Apa Itu Beras Oplosan dan 7 Cara Mengenalinya

Posted on

Kementerian Pertanian (Kementan) mengungkap peredaran beras oplosan di tengah-tengah masyarakat. Temuan itu berawal ketika terjadi anomali kenaikan harga beras, di tengah kondisi surplus setelah panen raya. Lalu, apa itu beras oplosan dan bagaimana cara mengenalinya ?

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, praktik kecurangan ini terendus saat Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada penurunan harga gabah petani dan beras di penggilingan, namun harga beras di konsumen naik.

Di sisi lain, Indonesia mengalami kenaikan produksi dengan cadangan beras yang tinggi dengan surplus 3 juta ton. Menggali di balik keganjilan tersebut, Kementen memeriksa 268 merek beras yang beredar di pasaran melalui 13 laboratorium berbeda.

Berdasarkan hasil laboratorium, sebanyak 85% merek tidak sesuai standar, dioplos dan beras medium dijual seharga premium. Bahkan, ada yang menjual tidak sesuai takaran, contohnya kemasan 5 kilogram (kg) isinya hanya 4,5 kg. Sederhananya, beras oplosan adalah beras dengan kualitas medium atau biasa diberi cap premium.

“Kemudian ini 85% yang tidak sesuai standar, ada yang dioplos, ada yang tidak dioplos, langsung ganti kemasan. Jadi, ini semua beras curah, tetapi dijual harga premium, beras curah tapi dijual harga medium, dan labnya kami pakai 13, termasuk Sucofindo,” ujar Menteri Andi di Jakarta seperti dikutip dari , 16 Juli 2025.

Presiden Prabowo mengatakan praktik beras oplosan oleh penggiling nakal ini mengakibatkan kerugian Rp 100 triliun per tahun. Ia memerintahkan Jaksa Agung ST Burhanuddin dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengusut kasus ini.

“Beras biasa dibungkus dikasih stempel beras premium dijual Rp 5.000 di atas harga eceran tertinggi. Saudara-saudara ini kan penipuan, ini adalah pidana, saya minta Jaksa Agung sama Kapolri usut dan tindak, ini pidana,” ujar Prabowo saat memberi sambutan pada peluncuran Kopdes Merah Putih di Klaten, Jawa Tengah, Senin (27/5/2025), dilansir infonews.

Dikutip dari , Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Raharjo, mengungkapkan penggunaan beras kualitas rendah untuk dijual dengan cap premium berisiko menggunakan bahan kimia, seperti klorin atau pemutih, pewangi buatan hingga parafin atau plastik.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu mengungkapkan bahan kimia ini bersifat toksik atau racun dan dapat memicu kanker (karsinogenik). Organ detoksifikasi manusia, seperti hati dan ginjal, juga berisiko mengalami gangguan karena bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan bahan kimia berbahaya dari beras oplosan di dalam tubuh.

Pria bergelar profesor itu menegaskan mencuci beras oplosan sebelum dimasak tidak efektif menghilangkan zat kimia berbahaya yang mengontaminasi beras. Hanya sedikit zat kimia larut air yang kadarnya bisa menurut lewat proses mencuci beras. Bahkan, sejumlah jenis zat kimia, seperti formalin, bisa tetap beracun kendati sudah melalui proses dengan suhu tinggi.

“Pencucian mungkin mengurangi pewarna, tetapi residu plastik atau klorin tetap tertinggal dan tidak terurai saat dimasak,” ucap Sri Raharjo Rabu (23/7/2025) dilansir dari infoEdu.

Dikutip dari , berdasarkan penjelasan Prof Tajuddin Bantacut, Pakar Teknologi Industri Pertanian IPB University serta buku Agar Jantung Sehat yang ditulis Pangkalan Ide, beras oplosan memiliki ciri khusus yang sebenarnya dapat dikenali dengan mudah secara kasat mata.

1. Warna Butir Tidak Seragam

Salah satu tanda yang paling mudah dikenali dari beras oplosan adalah warna butirannya yang tidak seragam. Beras asli, terutama yang berkualitas baik, cenderung memiliki warna yang serupa dan konsisten.

Sebaliknya, beras oplosan sering terlihat bercampur antara putih cerah dan sedikit kekuningan. Perbedaan warna ini terjadi karena beras dioplos dari berbagai jenis atau kualitas yang berbeda.

2. Ukuran dan Bentuk Tidak Konsisten

Beras asli biasanya memiliki bentuk dan ukuran butiran yang seragam. Jika kamu menemukan beras dengan butiran panjang pendek yang tercampur atau bentuknya tidak beraturan, maka kamu patut curiga. Perbedaan ukuran ini menandakan bahwa beras kemungkinan telah dicampur dari beberapa varietas berbeda untuk meningkatkan volume atau menekan biaya produksi.

3. Aroma Tidak Khas dan Cenderung Hambar

Beras asli, terutama jenis pandan wangi, memiliki aroma yang khas bahkan sebelum dimasak. Aroma tersebut berasal dari kandungan alami yang dimiliki oleh varietas tertentu. Jika kamu mencium bau yang hambar, terlalu tajam, atau bahkan seperti bahan kimia, ada kemungkinan beras tersebut telah dioplos atau diberi tambahan zat pewangi buatan. Beberapa beras bahkan sengaja disemprot dengan aroma pandan untuk menipu konsumen.

4. Tidak Ada Bintik Putih di Tengah Butiran

Jenis beras asli seperti pandan wangi memiliki ciri unik berupa bintik putih di tengah butiran. Ciri ini menjadi penanda visual yang mudah dikenali. Jika beras terlihat terlalu bersih, tidak memiliki bintik sama sekali, atau bintiknya tersebar tidak merata, kemungkinan besar itu bukan beras asli. Beberapa jenis beras oplosan seperti cilamaya muncul atau morneng kerap dipilih karena bentuknya menyerupai pandan wangi, meski aroma dan tampilannya tidak identik.

5. Tekstur Nasi Terasa Lembek Setelah Dimasak

Selain dari tampilan dan aroma, perbedaan juga bisa dirasakan setelah beras dimasak. Nasi dari beras oplosan biasanya terasa lembek, mudah hancur, atau lengket secara berlebihan. Hal ini terjadi karena komposisi varietas yang tidak seimbang atau karena adanya beras rusak yang sengaja dipoles ulang agar terlihat menarik. Berbeda dengan nasi dari beras asli yang biasanya pulen, tidak lembek, dan bertekstur stabil.

6. Ada Campuran Benda Asing atau Tampak Mengkilap Berlebihan

Dalam beberapa kasus, beras oplosan ditemukan mengandung bahan tambahan yang mencurigakan seperti pengawet, zat kimia, atau bahkan pewarna. Hal ini dilakukan agar beras tampak lebih segar atau menarik. Namun, bahan tersebut bisa berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Jika saat mencuci beras kamu melihat air berubah warna, muncul busa, atau benda asing mengambang, sebaiknya jangan digunakan.

7. Daya Simpan Lebih Pendek dan Cepat Rusak

Beras yang telah dioplos cenderung lebih cepat rusak saat disimpan. Ini karena beras bisa jadi berasal dari stok lama yang sudah tidak segar dan telah dipoles ulang. Idealnya beras hanya disimpan maksimal enam bulan agar kualitasnya tetap baik. Beras yang sudah disimpan lebih lama dan tidak dikelola dengan baik bisa diserang mikroorganisme, kutu, atau menjadi lembap sehingga tidak layak konsumsi.

Setelah mengetahui, arti dari beras oplosan dan bahayanya sebaiknya kita sebagai konsumen harus berhati-hati ketika membeli beras di pasar. Jadilah konsumen yang cerdas.

Apa Itu Beras Oplosan ?

Apakah Beras Oplosan Berbahaya ?

Cara Membedakan Beras Oplosan dengan Beras Premium Asli

Gambar ilustrasi

Dikutip dari , Kepala Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada (UGM), Sri Raharjo, mengungkapkan penggunaan beras kualitas rendah untuk dijual dengan cap premium berisiko menggunakan bahan kimia, seperti klorin atau pemutih, pewangi buatan hingga parafin atau plastik.

Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM itu mengungkapkan bahan kimia ini bersifat toksik atau racun dan dapat memicu kanker (karsinogenik). Organ detoksifikasi manusia, seperti hati dan ginjal, juga berisiko mengalami gangguan karena bekerja ekstra keras untuk mengeluarkan bahan kimia berbahaya dari beras oplosan di dalam tubuh.

Pria bergelar profesor itu menegaskan mencuci beras oplosan sebelum dimasak tidak efektif menghilangkan zat kimia berbahaya yang mengontaminasi beras. Hanya sedikit zat kimia larut air yang kadarnya bisa menurut lewat proses mencuci beras. Bahkan, sejumlah jenis zat kimia, seperti formalin, bisa tetap beracun kendati sudah melalui proses dengan suhu tinggi.

“Pencucian mungkin mengurangi pewarna, tetapi residu plastik atau klorin tetap tertinggal dan tidak terurai saat dimasak,” ucap Sri Raharjo Rabu (23/7/2025) dilansir dari infoEdu.

Dikutip dari , berdasarkan penjelasan Prof Tajuddin Bantacut, Pakar Teknologi Industri Pertanian IPB University serta buku Agar Jantung Sehat yang ditulis Pangkalan Ide, beras oplosan memiliki ciri khusus yang sebenarnya dapat dikenali dengan mudah secara kasat mata.

1. Warna Butir Tidak Seragam

Salah satu tanda yang paling mudah dikenali dari beras oplosan adalah warna butirannya yang tidak seragam. Beras asli, terutama yang berkualitas baik, cenderung memiliki warna yang serupa dan konsisten.

Sebaliknya, beras oplosan sering terlihat bercampur antara putih cerah dan sedikit kekuningan. Perbedaan warna ini terjadi karena beras dioplos dari berbagai jenis atau kualitas yang berbeda.

2. Ukuran dan Bentuk Tidak Konsisten

Beras asli biasanya memiliki bentuk dan ukuran butiran yang seragam. Jika kamu menemukan beras dengan butiran panjang pendek yang tercampur atau bentuknya tidak beraturan, maka kamu patut curiga. Perbedaan ukuran ini menandakan bahwa beras kemungkinan telah dicampur dari beberapa varietas berbeda untuk meningkatkan volume atau menekan biaya produksi.

3. Aroma Tidak Khas dan Cenderung Hambar

Beras asli, terutama jenis pandan wangi, memiliki aroma yang khas bahkan sebelum dimasak. Aroma tersebut berasal dari kandungan alami yang dimiliki oleh varietas tertentu. Jika kamu mencium bau yang hambar, terlalu tajam, atau bahkan seperti bahan kimia, ada kemungkinan beras tersebut telah dioplos atau diberi tambahan zat pewangi buatan. Beberapa beras bahkan sengaja disemprot dengan aroma pandan untuk menipu konsumen.

4. Tidak Ada Bintik Putih di Tengah Butiran

Jenis beras asli seperti pandan wangi memiliki ciri unik berupa bintik putih di tengah butiran. Ciri ini menjadi penanda visual yang mudah dikenali. Jika beras terlihat terlalu bersih, tidak memiliki bintik sama sekali, atau bintiknya tersebar tidak merata, kemungkinan besar itu bukan beras asli. Beberapa jenis beras oplosan seperti cilamaya muncul atau morneng kerap dipilih karena bentuknya menyerupai pandan wangi, meski aroma dan tampilannya tidak identik.

Apakah Beras Oplosan Berbahaya ?

Cara Membedakan Beras Oplosan dengan Beras Premium Asli

5. Tekstur Nasi Terasa Lembek Setelah Dimasak

Selain dari tampilan dan aroma, perbedaan juga bisa dirasakan setelah beras dimasak. Nasi dari beras oplosan biasanya terasa lembek, mudah hancur, atau lengket secara berlebihan. Hal ini terjadi karena komposisi varietas yang tidak seimbang atau karena adanya beras rusak yang sengaja dipoles ulang agar terlihat menarik. Berbeda dengan nasi dari beras asli yang biasanya pulen, tidak lembek, dan bertekstur stabil.

6. Ada Campuran Benda Asing atau Tampak Mengkilap Berlebihan

Dalam beberapa kasus, beras oplosan ditemukan mengandung bahan tambahan yang mencurigakan seperti pengawet, zat kimia, atau bahkan pewarna. Hal ini dilakukan agar beras tampak lebih segar atau menarik. Namun, bahan tersebut bisa berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Jika saat mencuci beras kamu melihat air berubah warna, muncul busa, atau benda asing mengambang, sebaiknya jangan digunakan.

7. Daya Simpan Lebih Pendek dan Cepat Rusak

Beras yang telah dioplos cenderung lebih cepat rusak saat disimpan. Ini karena beras bisa jadi berasal dari stok lama yang sudah tidak segar dan telah dipoles ulang. Idealnya beras hanya disimpan maksimal enam bulan agar kualitasnya tetap baik. Beras yang sudah disimpan lebih lama dan tidak dikelola dengan baik bisa diserang mikroorganisme, kutu, atau menjadi lembap sehingga tidak layak konsumsi.

Setelah mengetahui, arti dari beras oplosan dan bahayanya sebaiknya kita sebagai konsumen harus berhati-hati ketika membeli beras di pasar. Jadilah konsumen yang cerdas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *