Pemerintah Kabupaten Cianjur bakal mempertahankan keberadaan lahan pertanian pangan, dengan menghentikan sementara izin alih fungsi lahan ke perumahan ataupun industri. Pasalnya, dalam delapan tahun terakhir, sekitar 900 hektar lahan Cianjur telah beralih fungsi.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur mencatat, lahan pertanian padi mencapai 66 ribu hektar dengan produksi 230 ribu ton.
Dari jumlah tersebut, 21 ribu hektar merupakan lahan pertanian tadah hujan, sedangkan 45 ribu hektar sisanya menggunakan irigasi teknis.
Wakil Bupati Cianjur Ramzi, mengatakan Cianjur dianugerahi Sumber Daya Alam yang melimpah, dengan produksi pertanian yang selalu surplus.
“Ini yang harus dipertahankan keberlangsungan lahan pertanian. Ke depannya tidak hanya surplus, tapi juga bisa memenuhi kebutuhan untuk daerah lain,” kata Ramzi.
Oleh karena itu, lanjut Ramzi, lahan pertanian harus menjadi skala prioritas, meskipun sektor industri dan pemukiman masyarakat juga dibutuhkan.
Ia mengatakan Pemkab Cianjur akan menjalankan instruksi dari Gubernur Jawa Barat terkait penghentian sementara izin perumahan.
“Alhamdulillah kita mendapatkan satu keputusan yang sangat luar biasa. Dari Pak Gubernur mengeluarkan peraturan untuk tidak membuka atau mengizinkan perizinan untuk perumahan,” jelasnya.
Ramzi menambahkan, kebijakan ini diambil sebagai langkah mitigasi bencana, berkaca dari musibah yang dialami oleh wilayah lain. “Cianjur pun akan menjalankan itu untuk sementara waktu,” tegasnya.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Pemerintah Kabupaten Cianjur menargetkan pembentukan petani milenial secara berkelanjutan untuk menciptakan regenerasi petani masa depan. Bahkan, Pemkab berupaya agar para petani milenial ini tidak hanya berstatus penggarap, melainkan juga pemilik lahan.
Data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur mencatat, dari 290 ribu petani yang ada, sekitar 200 ribu diantaranya berstatus penggarap atau buruh tani. Sedangkan pemilik lahan hanya sebanyak 90 ribu orang.
Rata-rata usia para petani saat ini mayoritas berada di atas usia produktif.
Wakil Bupati Cianjur Ramzi, mengatakan generasi saat ini berbeda dengan generasi sebelumnya, di mana sektor pertanian tidak menjadi minat utama.
“Ini PR kita nih, anak-anak Gen-Z, anak-anak milenial, memang beda banget dengan generasi-generasi sebelumnya. Tapi kita harus bisa lebih peka lagi untuk mengimbangi mereka, dan mengarahkan mereka untuk mau menjadi generasi petani,” kata dia.
Ia mencontohkan, salah satu percontohan generasi petani milenial adalah para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna. Pasalnya, Karang Taruna tersebar hingga ke tingkat RT.
“Tadi kebetulan ada Ketua Karang Taruna ke kabupaten. Saya berharap ada satu program dari Ketua Karang Taruna untuk menciptakan petani-petani milenial yang baru. Saya berharap anak-anak muda, khususnya di Kabupaten Cianjur, bangga menjadi petani,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Karang Taruna Kabupaten Cianjur Deli Setia Permana, mengatakan Karang Taruna memiliki ribuan anggota yang tersebar di tingkat kabupaten, kecamatan, desa, dan RT/RW.
“Untuk di tingkat RT/RW ada 7 orang anggota, tingkat Desa ada 15 orang anggota. Angka ini dikalikan dengan belasan ribu RT/RW dan 360 desa/kelurahan di Cianjur. Sebanyak itu potensinya,” kata dia.
Deli mengaku menawarkan 70 persen anggotanya menjadi regenerasi petani atau petani milenial, dengan memanfaatkan lahan yang ada.
“Untuk di wilayah pedesaan manfaatkan lahan pertanian yang ada. Kalaupun yang di perkotaan bisa memanfaatkan halaman atau pekarangan rumah dengan sistem pertanian hidroponik. Jadi saya arahkan nanti semua harus bertani, agar regenerasi petani bisa berlanjut,” ujarnya.







