Peristiwa tragis terjadi di perairan Hadera, Israel, ketika seorang wisatawan meregang nyawa setelah diserang hiu dusky – spesies yang selama ini dikenal tidak agresif terhadap manusia.
Dilansir dari Daily Record, Senin (3/11/2025), korban diketahui tengah berenang sambil merekam dengan kamera GoPro, sekitar 100 meter dari tepi pantai. Dalam waktu singkat, sejumlah hiu berwarna gelap muncul dan mengitari tubuhnya.
Menurut keterangan saksi mata, salah satu hiu tiba-tiba melesat ke arah kamera korban. Tak lama kemudian terdengar jeritan, “Tolong… mereka menggigitku,” yang menjadi seruan terakhirnya sebelum air laut berubah menjadi merah darah. Sirip-sirip hiu tampak di permukaan, sementara korban menghilang di antara ombak.
Ketika tim penyelamat tiba di lokasi, korban sudah tak ditemukan. Pencarian baru membuahkan hasil keesokan harinya, saat petugas menemukan potongan tubuh dalam jumlah kecil.
“Temuan tersebut memungkinkan identifikasi forensik korban, sekaligus mengarah pada kesimpulan bahwa ia telah dimakan oleh beberapa hiu selama insiden ini,” ungkap laporan petugas.
Hiu dusky umumnya bukan jenis pemangsa yang sering berkonflik dengan manusia. Hewan laut ini dapat tumbuh hingga 3 meter panjangnya, tetapi dikenal pemalu dan cenderung menjauh dari manusia.
Para ilmuwan menduga serangan fatal tersebut disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor: suhu air yang menghangat akibat aktivitas pabrik desalinasi, tumpukan sampah makanan di laut, hingga kebiasaan manusia memberi makan hiu.
Di kawasan itu, operator tur laut sering membuang sisa ikan ke perairan untuk menarik perhatian hiu agar tetap terlihat oleh wisatawan. Kebiasaan tersebut diyakini membuat hiu mulai mengasosiasikan kehadiran manusia dengan sumber makanan.
Dalam sebuah penelitian, para ahli menyebut fenomena baru ini sebagai perilaku “begging” – hiu yang berenang mendekat bahkan menyentuh penyelam untuk meminta makanan. Mereka menduga, persaingan memperebutkan sisa makanan di perairan Hadera telah mengubah perilaku alami hiu dusky.
“Persaingan untuk mendapatkan akses ke sumber makanan mengesampingkan perilaku normal spesies tersebut, termasuk sifat intrinsik non-instingtif mangsa (manusia),” tulis laporan itu.
“Situasi ini kemungkinan terjadi melalui proses gigitan yang saling berlawanan: gigitan refleks karena dorongan makanan, lalu berlanjut ke beberapa gigitan predator yang dipicu oleh nafsu makan yang besar,” lanjutnya.
Para peneliti menegaskan pentingnya penerapan langkah-langkah pencegahan agar kejadian serupa tak kembali menelan korban jiwa.
Artikel ini telah tayang di







