Selama tiga tahun terakhir nilai investasi di Kota Cirebon mengalami penurunan. Kendati demikian, daerah penyangga di kawasan Rebana atau Metropolitan Rebana ini mengalami kenaikan jumlah investor yang mayoritas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Menurut Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Cirebon Agus Mulyadi yang saat itu menjabat sebagai Pj Wali Kota Cirebon menyebut, Kota Cirebon merupakan daerah penyangga kawasan Rebana. Sementara itu, Pelabuhan Patimban di Subang dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka akan menjadi pintu masuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di wilayah Rebana Metropolitan.
“Kota Cirebon menjadi daerah penyangga yang penting bagi kawasan Rebana Metropolitan. Kita memiliki akses serta kelengkapan fasilitas pendukung kesiapan operasional kawasan ekonomi khusus tersebut,” papar Agus Mulyadi seperti dikutip dari portal resmi Pemkot Cirebon.
Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kota Cirebon, pada tahun 2022 investasi di Kota Cirebon mencapai Rp6.595.330.510.285. Kemudian, mengalami penurunan pada tahun 2023, yakni menjadi Rp4.262.770.953.057. Penurunan nilai investasi pun terus terasa hingga 2024, yakni menjadi Rp2.731.186.992.794.
Sedangkan untuk investornya sendiri selama tiga tahun terakhir kondisinya naik-turun, di tahun 2022 ada 6.008 investor. Kemudian pada tahun 2023 ada 5.855 investor, dan pada tahun 2024 ada 10.737 investor.
Kepala Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal (DPMPTSP) Kota Cirebon Uni Wahyuni memaparkan naiknya investor di tahun 2024 disebabkan karena banyaknya UMKM yang mengurus NIB (Nomor Induk Berusaha). Sehingga, jumlah investor naik, meski nilai investasinya menurun.
“Kalau untuk jumlah investor melampaui target semua, tapi berbanding terbalik dengan jumlah investasi selama tiga tahun terakhir, menurun semua. Kebanyakan investor juga itu UMKM, karena investornya UMKM jadi nggak sebanding sama nilai investasi. Kebanyakan investasinya dalam bidang perdagangan makanan atau food industry,” tutur Uni, Jumat (9/5/2025).
Meskipun Cirebon masuk dalam kawasan metropolitan Rebana, namun belum berdampak secara signifikan terhadap iklim investasi di Kota Cirebon. “Ternyata setelah dipelajari tentang pusat pengembangan kawasan Rebana di Kota Cirebon, itu kebanyakan belum ada investornya. Dari empat wilayah rencana kawasan unggul Rebana di Kota Cirebon, baru satu kawasan yang sudah ada investornya, yakni Kejawanan,” tutur Uni.
Uni juga memaparkan ada beberapa faktor yang menyebabkan investasi di Kota Cirebon mengalami penurunan. Pertama, belum adanya kepastian hukum tentang kemudahan investasi di Kota Cirebon. “Belum adanya regulasi yang mengatur tentang pemberian insentif dan kemudahan berusaha, yang membuat investor belum tertarik untuk investasi di Kota Cirebon,” tutur Uni.
Kedua, SDM Kota Cirebon yang masih minim. Menurut Uni, para investor sangat membutuhkan tenaga kerja lokal yang kompeten dalam bidangnya masing-masing. “Yang dibutuhkan investor kan yang sesuai kompetensi, misal kayak ingin investasi di bidang restoran, investor menginginkan SDM yang sesuai dengan bidangnya seperti juru masak yang memiliki sertifikasi kompetensi,” tutur Uni.
Padahal banyaknya investasi di Kota Cirebon akan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Cirebon. Menurutnya, selama tiga tahun terakhir penyerapan tenaga kerja di Kota Cirebon masih sangat minim.
“Laporan dari investor di tahun 2022 saja serapan tenaga kerja di Kota Cirebon 289 orang, dan 2023 ada 1.480, kemudian di tahun 2024 ada 1.958 serapan tenaga kerja. Jumlah tersebut masih sangat kurang untuk menekan angka pengangguran di Kota Cirebon yang mencapai 11 ribu orang,” tutur Uni.
Ketiga, luas wilayah di Kota Cirebon yang terbatas, sehingga investor lebih memilih investasi di daerah lain. “Kota Cirebon itu wilayahnya terbatas, sehingga untuk pengembangan pabrik besar itu mengalami kendala, kayak pabrik sepatu itu tidak jadi di Kota Cirebon, jadinya pindah ke kabupaten,” tutur Uni.
Menurut Uni, ada beberapa upaya untuk meningkatkan investasi di Kota Cirebon seperti kepastian hukum, peningkatan infrastruktur yang memadai, peningkatan kualitas SDM, implementasi pemberian insentif, kemudahan berusaha, transparansi dan akuntabilitas. “Koordinasi dengan semua perangkat daerah dan komitmen bersama untuk meningkatkan investasi juga penting, agar bisa meningkatkan kepercayaan investor,” pungkas Uni.