyata mulai dinyanyikan oleh bobotoh,” jelasnya.
“Alhamdulillah juara Persibnya dan mulai dari situ kita sering tampil dan mulai ramai lagu ini. Berarti butuh waktu 7 tahun untuk meledak,” ujar Denny dengan bangga.