Hiruk-piruk masyarakat kerap dilanda keresahan dan ketakutan kala aksi premanisme merajalela di Kabupaten Bandung. Tidak hanya itu, tindakan kriminal pun sering terjadi saat malam hingga dini hari.
Sejumlah warga kerap mengeluhkan berbagai aksi tidak menyenangkan yang dialaminya di media sosial. Hal ini terutama dirasakan para pelaku usaha yang selalu dihantui praktik premanisme.
Berbagai laporan tersebut kini direspons cepat melalui inovasi “Lapor Pak Kapolres” yang memangkas birokrasi pelaporan via WhatsApp. Program ini digagas langsung oleh Kapolresta Bandung, Kombes Pol Aldi Subartono.
Kehadiran program tersebut sekaligus mengubah wajah kepolisian menjadi lebih humanis dan mudah dijangkau warga sebagai deteksi dini kejahatan. Polisi kini bisa merespons cepat suatu kejadian dan segera menangkap pelaku.
Rasa cemas tak keruan pernah dirasakan Abah Ohan (73) saat berjualan hingga tengah malam. Hal itu tak lepas dari ulah preman yang kerap memalak di tempatnya berjualan. Lansia ini merupakan penjual gorengan yang saban hari membuka usahanya 24 jam di Jalan Raya Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Sudah sekitar 15 tahun Abah Ohan membuka usahanya. Demi dapur tetap ngebul setiap hari, Abah Ohan rela membuka warung sederhana miliknya selama 24 jam dibantu istri dan anaknya.
“Kalau di sini ramainya biasanya malam hari. Sekitar jam 9 malam sampai jam 3-an dini hari lah,” ujar Ohan saat ditemui infoJabar, belum lama ini.
Usaha Abah Ohan sempat berbuah manis dengan omzet harian mencapai Rp2 juta hingga Rp3 juta. Namun saat ini, pendapatannya menurun. “Dulu mah waktu rame bisa dapat Rp2 juta sampai Rp3 juta mah sehari. Sekarang mah emang lagi sepi rata-rata mah ya alhamdulillah Rp1 juta mah ada sehari,” katanya.
Di tengah penurunan pendapatan itu, Abah Ohan tak jarang ‘diganggu’ oknum preman. Tak ingin berurusan lebih jauh, Ohan pun memberi yang diminta. “Iya dulu mah pernah ada, ya saya kasih aja. Tapi mereka gak tahu orang mana premannya. Kalau orang sini mah gak ada,” ucapnya.
Ohan kerap diselimuti rasa waswas. Ia khawatir preman-preman tersebut kembali dan melakukan aksi nekat. “Iya dulu mah banyak ormas dan preman yang suka malakin. Sekarang mah udah gak ada, katanya mah pada ditangkepin sama polisi,” kata Ohan.
Mendengar kabar tersebut, Abah Ohan mengaku lega. Ia tidak lagi ditemani rasa takut ketika mencari nafkah. “Kalau udah ada ditangkepin gini mah kan saya juga jualan jadi reug-reug lah istilahnya mah tenang,” bebernya.
Sementara itu, warga Katapang, Indah Mustari (36), mengakui kanal Lapor Pak Kapolres mampu menangani permasalahan pidana dengan respons cepat. “Saya dulu pernah protes banyaknya yang jualan obat-obatan keras di dekat salah satu pabrik di Katapang. Eh alhamdulillah gercep warung penjualnya langsung dihancurin dan pelakunya ditangkap. Gercep pokoknya,” kata Indah.
Di media sosial Instagram @aldi2003ts, unggahan kegiatannya pun banjir komentar positif. Warga memuji kinerja Polresta Bandung yang semakin sigap. “Terima kasih Pak Kapolres. Semenjak hadir di Kabupaten Bandung, jadi semakin kondusif,” tulis salah satu warga.
Atas dedikasinya, Kombes Pol Aldi Subartono berhasil meraih penghargaan dalam ajang infoJabar Awards 2025 untuk kategori Tokoh Inovatif Pelayanan Prima dan Respons Cepat. Penghargaan ini diberikan atas inovasi kanal “Lapor Pak Kapolres” yang memangkas birokrasi pelaporan.
Capaian penyelesaian perkara hingga 98 persen dan predikat Pelayanan Prima membuktikan efektivitas kepemimpinannya. Ia sukses menyeimbangkan ketegasan hukum “Zero Tolerance” dengan kecepatan respons terhadap aduan masyarakat.
Kombes Pol Aldi Subartono merupakan lulusan Akademi Kepolisian tahun 2003. Sebelum menjabat sebagai Kapolresta Bandung, Aldi pernah mengemban amanah sebagai Kapolres Karawang, Kapolres Cimahi, dan Wadirkrimum Polda Metro Jaya.








