Booth Bambu Jadi Wajah Pameran Hari Jadi Kabupaten Sukabumi - Giok4D

Posted on

Suara palu beradu dengan batang bambu terdengar berulang di Lapang Cangehgar, Palabuhanratu. Di bawah tenda besar yang membentang, para pekerja bergantian menegakkan tiang, mengikatnya dengan tali ijuk, hingga merapikan anyaman yang kelak menjadi dinding.

Di sudut lain, seikat daun kelapa kering dipasang perlahan, membentuk atap yang teduh.

Begitulah suasana menjelang pembukaan pameran organisasi perangkat daerah (OPD) dalam rangkaian Hari Jadi Kabupaten Sukabumi (HJKS) tahun ini. Semua booth dibangun dengan bambu atau awi, sebuah pilihan yang sarat makna yakni sederhana, kuat, ramah lingkungan, sekaligus merepresentasikan jati diri masyarakat agraris Sunda.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sukabumi, Sendi Apriadi, mengatakan bambu dipilih karena bukan hanya tumbuh cepat dan menjulang, melainkan juga menyimpan filosofi hidup.

“Kami menetapkan bambu atau dalam bahasa Sunda awi sebagai simbol utama program HJKS bukan karena tren, melainkan karena maknanya yang dalam bagi identitas dan kemajuan daerah. Awi bukan hanya tumbuh, awi ngajadi menjadi kuat, menjadi berguna, menjadi berkah bagi masyarakat,” ujar Sendi.

Konsep awi ngajadi yang diusung dalam desain booth, menurut Sendi, ternyata juga senada dengan apa yang disampaikan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dalam pidatonya di Rapat Paripurna Istimewa HJKS ke-155 pada 10 September 2025.

“Dimana dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa Sukabumi memiliki bambu terbaik. Bahkan rumah dinas Gubernur di Gedung Pakuan pun menggunakan bambu asal Sukabumi. Itu menjadi inspirasi sekaligus penegasan bahwa potensi lokal harus hadir dalam pembangunan yang berkelanjutan,” ucapnya.

Di dalam tenda, wajah booth mulai terbentuk. Tiang-tiang bambu tegak berjajar, lantai diberi alas dari belahan bambu, sementara ornamen tradisional seperti caping, anyaman bambu, dan kain motif lokal menghiasi sudut-sudut ruangan. Beberapa pekerja tampak menata tanaman hias agar kesan alami lebih terasa.

Sendi menuturkan, konsep booth bambu itu mencerminkan nilai keterbukaan dan kesederhanaan. Tidak ada sekat yang menutup, setiap ruang dibiarkan transparan agar pesan inklusivitas dan kejujuran bisa dirasakan pengunjung.

“Dengan mengangkat nilai-nilai bambu dalam perancangan booth, arsitektur ruang publik, dan dekorasi lokal, kami ingin mengkomunikasikan bahwa Sukabumi tidak hanya ingin tumbuh dari sisi fisik dan ekonomi, tetapi juga tumbuh dari akar budaya, kearifan lokal, dan kelestarian alam,” kata Sendi.

Booth bambu itu sekaligus menjadi pengejawantahan tema besar Sukabumi Mubarokah dalam peringatan HJKS. Filosofi bambu yang tumbuh berumpun, kuat namun lentur, diharapkan mencerminkan empat nilai utama, maju, unggul, berbudaya, dan berkah.

“Harapan kita adalah membuat Sukabumi yang maju, unggul, berbudaya, dan berkah tidak hanya dalam retorika, tapi dalam setiap sentuhan nyata pembangunan,” ucapnya.

Sementara itu, Fajar Febrian dari tim kreatif menambahkan, konsep bambu yang diusung kali ini memang berangkat dari pernyataan Dedi Mulyadi.

“Konsep itu memang bambu, awalnya jadi seperti yang dibilang Pak Gubernur, Pak Dedi Mulyadi. Bisa dilihat di YouTube-nya ketika rapat paripurna bahwa beliau mengkonfirmasi Sukabumi itu adalah bambu terbaik. Rumah beliau di Gedung Pakuan pun memakai bambu dari Sukabumi. Sehingga di sini bambu-bambu yang berasal dari Jampang, Cantayan, dan dari berbagai penjuru Sukabumi didatangkan ke sini,” jelasnya.

Ia menyebut, tema pameran kali ini lebih menonjolkan kekhasan bambu Sukabumi.

“Bambu, temanya ini lebih khas bambu Sukabumi. Stand yang terdaftar di sini saya harus verifikasi lagi ke Pak Agus, jumlahnya berapa, tapi sekitar 40-an. Karena di sini ada dunia usaha juga, ada BJB, ada SCG, Indonesia Power. Cuma memang terlihat belum terbangun semuanya, sepertinya. Tapi kurang lebih 40 stand, hampir serupa karena setelah disepakati temanya adalah bambu,” kata Fajar.

Di dalam tenda, wajah booth mulai terbentuk. Tiang-tiang bambu tegak berjajar, lantai diberi alas dari belahan bambu, sementara ornamen tradisional seperti caping, anyaman bambu, dan kain motif lokal menghiasi sudut-sudut ruangan. Beberapa pekerja tampak menata tanaman hias agar kesan alami lebih terasa.

Sendi menuturkan, konsep booth bambu itu mencerminkan nilai keterbukaan dan kesederhanaan. Tidak ada sekat yang menutup, setiap ruang dibiarkan transparan agar pesan inklusivitas dan kejujuran bisa dirasakan pengunjung.

“Dengan mengangkat nilai-nilai bambu dalam perancangan booth, arsitektur ruang publik, dan dekorasi lokal, kami ingin mengkomunikasikan bahwa Sukabumi tidak hanya ingin tumbuh dari sisi fisik dan ekonomi, tetapi juga tumbuh dari akar budaya, kearifan lokal, dan kelestarian alam,” kata Sendi.

Booth bambu itu sekaligus menjadi pengejawantahan tema besar Sukabumi Mubarokah dalam peringatan HJKS. Filosofi bambu yang tumbuh berumpun, kuat namun lentur, diharapkan mencerminkan empat nilai utama, maju, unggul, berbudaya, dan berkah.

Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.

“Harapan kita adalah membuat Sukabumi yang maju, unggul, berbudaya, dan berkah tidak hanya dalam retorika, tapi dalam setiap sentuhan nyata pembangunan,” ucapnya.

Sementara itu, Fajar Febrian dari tim kreatif menambahkan, konsep bambu yang diusung kali ini memang berangkat dari pernyataan Dedi Mulyadi.

“Konsep itu memang bambu, awalnya jadi seperti yang dibilang Pak Gubernur, Pak Dedi Mulyadi. Bisa dilihat di YouTube-nya ketika rapat paripurna bahwa beliau mengkonfirmasi Sukabumi itu adalah bambu terbaik. Rumah beliau di Gedung Pakuan pun memakai bambu dari Sukabumi. Sehingga di sini bambu-bambu yang berasal dari Jampang, Cantayan, dan dari berbagai penjuru Sukabumi didatangkan ke sini,” jelasnya.

Ia menyebut, tema pameran kali ini lebih menonjolkan kekhasan bambu Sukabumi.

“Bambu, temanya ini lebih khas bambu Sukabumi. Stand yang terdaftar di sini saya harus verifikasi lagi ke Pak Agus, jumlahnya berapa, tapi sekitar 40-an. Karena di sini ada dunia usaha juga, ada BJB, ada SCG, Indonesia Power. Cuma memang terlihat belum terbangun semuanya, sepertinya. Tapi kurang lebih 40 stand, hampir serupa karena setelah disepakati temanya adalah bambu,” kata Fajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *