Pemerintah Kota Bandung berencana mengurangi ritase pengangkutan sampah ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Sarimukti secara signifikan. Kota Bandung ditargetkan “hanya” akan membuang 100 ritase sampah per hari pada akhir tahun ini.
Saat ini, Kota Bandung diberi jatah membuang 140 ritase sampah per hari ke TPA Sarimukti, atau setara dengan kurang lebih 1.400 ton. Sehingga, ada pengurangan pengangkutan sampah sebanyak 400 ton per hari yang harus diupayakan.
Terlebih, pekan ini Kota Bandung pun tengah menerima sanksi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat berupa pengurangan jatah ritase pembuangan sampah ke TPA Sarimukti setiap harinya. Dari biasanya 140 rit, menjadi 120 rit.
“Sekarang ini kita sedang kena sanksi dari pemerintah provinsi. Biasanya kita dapat jatah 140 rit, sampai hari Senin besok kita cuma dapat 120 rit. Nah, jadi kita lagi menghitung supaya sampah ini bisa kita angkut secepatnya. Setelah hari Senin ini, mudah-mudahan bisa normal ke 140 rit,” ujar Wali Kota Bandung Muhammad Farhan di GOR Lodaya Bandung, Minggu (15/6/2025).
Untuk pengurangan volume sampah harian, ia mengatakan satu upaya yang akan digencarkan adalah dengan mengaktifkan kembali program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) dan Buruan Sae mulai bulan Juli mendatang.
Program ini akan mendorong setiap Rukun Warga (RW) di Kota Bandung untuk mengolah minimal 30 persen sampahnya di lingkungan masing-masing agar tidak seluruhnya berakhir di TPA. Farhan menargetkan, hingga akhir tahun, sudah ada sekitar 700 RW yang bisa mengelola sampah mandiri dan masuk dalam Kawasan Bebas Sampah (KBS).
“Kalau itu sudah bisa tertangani, maka insya Allah di akhir tahun sudah ada 700 RW yang akan masuk KBS. Kalau itu sudah tercapai, akan sangat berpengaruh besar terhadap pengurangan ritase yang kita kirim ke tempat pengolahan akhir sampah,” katanya.
Genjot Fasilitas Pengolahan Sampah
Di samping itu, Farhan memaparkan pihaknya saat ini tengah membangun sejumlah fasilitas pengolahan sampah terpadu di beberapa titik, terutama kawasan pasar. Hal ini dilakukan agar jumlah ritase sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti bisa berkurang secepatnya.
“Kita sudah mengundang investor untuk melakukan pembangunan fasilitas (pengolahan sampah). Yang terbesar itu ada dua. Satu di Gedebage, itu 50 ton sampah organik akan diolah dengan teknologi biodigester. Yang kedua 65 ton RDF yang ada di Cicukang Holis,” kata Farhan.
Farhan menjelaskan, fasilitas pengolahan sampah di Cicukang Holis tersebut merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Kota Bandung dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Fasilitas tersebut sudah beroperasi dengan kapasitas penuh dan mampu memproduksi Refuse-Derived Fuel (RDF) sebesar 50 hingga 65 ton per hari dari pengolahan sampah anorganik.
Selain itu, pengolahan sampah di empat titik lainnya juga tengah dikembangkan. Salah satunya di kawasan Astana Anyar yang memanfaatkan sampah menjadi dua produk, yakni metanol dan briket. Briket yang dihasilkan dibagi menjadi dua jenis, yaitu briket berbasis wood chip dan briket organik.
“Kalau Astana Anyar itu unik sekali. Teknologinya adalah pemanfaatan sampah untuk satu, metanol, dua briket. Briketnya dibagi dua, ada briket wood chip, ada yang briket organik,” jelasnya.
Tiga titik lainnya memanfaatkan teknologi insinerator atau pembakaran sampah dengan suhu tinggi. Salah satunya di Taman Cibeunying Selatan yang saat ini sudah mulai tahap percobaan operasional.
Sementara itu, di Babakan Sari, fasilitas pengolahan dengan teknologi motah sudah mulai dibangun dan dalam tahap konstruksi. Satu lagi berada di Jalan Indramayu, Antapani, yang kini tengah melakukan pembersihan lahan untuk memulai pembangunan.
“Jadi enam fasilitas ini menjadi salah satu ground working kita untuk mulai membangun sebuah metode pengelolaan sampah terintegrasi. Jadi ada teknologi RDF, teknologi biodigester, teknologi pemanfaatan untuk biometanol dan briket, serta teknologi termal atau insinerator,” paparnya.
Farhan mengakui bahwa upaya pengurangan sampah bukan pekerjaan mudah. Ia menyebut akan terbuka dengan berbagai kritik dan masukan dari seluruh pihak terkait penanggulangan sampah.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
“Istilahnya itu memang kerja berat sekali, dan sampah itu enggak bisa nunggu. Dan itu akan ngegulung terus. Jadi kita berusaha terus jalan,” ujar Farhan.
“Saya sangat menghargai berbagai macam masukan, kritik, baik melalui sosial media, media, telepon langsung, apapun itu. Jangan khawatir, selama itu soal sampah, pasti kita akan tanggapi dengan sangat serius,” tutupnya.