Akhir Tragis Pensiunan PNS di Tangan 4 Gadis Sadis dalam Mobil

Posted on

Suasana sejuk nan asri yang biasanya menyelimuti kawasan Pangalengan, Kabupaten Bandung, pagi itu berubah mencekam pada 2020 lalu.

Warga sekitar Kampung Mekarmulya, Desa Tribaktimulya, Kecamatan Pangalengan, tak pernah menyangka bakal mengawali hari dengan pemandangan sebuah mayat yang tidak dikenali.

Jasad pensiunan PNS tersebut ditemukan di jurang tepi jalan Banjaran-Pangalengan dalam keadaan penuh luka. Ada bekas luka di kepala, pundak, dada, hingga tangan.

Bekas memar dan luka robek pun kentara. Dari hasil penelusuran kepolisian, terungkap bahwa kemungkinan sang jenazah merupakan korban pembunuhan.

“Kalau dilihat dari luka-lukanya, diduga pembunuhan,” ungkap Kapolsek Pangalengan saat itu, AKP Umar Said sebagaimana dilaporkan infoNews, Selasa (31/3/2020).

Dari penelusuran tersebut juga diketahui bahwa korban adalah pria asal Bekasi berusia 60 tahun, Samiyo Basuki Riyanto. Ia merupakan pensiunan PNS yang sehari-harinya berupaya mengumpulkan pundi-pundi rupiah tambahan dengan menjadi sopir taksi online.

Saat ditemukan, ia masih mengenakan kemeja putih dan celana krem. Polisi memastikan lokasi temuan jasad bukanlah tempat pelaku melakukan eksekusi.

“Diduga pembuangan mayat. Kami masih mencari lokasi pembunuhannya,” kata Umar.

Kondisi tubuh disebut tampak masih segar. Artinya, korban belum lama tewas. Publik pun dibuat bertanya-tanya. Siapa gerangan yang tega menghabisi seorang kakek lalu membuangnya ke jurang?

Samiyo mungkin tak pernah menyangka, pesanan carter mobil dari dua orang perempuan muda kala itu bakal menjadi perjalanan terakhirnya di dunia. IK (15) dan SL (19) memesan taksi online Samiyo secara offline untuk perjalanan luar kota dengan ongkos yang disepakati.

Kala itu, IK dan SL meminta Samiyo untuk membawa mereka dari Bekasi ke tempat tujuan di Pangalengan. Ketika di perjalanan, keduanya sempat meminta berhenti di Jonggol untuk menjemput teman mereka, RK (18).

Setelah itu, naiklah penumpang terakhir, RM (18) di Gerbang Tol Soroja. Selepas mengantar keempatnya ke Pangalengan, Samiyo dijanjikan akan dibayar Rp1,7 juta.

Janji itu tak pernah ditepati lantaran keempatnya tidak memiliki uang. Alih-alih berupaya membayar, apa yang mereka lakukan selanjutnya di luar perkiraan.

Malam pun berubah mencekam. Yang paling muda di antara mereka, IK, menggenggam kunci inggris yang ia temukan di mobil Samiyo. Saat aba-aba diberikan, IK menghantam kepala Samiyo dengan kunci tersebut.

Mobil sempat oleng. Sang sopir berusaha melawan. Tapi nahas, RM langsung membekapnya dan mencekik dari belakang. Pukulan berikutnya kembali menghantam. Pada pukulan kedelapan, Samiyo ambruk.

Tubuhnya kemudian diseret ke tepi jalan Pangalengan lalu dijatuhkan ke jurang. Setelah itu, mereka berusaha kabur dengan mobil korban.

Padahal, tak satupun dari mereka yang bisa mengemudikan mobil. IK kemudian dipaksa menyetir. Mobil pun hanya melaju sampai Cimahi sebelum akhirnya mengalami kecelakaan ringan. Menghadapi situasi tersebut, keempatnya memutuskan kabur.

Dua pekan kemudian, pelarian empat perempuan belia tersebut menemukan ujungnya. Polresta Bandung menangkap seluruh pelaku dan mengungkap kronologis hingga motif yang melatarbelakangi kejadian keji tersebut.

Polisi menemukan rekaman CCTV di sekitar lokasi. Dari sanalah jejak para pelaku terungkap.

“Kebetulan di sana ada CCTV yang bisa membantu kita mengidentifikasi siapa yang waktu itu menggunakan mobil ini,” kata Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, Senin (27/4/2020).

Ia pun menjelaskan bahwa hal yang membuat para pelaku melancarkan aksinya adalah faktor uang. Mereka tidak memiliki dana untuk membayar ongkos carter mobil sebagaimana yang telah disepakati dengan korban.

“Karena tidak punya uang, Saudara IK dan RM sepakat untuk menghabisi korban dengan menggunakan kunci inggris yang ada di dalam mobil,” ujar Hendra.

Lebih lanjut, latar belakang pelaku juga terungkap saat polisi mendalami motif dan alasan pelaku pergi ke Pangalengan. Mereka disebut memiliki “hubungan khusus”.

Mereka diketahui berkenalan lewat aplikasi kencan. Merasa saling cocok, dari sanalah kemudian komunikasi berlanjut dan menjadi intens. Perkenalan mereka baru berlangsung selama 3-4 bulan.

“Mereka bertemu di sana (aplikasi) dan kemudian melanjutkan komunikasi lewat itu. Kemudian bertemu dan akhirnya berkepanjangan seperti ini,” tutur Kasat Reskrim Polresta Bandung AKP Agta Buana Putra dalam kesempatan yang sama.

“Iya, dua pasangan. Mereka mengenal kurang-lebih sekitar 3 sampai 4 bulan,” lanjutnya.

Dalam ekspos yang digelar di Mapolresta Bandung tersebut, tampak tiga pelaku hadir dengan pakaian tahanan dan tangan diborgol. Sedangkan IK, tidak dihadirkan karena masih di bawah umur.

Psikolog klinis Mario Carl Joseph memberikan sorotan terhadap aksi durjana para perempuan belia tersebut. Terlepas dari bumbu orientasi seksual yang kala itu marak diberitakan, Mario menilai kasus ini menunjukkan lemahnya kemampuan mereka dalam mengatasi masalah.

“Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah,” ujarnya.

Menurutnya, perilaku keji bisa saja dipicu contoh buruk yang mereka lihat. Bisa dari film, internet, atau bahkan lingkungan keluarga.

Ia juga mengaku heran dengan keputusan para pelaku kala itu.

“Cuma saya agak aneh juga tahu enggak punya uang, tapi tetap mau pergi,” katanya.

Mereka kemudian dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga seumur hidup. Siapa sangka, perkenalan singkat keempatnya menghantarkan mereka untuk bersama dalam waktu yang lama, di balik jeruji besi.

Perjalanan Terakhir Samiyo

Tak Dapat Mengelak

Tak Bisa Atasi Masalah

Gambar ilustrasi

Ia pun menjelaskan bahwa hal yang membuat para pelaku melancarkan aksinya adalah faktor uang. Mereka tidak memiliki dana untuk membayar ongkos carter mobil sebagaimana yang telah disepakati dengan korban.

“Karena tidak punya uang, Saudara IK dan RM sepakat untuk menghabisi korban dengan menggunakan kunci inggris yang ada di dalam mobil,” ujar Hendra.

Lebih lanjut, latar belakang pelaku juga terungkap saat polisi mendalami motif dan alasan pelaku pergi ke Pangalengan. Mereka disebut memiliki “hubungan khusus”.

Mereka diketahui berkenalan lewat aplikasi kencan. Merasa saling cocok, dari sanalah kemudian komunikasi berlanjut dan menjadi intens. Perkenalan mereka baru berlangsung selama 3-4 bulan.

“Mereka bertemu di sana (aplikasi) dan kemudian melanjutkan komunikasi lewat itu. Kemudian bertemu dan akhirnya berkepanjangan seperti ini,” tutur Kasat Reskrim Polresta Bandung AKP Agta Buana Putra dalam kesempatan yang sama.

“Iya, dua pasangan. Mereka mengenal kurang-lebih sekitar 3 sampai 4 bulan,” lanjutnya.

Dalam ekspos yang digelar di Mapolresta Bandung tersebut, tampak tiga pelaku hadir dengan pakaian tahanan dan tangan diborgol. Sedangkan IK, tidak dihadirkan karena masih di bawah umur.

Psikolog klinis Mario Carl Joseph memberikan sorotan terhadap aksi durjana para perempuan belia tersebut. Terlepas dari bumbu orientasi seksual yang kala itu marak diberitakan, Mario menilai kasus ini menunjukkan lemahnya kemampuan mereka dalam mengatasi masalah.

“Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah,” ujarnya.

Menurutnya, perilaku keji bisa saja dipicu contoh buruk yang mereka lihat. Bisa dari film, internet, atau bahkan lingkungan keluarga.

Ia juga mengaku heran dengan keputusan para pelaku kala itu.

“Cuma saya agak aneh juga tahu enggak punya uang, tapi tetap mau pergi,” katanya.

Mereka kemudian dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga seumur hidup. Siapa sangka, perkenalan singkat keempatnya menghantarkan mereka untuk bersama dalam waktu yang lama, di balik jeruji besi.

Tak Bisa Atasi Masalah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *