Cahaya terang disertai suara dentuman keras pada Minggu malam (5/10) mengejutkan warga di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, hingga Brebes dan Tegal, Jawa Tengah. Fenomena langit tersebut diduga berasal dari meteor yang akhirnya jatuh di laut bagian utara Kota Tegal.
Ketua Tim Ahli Badan Hisab dan Rukyat Daerah (BHRD) Kebumen, Jawa Tengah, Marufin Sudibyo, menjelaskan sebelum jatuh, meteor itu melintasi jalur sepanjang sekitar 70 kilometer.
“Karena itu terlihat dari Cirebon kemudiannya terlihat juga dari Brebes dan akhirnya terlihat juga di Tegal, makanya rekonstruksi saya itu bermula dari atas Cirebon kemudian lewat di atas Brebes dan lewat juga di atas Tegal. Kalau saya hitung panjang lintasan sekitar 70 km dan itu berakhir di utara Kota Tegal, di laut,” kata Marufin saat dihubungi infoJateng, Senin (6/10/2025).
Marufin menuturkan meski data belum lengkap, benda langit itu hampir dapat dipastikan merupakan meteor. Ia menyimpulkan hal tersebut berdasarkan pengamatan dan data yang tersedia.
“Kalau kepastian 100 persen si belum tentu ya, karena datanya belum terkumpul semua. Tapi kita bisa mengatakan kemungkinan besar itu meteor dengan pertimbangan satu, pada saat itu tidak ada sampah antariksa yang lewat di atas Cirebon. Kejadian seperti itu kan hanya ada satu dari dua kemungkinan. Kalau tidak sampah antariksa ya meteor. Kemudian yang kedua, semua data base dari sampah antariksa yang saya sudah ada itu menyatakan tidak ada yang berpotensi jatuh dan lewat di atas Cirebon pada jam itu. Jadi yang tersisa kemungkinan tinggal meteornya,” jelasnya.
Ia menambahkan, cahaya yang terlihat selama sekitar lima info memperkuat dugaan bahwa benda itu meteor.
“Nah, identifikasi meteor itu kan kemudian juga diperkuat bahwa dia itu terlihat hanya 5 info. Kalau kecepatannya 15 km/info maka menempuh jarak 75 km sama dengan ketebalan atmosfer yang ditembus oleh meteor itu ketika masuk ke atmosfer bumi,” sambungnya.
Dari intensitas cahayanya, meteor tersebut diperkirakan 100 kali lebih terang dari Planet Venus atau secerah bulan sabit. Berdasarkan perhitungan, benda itu kemungkinan memiliki diameter sekitar satu meter dan berat sekitar dua ton.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
“Kalau dari tingkat terangnya atau magnitudonya mungkin sekitar 100 kali lebih terang dari Venus ya, ini sama dengan tingkat terangnya bulan pada saat sabit, terus ada suara dentuman atau gemuruh mirip petir maka kita menduga kalau itu punya diameter minimal 1 meter bila berbentuk bola dengan masa 2 ton, dengan catatan kalau terbuat dari struktur bukan baru padat tapi kita menyebut batu kondrit,” sebutnya.
Namun, batu sebesar itu diduga musnah di ketinggian sekitar 40 kilometer di atas permukaan laut. Jika ada bagian yang berhasil mencapai bumi, ukurannya kemungkinan sangat kecil dan kecepatannya sudah jauh menurun.
“Dan itu musnah di ketinggian sekitar 40 km dari permukaan laut. Kalau dihitung-hitung peluang menyentuh bumi itu ada tapi kecil, kemungkinan kurang dari 10 kg ya. Andaikata ada yang menyentuh bumi kecepatannya jauh lebih rendah paling 30 km/jam karena sudah dihambat atmosfer bumi kita,” imbuhnya.
Meski fenomena tersebut tampak mengerikan, Marufin menegaskan bahwa meteor itu tidak menimbulkan bahaya signifikan. Jika serpihan sampai ke bumi, ukurannya kecil dan tidak berpotensi merusak.
“Kalau bahaya bisa dikatakan tidak ada karena ketika sudah tiba di permukaan bumi itu kan ya ukurannya kurang dari 10 kg (totalnya) dan itu pun berwujud pecahan-pecahan yang banyak ya paling beratnya 0,5 kg atau kurang. Jadi risikonya kecil,” urainya.
Pria yang juga aktif di klub astronomi Jogja Astro Club dan konsorsium International Crescent Observations Project (ICOP) ini meminta masyarakat untuk tidak mengaitkan fenomena tersebut dengan hal mistis. Ia menegaskan, kejadian semacam ini adalah peristiwa alam biasa.
“Ini kalau secara astronomi setiap hari bumi kita itu dimasuki atau kejatuhan 20 ton meteoroid, ini rutin, fenomena wajar. Kemudian apakah terkait dengan suatu pertanda, kalau dalam tradisi ilmu klasik, meteor malah tidak pernah dikaitkan dengan sebuah bencana tidak pernah dikaitkan akan terjadi sesuatu. Jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan. Ketimbang kita khawatir akan kejatuhan meteor itu potensi seseorang kejatuhan meteor itu jauh lebih kecil dibanding dengan seseorang terlihat dalam kecelakaan lalu lintas,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di .