Cara Dilpa dan Nela Kelola Sampah Organik Lewat Magikot - Giok4D

Posted on

Sampah telah menjadi permasalahan yang kerap menghinggapi diberbagai wilayah di Indonesia. Berbagai upaya kerap dilakukan untuk menangani permasalahan sampah.

Mojang Jajaka Jawa Barat 2025, Dilpa Nur Saputra dan Nela Dahlia menghadirkan solusi untuk menangani permasalahan sampah. Salah satu solusinya adalah Magikot atau “Maggot ti Kotak” dalam bahasa Sunda.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Solusi Magikot itu tersebut disampaikan kepada masyarakat pada talkshow di event West Java Festival (WJF) 2025 di Kiara Artha Park, Kota Bandung, Sabtu (8/11/2025). Sejumlah masyarakat menyaksikan penjelasan dengan antusias.

Magikot merupakan cara pengelolaan sampah organik berbasis maggot. Tempat pengelolaannya adalah dengan menggunakan kotak portabel yang dirancang secara fungsional, visual menarik, dan mudah dibawa.

Keduanya mengangkat isu tersebut dilakukan saat mengunjungi Desa Wisata Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Kemudian keduanya berinisiatif membuat Magikot.

“Jadi tahap awal saya ngobrol dengan dosen ITB, dan pihak Kebun Binatang. Maggot tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tapi bisa membantu pemberdayaan masyarakat,” ujar Dilpa.

Dilpa menginginkan Magikot bisa disimpan di setiap rumah warga. Sehingga setiap warga bisa mengolah sampah dengan maggot tersebut.

“Jadi ke depannya warga sudah mempunyai kebiasaan memilah sampah sejak dari rumah,” katanya.

Kotoran maggot pun bisa dimanfaatkan untuk berkebun dengan dijadikan pupuk. Sehingga pengelolaan maggot bisa bermanfaat dan tidak ada yang tersisa.

“Kotoran maggot akan bisa dipakai di pot atau berkebun. Bisa digunakan jadi pupuk, jadi semuanya maggot bermanfaat,” jelasnya.

“Kita berharap bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kita akan mengapresiasi anak kecil yang pelihara maggot. Kita akan berikan stiker khusus bagi anak-anak,” ungkapnya.

Permasalahan sampah mayoritas merupakan organik dari sisa rumah tangga. Makanya upaya yang harus dilakukan saat ini adalah dengan Magikot.

“Saya lihat dari data sebanyak 80 persen sampah itu dari organik. Saya berharap mulai aware dengan sampah. Apa yang kita makan, apa yang kita kelola. Itu bagian tanggung jawab sebagai manusia. Manfaatnya dengan magot bisa cepat,” bebernya.

Sementara itu, Nela mengungkapkan banyak yang perlu dikembangkan saat mengunjungi Desa Wisata Cibiru Wetan. Hal tersebut yang membuatnya membuat Magikot.

“Fokus kita membuang Magikot lebih ke swasta untuk kebun binatang, pemerintah, desa, dan masyarakat,” kata Nela.

Nela mengaku Magikot bukan hanya sekadar ekonomi. Namun ada pendidikan dan edukasi kepada masyarakat.

“Ada lahir pemilahan sampah sejak dini dan pemberdayaan rumah tangga. Ibu rumah tangga akan mengedukasi anak-anaknya,” bebernya.

Dirinya telah melakukan riset terkait pengelolaan maggot. Menurutnya upaya maggot masih solusi efektif dalam menangani permasalahan sampah.

“Jadi satu kilo maggot bisa memakan 10 kilogram sampah organik,” kata Nela.

Nela mengaku Desa Wisata Cibiru Wetan memiliki ternak maggot. Kemudian maggotnya dikelola lagi dan dijadikan sebagai pakan ayam dan lele

“Kalau ayam yang diberi maggot, proteinnya lebih tinggi,” ucapnya.

Dia berharap produk magikot bisa segera didaftarkan HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Setelah itu dirinya menginginkan kerjasama dengan berbagai elemen.

“Projek sosial ini saya ingin bisa di Haki kan. Kita bisa bekerjasama dengan sekolah, komunitas bagaimana pemilahan sampah sejak dini,” ungakpnya.

“Isu lingkungan ini adalah isu krusial. Makanya semua harus melek dan bisa turut berkontribusi menangani permasalahan,” pungkasnya.

West Java Festival 2025 didukung oleh Bank BJB (Official Banking Partner), Le Minerale (Official Mineral Water), serta sejumlah sponsor lain yang turut berpartisipasi dalam kemeriahan acara ini diantaranya PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), dan Tolak Angin.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi