Hujan deras yang turun sejak siang hingga sore membuat suasana tenang di gang-gang sempit Kelurahan Cikole, Kota Sukabumi berubah kacau. Dalam hitungan menit, aliran air dari selokan depan dan belakang rumah warga menyatu menjadi arus besar yang masuk ke permukiman. Sebelas rumah terendam. Beberapa penghuni tak sempat menyelamatkan apapun.
Di sebuah rumah dengan dinding cat yang mulai terkelupas, Nirma Juatsah berdiri di dalam rumahnya sambil menunjuk garis air di kakinya. Nafasnya masih tersengal seperti baru saja berlari menyelamatkan diri dari kepungan air.
“Awalnya mah biasa, hujan gitu. Lama-lama makin besar, nggak ketahan. Air dari belakang masuk, dari depan juga,” ucapnya dengan nada gemetar, Jumat (5/12/2025) sore.
“Sering banjir, tapi nggak pernah begini. Biasanya mah cuma kecil. Sekarang sepaha. Tinggi banget,” lanjutnya.
Di dalam rumahnya, sejumlah barang terpaksa ditinggalkan begitu saja. Nirma hanya sempat membawa pakaian kering ke lantai dua, tempat ia dan keluarganya bertahan.
“Nggak mengungsi. Di lantai dua dulu, nunggu air turun,” katanya.
Tak jauh dari rumah Nirma, suara air memecah keheningan sore. Di depan sebuah rumah lain, Nde Surahman terlihat masih mondar-mandir, memastikan barang-barang penting tidak hanyut. Ia tahu betul banjir sering mampir ke wilayah ini, tapi hari ini berbeda. Lebih deras. Lebih cepat. Lebih tinggi.
“Tadi sekitar jam satu siang mulai masuk. Dari depan. Dari jalan,” ujarnya sambil menunjuk ke arah genangan yang menutup permukaan aspal.
“Biasanya paling sampai mata kaki. Sekarang segini, sampai betis. Baru kali ini separah ini,” ucapnya.
Di rumah itu hanya ada dua orang lansia. Melihat air yang terus naik, Nde mulai menyiapkan rencana darurat.
“Kayaknya nanti malam mau dibawa ke hotel atau ke rumah saya di Cibeureum. Anak-anak juga lagi pada datang, memang ada acara,” ucapnya.
Arus air masih terdengar mengalir melewati gang, mengangkat sampah dan dedaunan. Warga memilih berjaga-jaga sambil memandangi langit yang tampak masih berat menahan hujan.
Petugas BPBD Kota Sukabumi belum bisa memastikan kapan air mulai surut. Yang pasti, malam ini warga Cikole bersiap menghadapi kemungkinan terburuk sambil berharap hujan segera reda dan banjir tak kembali naik.
“Asessment banjir di Gang H Kholil menurut informasi dari pihak kelurahan ada kurang lebih 11 unit rumah yang terdampak, personel masih di lapangan,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi Joseph.
Hujan deras selama hampir tiga jam yang mengguyur Kota Sukabumi pada Jumat (5/12/2025) membuat kota ini dikepung bencana. Banjir meluap di banyak titik, longsor terjadi di sejumlah lokasi, hingga rumah warga rusak diterjang angin kencang. Tim BPBD Kota Sukabumi diterjunkan sejak sore hingga malam hari untuk melakukan penanganan.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Joseph Sabaruddin, mengatakan intensitas hujan yang tinggi dan kondisi drainase yang tidak optimal membuat air cepat meluap.
“Hujannya deras dalam waktu tiga jam, sementara beberapa saluran tersumbat. Itu yang menyebabkan air cepat masuk ke permukiman,” ujarnya.
Joseph menegaskan bahwa tim gabungan masih terus bekerja di lapangan. “Sebagian wilayah banjir sudah mulai surut, tapi pendataan dan assessment tetap kami lanjutkan. Petugas masih standby di titik-titik terdampak,” katanya.
Luapan air terjadi di berbagai kelurahan. Di wilayah Cikole, genangan tinggi melanda RT 02 RW 05 dan RW 07 hingga memasuki rumah warga. Kondisi serupa terjadi di RT 07 RW 04 Benteng serta Perum Pesona Gardenia Asri I Subangjaya, membuat warga terpaksa memindahkan barang-barang berharga.
Di Pesantren Al-Amannah, Dayeuhluhur Warudoyong, air merendam area pesantren. Lio Santa, Gedong Panjang, bahkan sempat lumpuh karena akses jalan tertutup air. Sementara itu, banjir di Jl Bhayangkara Gg H Kholil, Selabatu, merendam 11 unit rumah.
Banjir juga tercatat di Kuta Lebak Sriwidari yang menenggelamkan dua rumah, serta Sukamaju Baros, SMK PASIM Cikole, dan RT 04 RW 04 Nanggeleng. Tim BPBD masih mendata jumlah warga terdampak di semua titik.
Sementara itu, longsor terjadi di RW 18 Cisarua dan membuat sebagian jalan tak bisa dilewati. Material tanah melintang di sepanjang 20 meter dan mengancam badan jalan. Hal sama terjadi di Perum Taman Asri Subangjaya, di mana tebing setinggi tiga meter runtuh.
Di Jalan Aminta Azmali Sriwidari, tanah longsoran menutupi akses jalan. Warga sempat membantu membuka jalur sambil menunggu tim BPBD tiba.
Di Kecamatan Warudoyong, sebuah pohon besar jenis alpukat tumbang. Batang pohon menimpa jaringan kabel listrik dan membuat aliran sempat terganggu.
“PLN bersama BPBD langsung melakukan pemotongan dan pembersihan lokasi,” katanya.
Angin kencang juga menimbulkan kerusakan bangunan. Di Jalan Nangela Baros, atap dapur rumah milik Siti Jubaedah ambruk. Kerusakan juga terjadi pada dinding belakang rumah warga Subangjaya yang jebol dengan ukuran sekitar 6 x 3 meter.
Empat rumah di Kampung Tegal Pari Gunungpuyuh mengalami kerusakan pada bagian atap. “Warga memasang penutup sementara sambil menunggu bantuan tambahan,” kata dia.
Joseph memastikan tidak ada korban jiwa maupun warga mengungsi. “Alhamdulillah tidak ada korban. Untuk kerugian materi terus kami hitung karena sebaran kejadiannya cukup banyak,” jelasnya.
Tim gabungan terdiri dari BPBD, DPUTR, PLN, TNI/Polri, PMI, kelurahan, kecamatan, relawan Sehati, serta masyarakat setempat. Mereka melakukan pengecekan, penanganan darurat, pembersihan, hingga pendataan lanjutan.
Kebutuhan mendesak saat ini berupa terpal untuk rumah warga yang atapnya ambruk. Hingga pukul 20.11 WIB, banjir sudah mulai surut namun petugas masih berada di lapangan.






